Kadangkalah pantun ini berisi dengan pribahasa.
Contohnya:
Berburu ke padang datar,
menerima rusa belang di kaki.
Berguru kepalang latih,
bagai bunga kembang tak jadi.
Cirinya ialah adanya perbandingan. Contoh pantun di atas membandingkan antara orang yang mencar ilmu dengan bunga.
Belajar yang tidak benar-benar menyerupai bunga namun tidak mempunyai kembang.
Baca juga:
Pantun Cinta dengan bermacam-macam tema.
Daftar Isi
Pantun Kiasan Beserta Artinya
Banyak kiasan yang diambil dari fenomena alam. |
Untuk lebih memahami pantun kiasan, ada baiknya untuk meneliti dengan seksama beberapa bait pola pantun di bawah ini.
Berikut ini yakni pola pantun kiasan dengan artinya.
[1]
Kusangka masih malam hari,
rupanya sudah datang siang.
Kusangka bunga mekar berseri,
rupanya layu dihisap kumbang.
Maknanya:
Menyangka bahwa gadis pujaannya masih sendiri, namun kenyataannya gadis tersebut telah diambil orang.
[2]
Naik bahtera bersahabat kemudi,
betapa harum bunga selasih.
Elok nian resminya padi,
semakin tunduk jika berisi.
Maknanya:
Ambilah pelajaran dari padi. Yakni kian kaya, kian terpelajar, kian andal, maka beliau akan kian rendah hati di hadapan insan yang lain.
[3]
Tanam ubi tanam kentang,
petik jagung tiada tersisa.
Petang kini sudah datang,
tinggi pula batang usia.
Maknanya:
Pantun kiasan di atas menjelaskan perihal waktu tua. Yaitu wacana habisnya kurun dewasa sekaligus hadirnya waktu bau tanah.
[4]
Diam ekspresi banyak merenung,
lompat tinggi anak bajing.
Hendak hati memeluk gunung,
apa daya tangan tak sampai.
Maknanya:
Memiliki impian yang sungguh besar tetapi sungguh mustahil tercapai.
[5]
Pohon renta disebut buhun,
banyak dahannya yang berduri.
Kering dijemur dalam setahun,
basah oleh hujan sehari.
Maknanya:
Usaha yang dilaksanakan sangat lama sia-sia oleh kesalahan kecil.
[6]
Rusa padang belang di kaki,
mangga kueni amat bau.
Tinggi gunung tetap didaki,
lautan api kan disebrangi.
Maknanya:
Pantun kiasan di atas mengandung makna perihal semangat dan tekad yang sungguh berpengaruh.
[7]
Randu tinggal randu,
panjang duri hingga sekilan.
Rindu tinggalah rindu,
bagai pungguk rindukan bulan.
Maknanya:
Seseorang yang jatuh cinta. Hanya saja mustahil cintanya bersatu.
[8]
Pandai ikan dalam berenang,
beda kolam ikannnya lain.
Sehari sehelai benang,
setahun menjadi kain.
Artinya:
Pantun di atas terdiri dari pepatah yang artinya jikalau kita rajin menjalankan apapun, pasti akan membawa hasil.
Itulah beberapa acuan pantun kiasan dan artinya. Semoga bisa menolong kau. Ada pertanyaan? Silakan hubungi rani.maharani@gmail.com
Tentang Pantun Kiasan
Suku Melayu diketahui sangat erat dengan alam. Alam ialah guru bagi suku Melayu. Mereka banyak memetik hikmah dari ayat-ayat kauniyah. |
Pantun kiasan banyak terdapat pada pantun Melayu. Suku Melayu sangat cendekia merangkai kata.
Kehalusan bahasa Bahasa Melayu tersirat lewat kata-kata kiasan.
Hingga ketika ini, suku Melayu masih sering memakai kata kiasan dalam pantun-pantunnya.
Selain suku Melayu, suku Minang juga sering menggunakan kiasan dalam berbagai karya sastranya. Tak terkecuali dalam pantun.
Kiasan ini bisa sindiran.
Sedangkan pantun dari suku-suku lainnya, mirip Jawa, Sunda, Banjar, dan yang lain sangat sedikit mengandung kiasan.
Itulah sebabnya, dalam budaya Melayu sungguh dikenal pribahasa. Pribahasa ialah bentuk lain dari kiasan.
Kata kiasan dan pribahasa sangat mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berikut ini beberapa pantun kiasan yang lain.
[9]
Jalan-jalan ke Palembang,
sungai Musi luas membentang.
Di mana bunga mulai meningkat ,
di sana kumbang akan tiba.
Artinya:
Jika ada anak wanita yang beranjak gadis, maka banyak laki-laki yang menyukainya.
[10]
Kayu jati dibuat papan,
burung puyuh jauh menghilang.
Padi kutanam dengan harapan,
berkembang pula rumput ilalang.
Artinya:
Setiap kali berbuat kebaikan, biasanya ada saja halang rintangan.
[11]
Pergi ke pasar berbelanja beras,
membeli cincin berhias permata.
Mengharap hujan turun deras,
hanya gerimis sekejap mata.
Artinya:
Mengharapkan laba yang besar. Tetapi hanya mendapatkan keuntungan yang sungguh kecil.
[12]
Melihat ikan di tepi bak,
pohon pinang jadi tambatan.
Air beriak tanda tak dalam,
air damai menghanyutkan.
Artinya:
Orang yang ilmunya sedikit lazimnya banyak bicara. Sedangkan orang yang banyak ilmunya lebih tenang.
[13]
Keras keras cangkang kerang,
walau keras tetap dibawa.
Walaupun punggung bendo,
bila diasah tajam jua.
Artinya:
Sebodoh apapun seseorang, jika dia bersungguh-sungguh belajar niscaya akan menjadi arif.
[14]
Manis rasanya buah sirsak,
ombak tiba bergulung-gulung.
Dimana bumi dipijak,
di sana langit dijunjung.
Artinya:
Kita semestinya menghormati budbahasa istiadat tempat yang kita tinggali.
Macam-macam kiasan yang lain
Angin bertiup hingga menderu,
Nyamuk masuk dalam kelambu.
Langit terkembang menjadi guru,
banyak merenung banyak ilmu.
Ikan kecil sudah berenang,
Anak kecil menyantap tajin.
Sehari sehelai benang,
Setahun menjadi kain.
Bambu kecil jadi rakit,
Tergores badan trasa sakit.
Sedikit demi sedikit
Lama-lama menjadi bukit.
Dari Cikampek ke Maranggi,
Sore hati jangkrik berbunyi.
Tak ada gunung yang terlalu tinggi,
Tak ada lereng yang tak dapat dituruni.
Surya senja mulai redup,
Telah habis cahaya terperinci.
Mengikut angin bertiup,
Tak teguh mirip karang.
Ramai orang sedang kenduri,
Dari maritim mengail pari.
Bertanam padi berkembang duri,
Bertanam budi dibalas iri.
Burung dara burung gelatik,
Amat indah warna sayapnya.
Karena nila setitik,
Rusak susu sebelanga.
Ular kobra ekspresi berbisa,
Mati satu dalam peti.
Mengikut rasa akan binasa,
Mengikut hati pasti mati.
Ada biawak di dalam kolam,
Kodok kecil nyaring nyanyinya.
Air beriak tanda tak dalam,
Tong kosong nyaring bunyinya.
Kalau berguru pasti mengerti,
Belajar agama menjadi paderi.
Luka di tangan dapat diobati,
Luka hati ke mana obat dicari.
Sayur ikan di atas talam,
Gadis cantik tersenyum simpul.
Laksana telaga dasarnya dalam,
Dimana air banyak berkumpul
Buah segar sehat raga,
Kacang tempe dibentuk tahu.
Dalam lautan bisa disangka ,
Dalam hati siapa yang tahu.
Kiasan yang tiba dari para petani
Hujan turun rintik-rintik,
Lari ke hutan anak si kancil.
Siapa menanam akan memetik,
Siapa bekerja akan berhasil.
Nasi putih dalam piring,
Lauk pauk masih mentah.
Sawah luas airnya kering,
Parang tajam gagangnya patah.
Mata mengantuk terlihat sayu,
Kaki sakit alasannya tertusuk.
Kurang air kembang kan layu,
Banyak air akan membusuk.
Pisang emas telah menua,
Pisang ambon hendak diaduk.
Bukan emas bukan permata,
Benih butuh air dan lumpur.
Lancang Kuning suatu tanda,
Adat Melayu di Sumatera.
Sawah menguning bagai permata,
Membuat bahagia orang melakukan pekerjaan .
Mentari senja mulai terbenam,
Esok pagi akan kembali.
Satu benih yang ditanam,
Kan memberi beribu kali.
Pantun kiasan para pedagang.
Ketika seseorang menciptakan pantun kiasan, berarti mereka memberikan pesan secara tidak eksklusif.
Pantun seperti ini memperlihatkan makna bahwa:
Masyarakat mempunyai tata krama tabiat dalam memberikan pendapatnya.
Agar penduduk mengambil manfaat dari pepatah yang disampaikan.
Agar orang lain tidak tersinggung kepada pesan yang disampaikan.
Selain pantun kiasan, lazimnya penduduk juga memakai pantun sindiran.
Pantun sindirian yang dimaksud di era kemudian berbeda dengan sindiran di kala sekarang.
Pada kurun kini, kata sindiran bermakna menyampaikan pesan secara tidak eksklusif tetapi merendahkan orang yang dituju.
Sedangkan sindiran di era kemudian memiliki arti menyampaikan pesan secara eksklusif, secara baik, dan tidak selalu bermaksud untuk menyinggung orang yang dituju.
Jangan lupa dengan pantun teka-teki yang lengkap dan terbaik.
Baca juga: 47+ Puisi Cinta, Puisi Ibu, Puisi Guru, dan Puisi Sahabat