3 Pemimpin Besar Dinasti Ayyubiyah

Dinasti Ayyubiyah selama lebih kurang 79 tahun berkuasa diperintah oleh sembilan orang penguasa, diantara dari 9 (sembilan) penguasa tersebut terdapat beberapa penguasa yang populer, diantaranya yaitu : Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M), Malik Al Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M), dan Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M).

Shalahuddin Al-Ayyubi diketahui sebagai seorang pemimpin yang sangat memperhatikan pendidikan dan kemakmuran ekonomi rakyatnya. Ia begitu ulet mendorong studi keagamaan, membangun bendungan, menggali kanal, serta mendirikan madrasah dan masjid. Setelah Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi meninggal dunia, daerah kekuasaannya begitu luas terhampar mulai dari sungai Tigris sampai sungai Nil. 

Pada kala kekuasaannya, Dinasti Ayyubiyah dipimpin oleh sembilan orang khalifah. Dari sembilan orang khalifah tersebut, ada tiga nama khalifah yang populer, karena dimasa kepemimpinannya banyak melakukan pergantian-pergeseran dan perkembangan kearah pertumbuhan dinasti Ayyubiyah, di antara tiga nama khalifah tersebut, ialah : 

1. Sultan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (564-589 H/ 1171-1193 M)

Nama lengkapnya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi Abdul Muzaffar Yusuf bin Najmuddin bin Ayyub. Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi. Ayahnya Najmuddin Ayyub dan pamannya Asaduddin Syirkuh hijrah (migrasi) meninggalkan kampung halamannya akrab Danau Fan dan pindah ke tempat Tikrit (Irak). 

Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa benteng Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik ayah maupun pamannya mengabdi kepada Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota Mousul, Irak. Ketika Imaduddin sukses merebut daerah Balbek, Lebanon tahun 534 H/1139 M.
Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu akrab Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Pendidikan abad kecilnya, Shalahuddin dididik ayahnya untuk menguasai sastra, ilmu kalam, menghafal Al Quran dan ilmu hadits di madrasah. Dalam buku-buku sejarah dituturkan bahwa keinginan awal Shalahuddin yaitu menjadi orang yang andal di bidang ilmu-ilmu agama Islam (ulama). Ia bahagia berdiskusi ihwal ilmu kalam, Al-Qur’an, fiqih, dan hadist.

Selain mempelajari ilmu-ilmu agama, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menggeluti teknik perang, taktik, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Dari kecil telah terlihat aksara besar lengan berkuasa Salahudin yang rendah hati, santun serta sarat belas kasih. 

Shalahudin berkembang di lingkungan keluarga agamis dan dalam lingkungan keluarga ksatria. Dunia kemiliteran semakin diakrabinya sesudah Sultan Nuruddin menempatkan ayahnya sebagai kepala divisi milisi di Damaskus dan pada umur 26 tahun, Shalahuddin bergabung dengan pasukan pamannya (Asaduddin Syirkuh).
Ia memimpin pasukan muslimin ke Mesir atas tugas dari gubernur Suriah (Nuruddin Zangi), untuk membantu perdana menteri Daulah Fathimiyah (Perdanana Menteri Syawar) menghadapi pemberontak dan penyerbuan serdadu salib. Misi tersebut berhasil Perdana menteri Syawar kembali kepada kedudukannya semula tahun 560 H/1164 M. 
Shalahuddin semakin memperlihatkan kepiawaiannya dalam kepemimpinan. Ia bisa melakukan mobilisasi dan reorganisasi pasukan dan perekonomian di Mesir, khususnya untuk menghadapi kemungkinan serbuan balatentara Salib. Tiga tahun lalu, ia menjadi penguasa Mesir dan Syria dan merevitalisasi ekonomi, reorganisasi militer, dan menaklukan Negara-negara muslim kecil untuk dipersatukan melawan pasukan salib.
Impian bersatunya bangsa muslim tercapai sesudah pada September 1174 M, Shalahuddin berhasil menundukkan Daulah Fatimiyah di Mesir untuk patuh pada kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Daulah Ayyubiyah yang bermadzhab Sunni balasannya berdiri di Mesir menggantikan Daulah Fathimiyah yang berkuasa sebelumnya dan bermazhab syi’ah. 
Pada usia 45 tahun, Shalahuddin sudah menjadi orang paling berpengaruh di dunia Islam. Selama kala waktu 12 tahun, beliau sukses mempersatukan Mesopotamia, Mesir, Libya, Tunisia, kawasan barat jazirah Arab dan Yaman di bawah kekhalifahan Ayyubiyah. Kota Damaskus di Syria menjadi pusatpemerintahannya. Shalahuddin wafat di Damaskus pada tahun 1193 M dalam usia 57 tahun.

  Abdullah Al-Makmun, Khalifah Abbasiyah Pembaharu Ilmu Pengetahuan

Kepemimpinan 

Selain itu Shalahuddin merupakan salah seorang Sultan yang memiliki kesanggupan memimpin, dibuktikan dengan caranya dalam memilih para Wazir. Shalahuddin mengangkat para pembantunya (Wazir) orang-orang pintar dan terdidik diantaranya, Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani. Sementara itu sekretaris pribadinya bernama Bahruddin bin Syadad, yang kemudian dikenal sebagai penulis biografinya. 
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga tidak menciptakan kekuasaan terpusat di Mesir. membagi wilayah kekuasaannya kepada kerabat-saudara dan keturunannya, sehingga melahirkan beberapa cabang dinasti Ayyubiyah sebagai berikut: 
1. Kesultanan Ayyubiyah di Mesir 
2. Kesultanan Ayyubiyah di Damaskus
3. Kesultana Ayyubiyah di Aleppo 
4. Kesultanan Ayyubiyah di Hamah 
5. Kesultanan Ayyubiyah di Homs 
6. Kesultanan Ayyubiyah di Mayyafaiqin 
7. Kesultanan Ayyubiyah di Sinjar 
8. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn Kayfa 
9. Kesultanan Ayyubiyah di Yaman 
10. Kesultana Ayyubiyah di Kerak 
Dalam kegiatan perekonomian, beliau melakukan pekerjaan sama dengan penguasa muslim di daerah lain dan menggalakan perdaganggan dengan kota-kota di maritim tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan tata cara perpajakan. Selain itu, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap selaku pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni. 
Untuk keberhasilannya, Khalifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah Al-Mustadi juga memberikan Mesir, Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib selaku daerah kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulahShalahuddin dianggap selaku Sultanul Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat Islam dan kaum muslimin).

Keperwiraan 

Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, diketahui selaku perwira yang mempunyai kecerdasan tinggi dalam bidang militer. Pada masa pemerintahannya kekuatan militernya terkenal sungguh tangguh, diperkuat oleh pasukan Barbar Turki, dan Afrika. Ia membangun tembok kota di Kairo dan bukit muqattam sebagai benteng pertahanan. 
Salah satu karya monumental yang disumbangkannya selama beliau menjabat selaku Sultan yaitu bangunan suatu benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang dibangun di Kairo pada tahun 1183 M. Kehidupan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi sarat dengan perjuangan dalam rangka menunaikan tugas negara dan agama. 
Perang yang dilakukannya dalam rangka membela negara dan agama. Shalahuddin seorang kesatria dan mempunyai toleransi yang tinggi. Ketika menguasai Iskandariyah, tetap mengunjungi orang-orang Kristen. Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan orangorang kristen berziarah ke Baitul Makdis. 
Sebagai penguasa pertama Daulah Ayyubiyah, Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi berupaya untuk menyatukan propinsi-propinsi Arab khususnya di Mesir dan Syam pada satu daulah kekuasaan. Usaha Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ini banyak menerima tantangan dari orang-orang yang kedudukannya merasa terancam dengan kepemimpinannya. 
Maka usaha-perjuangan yang dijalankan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi pertama kali ialah menumpas segala bentuk pemberontakan dan memperluas wilayah kekuasaannya dengan tujuan supaya kekuatan umat Islam terstruktur dengan baik dan mampu mencegah lawan. Usaha-usaha tersebut yakni: 
a. Memadamkan pemberontakan Hajib, kepala rumah tangga Khalifah Al-Adhid, sekaligus ekspansi daerah Mesir hingga selatan Nubiah (568 H/1173 M) 
b. Perluasan kawasan Al-Ayyubiyah ke Yaman (569 H/1173 M) 
c. Perluasan daerah Al-Ayyubi ke Damaskus dan Mosul (570 H/1175 M). 
Tujuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatukan Mesir, Suriah, Nubah, Yaman, Tripoli, dan daerah-kawasan yang yang lain di bawah komando Al Ayyubiyah ialah terjadinya koalisi umat Islam yang kuat dalam melawan gempuran-gempuran tentara salib. Usaha-perjuangan yang dilaksanakan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tersebut menuai hasil yang gemilang. 
Perang Salib yang terjadi pada masa Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi ialah Perang Salib masa kedua yang berlangsung sekitar tahun1144-1192 M. Periode ini disebut abad reaksi umat Islam, utamanya bertujuan membebaskan kembali Baitul Maqdis (Al-Aqsha). Peperangan paling penting yang sudah dilalui oleh Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi : 
1. Pertempuran Shafuriyah (583 H/1187 M) 
2. Pertempuran Hittin ( Bulan Juli 583 H/1187 M) 
3. Pembebasan Al-Quds/Baitul Maqdis (27 Rajab 583 H/1187 M). Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi adalah satria besar bagi umat Islam. 
Kecintaannya kepada agama dan umat Islam telah menempatkan sebagian lembaran hidupnya untuk menegakkan harga diri umat Islam. Kehadiran Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam perang salib ialah anugerah. Strategi yang dikembangkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam membangun koalisi umat Islam sungguh-sungguh sudah menyatukan kekuatan umat Islam dalam membela agamanya. Keperwiraan Shalahuddin terukir dalam sejarah, tidak cuma diakui oleh kaum muslimin tetapi juga oleh kaum Kristen.

  Imbas Gerakan Pembaruan Islam Di Indonesia

2. Sultan Al-Adil Saifuddin (596-615 H /1200-1218 M) 

Sering dipanggil Al-Adil, nama lengkapnya Al-Malik Al-Adil Saifuddin Abu Bakar bin Ayyub, menjadi penguasa ke 4 Dinasti Ayyubiah yang memerintah pada tahun 596-615 H/1200-1218 M berkedudukan di Damaskus. Beliau putra Najmuddin Ayyub yang ialah saudara muda Shalahuddin Yusuf Al Ayyubi, beliau menjadi Sultan mengambil alih Al-Afdal yang gugur dalam peperangan. 
Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi yang berbakat dan efektif. Prestasi Al Malik Al-Adil antara lain : 
1. Antara tahun 1168-1169 M mengikuti pamannya (Syirkuh) ekspedisi militer ke Mesir 
2. Tahun 1174 M, menguasai Mesir atas nama Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, sedangkan Shalahuddin 3. 3. Yusuf Al-Ayyubi mengembangkan pemerintahan di Damaskus 
4. Tahun 1169 M, dapat memadamkan pemberontakan orang-orang Nasrani Koptik di Qift-Mesir 
5. Pada tahun 1186-1195 M, kembali ke Mesir untuk memerangi pasukan Salib 
6. Pada tahun 1192-1193 M, menjadi gubernur di wilayah utara Mesir 
7. Pada tahun 1193 M, menghadapai pemberontakan Izzuddin di Mosul 
8. Menjadi gubernur Syiria di Damaskus 
9. Menjadi Sultan di Damaskus

3. Sultan Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M) 

Nama lengkap Al-Kamil, ialah Al-Malik Al-Kamil Nasruddin Abu AlMaali Muhammad. Al-Kamil yaitu putra dari Al-Adil. Pada tahun 1218 Al-Kamil memimpin pertahanan menghadapi pasukan salib yang mengepung kota Dimyat (Damietta) dan lalu menjadi Sultan sesudah ayahnya wafat. 
Pada tahun 1219, hampir kehilangan tahta karena konspirasi kaum Kristen koptik. Al-Kamil kemudian pergi ke Yaman untuk menyingkir dari konspirasi itu, dan konspirasi itu berhasil dipadamkan oleh saudaranya berjulukan Al-Mu’azzam yang menjabat selaku Gubernur Suriah. 
Pada bulan Februari tahun 1229 M, sultan Al-Kamil menyetujui perdamaian tenang selama 10 tahun dengan raja Inggris yaitu Frederick II, isi perjanjian itu berisi antara lain: 
1. Ia mengembalikan Yerusalem dan kota-kota suci yang lain kepada pasukan salib 
2. Kaum muslimin dan Yahudi dilarang memasuki kota itu kecuali di sekeliling Masjidil Aqsa dan Majid Umar. 
Peristiwa penting lainnya yang dialami Al-Malik Al-Kamil, antara lain: 
1. Pada tahun 1218 M, memimpin pertahanan menghadapi pasukan Salib yang mengepung kota Dimyat (Damietta) 
2. Menjadi Sultan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1218 M, menggantikan Al-Adil yang meninggal
3. Pada tahun 1219 M, dia nyaris kehilangan tahtanya. 
4. Pada tahun 1219 M, kota Dimyat balasannya jatuh ke tangan orang-orang Katolik 
5. Al-Kamil sudah beberapa kali memberikan perdamaian dengan pasukan Salib ialah dikerjakan perjanjian hening dengan imbalan : Mengembalikan Yerussalem terhadap pasukan Salib. 
6. Membangun kembali tembok di Yerussalem yang dirobohkan oleh Al-Mu’azzam saudaranya. 
7. Mengembalikan salib orisinil yang dahulu terpasang di Kubah kerikil Baitul Maqdis terhadap orang Katolik. 
Sultan Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 Masehi. Kedudukannya sebagai Sultan digantikan oleh Salih Al-Ayyubi. Demikian bahasan singkat perihal 3 pemimpin besar Dinasti Ayyubiyah yang terkenal.