Contoh Puisi Ahmadun Yosi Herfanda – Sastrawan yg akan dibahas & dipelajari karya sastranya berikut ini yaitu sastrawan yg mempunyai nama Ahmadun Yosi Herfanda. Ia lahir di Kaliwungu, Kendal, 17 Januari 1958. Alumnus FPBS IKIP Yogyakarta ini menuntaskan S-2 jurusan Magister Teknologi Informasi pada Universitas Paramadina Mulia, Jakarta. Ia pernah menjadi Ketua III Himpunan Sarjana Kesastraan Indonesia (HISKI, 1993-1995), & ketua Presidium Komunitas Sastra Indonesia (KSI, 1999-2002). Tahun 2003, bersama Hudan Hidayat & Maman S. Mahayana, mendirikan Creative Writing Institute (CWI).
dalam duniamu gue cacing tak mempunyai arti
yang melata dr lumpur ke lumpur
peradaban tanpa jiwa, yg menggeliat
di selokan-selokan kumuh kota, yang
senang tatkala pohon-pohon berbunga
cobalah kaudengar zikirku, menetes
jadi madu di pucuk-pucuk akar pohon itu
kucangkul tanah keras jadi gembur
kurabuk ladang tanpa hara jadi subur
kubimbing akar-akar pohonan
menyusup sela-sela batu & belukar
menghisap sari madu kehidupan
sedang gue cukup berkembang
dari daun-daun gugur
di kota-kota padat beton & baja
saya jadi penghuni tak berharga
namun dengarlah kecipak ikan-ikan
bernyanyi atas kehadiranku
sewaktu tubuhku kurelakan
lumat jadi santapan
akulah si paling buruk rupa
diantara para kekasih dunia
tetapi syukurku tak tertahankan
ketika dapat ikut menyuburkan
taman bunga di beranda
1990
sungai itu panjang sekali
mengalir ke dlm tubuhmu
dengan sarat cinta gue pun berlayar
bersenandung dlm konser ikan-ikan
sungai itu dlm sekali
berpusar dlm palung jiwamu
dengan sarat gairah gue pun menyelam
menangkap makna hidup pada mata kerang
sungai itu panjang sekali
di arusnya gue memburumu
tak hingga-hingga
1990
semut-semut pun kauanugerahi
sepercik cahaya pagi
hatinya yg kaucintai
terang dlm kegelapan hari
ketika cahaya langit mekar
berjuta semut berzikir
berderet di akar pohon
bagai beribu sufi
menyanyikan shalawat nabi
lantaran kauanugerahi kekuatan
semut-semut dgn ringan
memanjat ranting & daun
meletakkan cintaku
di putik bunga
dan sang embun pun berkata:
barangsiapa tak kauanugerahi cahaya
akan tersuruk-suruk langkahnya
bagai semut kehilangan kepala
1990
buah apel yg kubelah dgn pisau sajak
tengadah di atas meja. Dan, dgn kerlingnya
mata pisau sajakku berkata, ”Lihatlah, ada puluhan
ekor ulat besar yg tidur dlm dagingnya!”
memandang buah apel itu gue seperti
memandang tanah airku. Daging putihnya
ialah kemakmuran yg enak & melimpah
sedang ulat-ulatnya yakni para pejabat
yang malas & korup
tahu makna tatapanku pisau itu pun berkata,
”Kau lihat seekor ulat yg paling gemuk
di antara mereka? Dialah presidennya!”
buah apel & ulat
ibarat negara & koruptornya
di saat buah apel membusuk
ulat-ulat justru gemuk di dalamnya
Jakarta, 1999/2003
walau kaubungkam bunyi azan
walau kaugusur rumah-rumah tuhan
aku rumputan
takkan berhenti sembahyang
:inna shalaati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
lillahi rabbil ‘alamin
angin puting-beliung menyapu luas padang
tubuhku bergoyang-goyang
namun tetap teguh dlm sembahyang
akarku yg mengurat di bumi
tak berhenti mengucap shalawat nabi
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan jiwa & badan
yang rindu berbaring di pangkuan tuhan
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan habis-habisan
walau kautebang aku
akan tumbuh selaku rumput gres
walau kaubakar daun-daunku
akan bersemi melampaui dahulu
aku rumputan
kekasih tuhan
di kota-kota dikesampingkan
alam memeliharaku subur di hutan
aku rumputan
tak pernah lupa sembahyang
:bergotong-royong shalatku & ibadahku
hidupku & matiku hanyalah
bagi Allah tuhan sekalian alam
pada kambing & kerbau
daun-daun hijau kupersembahkan
pada tanah akar kupertahankan
semoga tak kehilangan asal eksistensi
di bumi paling rendah gue berada
tapi zikirku menggema
menggetarkan jagat raya
: la ilaaha illalah
muhammadar rasululah
aku rumputan
kekasih tuhan
seluruh gerakku
adalah sembahyang
1992
hanya milikmu cahaya pagi hingga senja
dan rahasia kegelapan tatkala malam tiba
pada muhammad kauanugerahkan kemuliaan
pada sulaiman kaulimpahkan keberadaan
kamu tunjukkan keindahanmu lewat yusuf
dan cinta kasihmu melalui isa
di hati kekasihmu sejati pun kautanam
diam-diam kemakrifatan
kaujadikan perut burung-burung
kenyang tatkala petang
dan lapar kembali tatkala pagi
hingga terdengar senantiasa kicaunya
menghiasi golongan hari yg tersadar
kaujadikan bintang-bintang
senantiasa bertasbih padamu
kauciptakan pohon-pohonan
selalu berzikir padamu
o, allah, anugerahi gue kesetiaan
tanganku menjadi tanganmu
kakiku menjadi kakimu
lidahku menjadi lidahmu
mataku menjadi matamu
telingaku menjadi telingamu
hatiku menjadi istanamu
:bumi & langit tak mengandungku
tetapi hamba berimanku mengandungku*
*dari Hadis Qudsi
karena cinta tuhan menaruh
dua malaikat di pundakmu
-inilah pengasuh-pengasuhmu
kata tuhan. sayap-sayapnya
bisa membawamu terbang ke langit
sekaligus berpijak di bumi lagi
engkau tak perlu takut
malaikat bukan polisi atau satpam
higienis dr amplop & uang sogok
tak suka dijilat maupun menjilat
malaikat higienis dr nafsu-nafsu burukmu
lantaran cinta tuhan meletakkan
dua malaikat di pundakmu
karena cinta tuhan lebih akrab
dari urat lehermu
1990
DI BAWAH LANGIT MALAM
— purworejo
kucium kening bulan
dalam sentuhan acuh taacuh angin malam
ayat-ayat tuhan pun tak pernah bosan
memutar planet-planet dlm keseimbangan
langit yg membentang
menenggelamkanku ke jagat dalam
kutemukan lagi ayat-ayat tuhan
inti segala kekuatan putaran
jagad yg menghampar
membawaku ke singgasana diam-diam
pusat segala energi & cahaya
membebaskan jiwa
dari penjara kefanaannya
kucium lagi kening bulan
engkau pun tersenyum
dalam penyerahan
1983
kukembalikan dagingku pada ikan
kuserahkan darahku pada kerang
makanlah milikku, ambil seluruhku
kukembalikan tulangku pada tripang
kalau gue mati
cuma tinggal tanah
jiwaku membumbung
ke kekosongan
beberapa tahun gue mengail
berhutang nyawa pada ikan
berabad-periode gue minum
berhutang hidup pada bahari
berwindu-windu gue berlari
berhutang api pada matahari
datang saatnya nanti kukembalikan
semua hutangku pada mereka
kukembalikan jasadku pada tanah
sukmaku kembali ke tiada
: zat pemilik segalanya!
Jakarta, 1992
berabad-masa wajah tuhan bertaburan
jadi ayat-ayat alam yg berserak pada kerikil-watu
tiap perciknya berubah menjadi wajah yg berbeda
berabad-era wajah tuhan bertaburan
dalam belahan cinta sekaligus sengketa
berabad-periode pula adam bingung
mencoba menyatukan wajah tuhan
dalam gambaran seutuhnya. tetapi
senantiasa tidak berguna ia. alasannya adalah, tuhan lebih suka
hadir dlm kecantikan yg beraneka
pada keayuan pohon & keindahan batu
pada ketangguhan ombak & kediaman gunung
pada wajah suci seorang bayi & hangat matahari
dan pada wajah manis seorang istri
tuhan hadir dlm senyum abadi
berabad-masa wajah tuhan bertebaran
pada ayat-ayat alam yg selalu
menemukan tafsir sendiri
Jakarta, 1995/2007