Daftar Isi
Macam-Macam Ilmu Tasawuf
1. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf akhlaki ialah tasawuf yang sangat menekankan nilai-nilai etis (akhlak) atau taswuf yang berfokus pada perbaikan akhlak. Ajaran tasawuf akhlaki membahas perihal kesempurnaan dan kesucian jiwa yang di formulasikan pada pengaturan perilaku mental dan pendisiplinan tingkah laris yang ketat, guna mencapai kebahagiaan yang optimal. Dengan sistem-sistem tertentu yang sudah dirumuskan,tasawuf bentuk ini berkonsentrasi pada upaya-upaya menghindarkan diri dari adab yang tercela (Mazmumah) sekaligus mewujudkan etika yang terpuji (Mahmudah) didalam diri para sufi.
Dalam diri manusia ada kesempatanuntuk menjadi baik dan peluanguntuk menjadi buruk. Potensi untuk menjadi baik yaitu al-‘Aql dan al-Qalb. Sementara peluanguntuk menjadi jelek adalah an-Nafs. (nafsu) yang dibantu oleh syaithan. Sebagaimana digambarkan dalam QS. As-Syams : 7-8 sebagai berikut :
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Tasawuf akhlaqi mempunyai tahap metode training etika disusun selaku berikut:
a. Takhalli
Takhalli adalah perjuangan mengosongkan diri dari sikap dan budbahasa tercela. Salah satu dari budpekerti tercela yang paling banyak mengakibatkan akhlak jelek antara lain adalah kecintaan yang berlebihan kepada permasalahan duniawi.
b. Tahalli
Tahalli yaitu upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan perilaku, sikap, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dikerjakan kaum sufi sehabis mengosongkan jiwa dari etika-budpekerti tercela. Dengan melaksanakan ketentuan agama baik yang bersifat eksternal (luar) mirip sholat, puasa, haji, maupun internal (dalam) mirip keimanan, ketaatan dan kecintaan terhadap Allah.
c. Tajalli
Kata tajalli memiliki arti terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah diperoleh jiwa yang sudah membiasakan melakukan perbuatan-tindakan yang luhur, maka rasa keTuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.
Para sufi yang mengembangkan taswuf akhlaki antara lain: Hasan al-Basri (21-110 H), al-Muhasibi (165-243 H), al-Qusyairi (376-465 H), Syaikh al-Islam Sultan al-Aulia Abdul Qadir al-Jilani (470-561 H), Hujjatul Islam Abu Hamid al-Gajali (450-505 H), Ibnu Atoilah as-Sakandari dan lain-lain.
2. Tasawuf Amali
Tasawuf amali yakni tasawuf yang lebih memprioritaskan kebiasaan beribadah, tujuannya agar diperoleh penghayatan spiritual dalam setiap melakukan ibadah. Keseluruhan rangkaian amalan lahiriah dan latihan olah batiniah dalam perjuangan untuk mendekatkan diri terhadap Allah, yakni dengan melaksanakan macam-macam amalan yang terbaik serta cara-cara bersedekah yang paling sempurna. Tasawuf Amali berkonotasi dengan tarekat. Tokoh tasawuf ini antara lain, Rabiah Al Adawiyah dan Dzun Nun Al Misri.
Pengalaman tasawuf amali dibagi kedalam empat bidang selaku berikut:
a. Syari’at
Syari’at ialah hukum-hukum formal yang dijadikan sandaran amalan lahir yang ditetapkan dalam anutan agama lewat Al-Qur’an dan Sunnah. Sehingga seorang pengamal sufi tidak mungkin memperoleh ilmu batin tanpa mengamalkan secara tepat amalan lahiriahnya.
b. Thariqot
Kalangan sufi mengartikan thariqat selaku seperangkat serial akhlak yang menjadi pegangan pengikut tasawuf dan dijadikan sistem pengarahan jiwa dan adab.
c. Hakikat
Dalam dunia sufi hakikat diartikan selaku aspek batin yang paling dalam dari setiap amal atau inti dan belakang layar dari syariat yang merupakan tujuan perjalanan menuju Allah.
d. Ma’rifat
berarti pengetahuan atau pengalaman. Dalam istilah tasawuf,diartikan selaku pengenalan langsung wacana Tuhan yang diperoleh lewat hati sanubari sebagai pesan tersirat eksklusif dari ilmu hakikat.
3. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah tasawuf yang menekankan pada masalah-persoalan pemikiran mendalam/metafisik. Dalam upaya mengungkapkan penglaman rohaninya, para para sufi falsafi sering memakai istilah-ungkapan yang kurang jelas yang dikenal dengan syathahat ialah suatu perumpamaan yang sulit di pahami, yang sering menimbulkan kesalahpahaman. Tokoh tasawuf ini antara lain, Abu Yazid Al Bustami, Al (allaj, )bnu Arabi, Suhrawardi.
Dalam tasawuf falsafi, ihwal bersatunya Tuhan dengan makhluknya,setidaknya terdapat beberapa term yang telah masyhur beserta para tokohnya yakni; hulul,wadah al wujud, insan kamil, Wujud Mutlak.
a. Hulul
Hulul ialah salah satu rancangan didalam tasawuf falsafi yang meyakini terjadinya kesatuan antara kholiq dengan makhluk. Paham hululini disusun oleh Al-hallaj Kata hulul berimplikasi terhadap bahwa Tuhan akan menempati dan memilih tubuh manusia untuk ditempati, jika insan mampu menghilangkan sifat nasut( kemanusiaannya) dengan cara fana (menetralisir sifat-sifat tercela melalui menghapus alam duniawi menuju kesadaran keTuhanan).
b. Wahdah Al-Wujud
Istilah wahdah Al-wujud adalah paham yang mengatakan bahwa insan mampu bersatu padu dengan Tuhan, akan namun Tuhan disini bukanlah tetapi yang dimaksud tuahn bersatu padu disini bukanalh Dzat yang Tuhan yang bahu-membahu, melainkan sifat-sifat Tuhan yang memancar pada insan saat manusia sudah melakukan proses fana’.
c. Ittihad
Pembawa faham ittihad yakni Abu Yazid Al-busthami. Menurutnya manusia yaitu pancaran Nur Ilahi,oleh karena itu insan hilang kesadaranya [sebagai insan] maka padadasarnya beliau telah memperoleh asal mula yang bahwasanya, adalah nur ilahiatau dengan kata lain beliau menyatu dengan Tuhan.
Sumber-sumber Ilmu Tasawwuf
Sebagaimana layaknya ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlaq, ilmu kalam, ulumul AlQur’an, ulumul hadis dan ilmu-ilmu lain dalam Islam yang penamaannya gres timbul setelah Rasul wafat, demikian juga dengan ilmu tasawuf, keberadaan namanya baru dikenal jauh sesudah Rasul wafat. Namun esensi ilmu tasawuf bekerjsama bersumber dari Allah, Rasul, ijma’ sufi, ijtihad sufi dan qiyas sufi.
1. Allah
Allah merupakan Zat sumber ilmu tasawuf, tidak ada seorangpun yang bisa membuat ilmu tasawuf dari selain Zat Allah. Namun Allah mengajarkan secercah ilmu-Nya terhadap para sufi melalui hidayah (inspirasi) baik pribadi maupun dengan perantaraan lain selain Allah yang Allah kehendaki.
Ada kalanya lewat Al-Qur’an dengan sistem iqro’ul Qur’an (membaca, menyimak, menganalisa isi kandungan Al-Qur’an), ada pula lewat alam dengan cara perenungan sufi dan lain sebagainya yang pada pada dasarnya ialah hidayah dari Allah, kemudian berwujud menjadi ilham tercerahkan dalam nuansa anutan dan keyaqinan terunjam di hati untuk dimanifestasikan dalam kenyataan kehidupan faktual sebagai bentuk dedikasi diri terhadap Allah.
2. Rasulullah SAW
Rasul merupakan sumber kedua sesudah Allah bagi para sufi dalam mendalami dan pengambangkan ilmunya, alasannya adalah hanya kepada Rasul sajalah Allah menitipkan wahyu-Nya, tentulah Rasul pula yang lebih banyak tahu tentang sesuatu yang tersirat di balik yang tersurat dalam Al-Qur’an. Semua keterangan tersebut cuma ada di hadis Rasulullah, maka sumber yang kedua ilmu tasawuf yakni (adis (Sunnah Rasul).
3. Pengalaman Sahabat
Setelah merujuk pada tumpuan Al-Qur’an dan (adis, referensi selanjutnya bagi aktivitas tasawuf yaitu pengetahuan dan langkah-langkah para pengikut setia Rasulullah Muhammad saw. Pengalaman spiritual yang diperolehnya selaku penunjang seluruhnya itu.
4. Ijma’ Sufi
Ijma’ Sufi (kesepakatan para ’ulama tasawuf) merupakan esensi yang sungguh penting dalam ilmu tasawuf, akhirnya mereka dijadikan sebagai sumber yang ke tiga dalam ilmu tasawuf setelah Al-Qur’an dan Hadis.
5. Ijtihad Sufi
Dalam kesendiriannya, para sufi banyak menghadapi pengalaman aneh, pengalaman itu merupakan guru terbaik, namun Allah memberi logika untuk berfikir semaksimal mungkin selaku alat pembeda antara kepositifan dengan kenegatifan dalam pengalaman.
6. Qiyas Sufi
Qiyas ialah penghantar sufi untuk mampu berijtihad secara mandiri jika sedang terpisah dari jama’ahnya.
7. Nurani Sufi
Setiap sufi aktual, memiliki nurani yang tajam di hatinya, ada yang menyebutnya dengan istilah firasat, rasa, radar batin dan sebagainya ialah anugerah Allah kepada kaum sufi, bias dari keikhlashan, keteguhan dan ketawakkalannya dalam beribadah kepada Allah tanpa kenal letih.
8. Amalan Sufi
Kaum sufi memegang teguh tradisi diam-diam (menyembunyikan) nurani dan amalinya, alasannya adalah jika dua hal tersebut dimengerti umum dapat mengakibatkan kesalah fahaman, hal ini disebabkan dimensi tariqat (perjalanan) sufi merupakan dimensi batin (roh, rohani, jiwa, sesuatu esensi tersembunyi, gaib) yang tidak siapa saja mampu menjalaninya, tetapi para sufi amat merindukannya disebabkan semata alasannya cinta kepadaNya.