√ Pteridophyta

Definisi Pteridophyta

Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu jenis tanaman yg memiliki keanekaragaman yg tinggi dgn penyebaran yg luas. Tumbuhan paku tersebar di seluruh kepingan dunia, kecuali kawasan bersalju kekal & daerah kering (gurun). Total spesies yg diketahui nyaris 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yg lembab.


Tumbuhan paku pula disebut sebagai flora berpembuluh (Tracheophyta) alasannya memiliki pembuluh pengangkut. Tumbuhan ini cenderung tak tahan dgn kondisi air yg terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yg pula dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku alasannya adalah merajai hutan-hutan di bumi.

Pteridophyta


Serasah hutan flora pada zaman ini yg memfosil kini ditambang orang sebagai batu bara. Salah satu anggota dr Pteridophyta ialah kelas Lycopodiinae ( paku kawat atau paku rambat ). Merupakan tumbuhan liar di pinggir-pinggir jalan, semak belukar atau di hutan-hutan,sering memanjat di pohon. Tumbuh dr dataran rendah hingga pegunungan dr ketinggian 100 m sampai 2.000 m di atas permukaan maritim.


Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yg nyaris dapat ditemui pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dlm satu divisi yg jenis-jenisnya telah terperinci mempunyai kormus & dapat dibedakan dlm tiga belahan pokok yaitu akar, batang, & daun.


Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan antara lain sebagai tanaman hias, sayuran & materi obatobatan. Namun dengan-cara tak langsung, kehadiran flora paku turut memperlihatkan manfaat dlm memelihara ekosistem hutan antara lain dlm pembentukan tanah, pengawalan tanah kepada erosi, serta menolong proses pelapukan serasah hutan.


Pengertian Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku (Pteridophyta) berasal dr kata Yunani yaitu Pteron artinya bulu, &  phyton artinya tumbuhan. Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah golongan Plantae yg tubuhnya sudah berupa kormus atau sudah memiliki serpihan akar, batang, & daun sejati. Meskipun masih ada beberapa kelompok paku yg struktur tubuhnya belum lengkap.


Baca Juga : Organel Sel Tumbuhan


Morfologi Pteridophyta

Tumbuhan paku (Pteridophyta)  merupakan organisme multiseluler & eukariotik. Umumnya sudah mempunyai akar, daun, & batang yg terang (kormophyta).


Ciri-ciri Pteridophyta

  • Akar berupa:

  1. Rhizoid: pada generasi gametofit

  2. Akar serabut: pada gerasi saprofit

  3. Struktur anatomi akar:

  • Pada penggalan ujung di lindungi oleh kaliptra

  • Di belakang kaliptra terdapat titik berkembang akar berbentuk bidang empat yg aktifitasnya keluar membentuk kaliptra sedangkan kedalam membentuk sel-sel akar

  • Pada slender sentra terdapat fasisi (berkas pembuluh angkut) bertipe konsentris (xilem dikelilingi floem)


  • Batang :

  1. Prothalium pada generasi gametofit

  2. Batang sejati pada generasi sporofit

  3. Struktur atanomi batang:

  • Epidemis: mempunyai jaringan pengakut yg terdiri dr atas sel-sel skelenkim

  • Korteks:banyak mengandung lubang(ruang antar sel)

  • Silender sentra: terdiri dr xilem & floem yg membentuk berkas pengangkut bertipe konsentris


  • Daun :

Daun terdeferensiasi sehingga berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi dua yakni:

  1. Daun mikkrofil: Ukuran kecil, cuma setebal selapis sel & membentuk rambut

  2. Daun makkrofil: ukuran besar & tipis, sudah mempunyai serpihan- serpihan daun seperti tulang daun,tangkai daun, mesofis & epidermis


Berdasarkan fungsinya, di bedakan menjadi dua yakni:

  1. Daun tropofil: untuk fotosintesis

  2. Daun sporofil: penghasil spora

  • Spora berkumpul di sporangium mampu terdapat pada strobilus. Setiap sporangium di kelilingi oleh sederetan sel yg membentuk bangunan seperti cincin yg disebut annulus yg berfungsi selaku mengontrol pengeluaran spora.

  • Spora berkumpul dlm yg di sebut sorus. Sorus yg masih muda dilindungi oleh selaput sel yg sebut

selaput-sel

Gambar: selaput sel (insidium) & daun tropofil & sporofil


Baca Juga : Tumbuhan Sirih


Reproduksi Pteridophyta

Reproduksi tumbuhan paku terbagi dlm 2 (dua) fase yakni: fase vegetatif & generatif. Reproduksi tanaman paku dengan-cara vegetatif dgn rhizoma & membentuk spora. Secara generatif dgn pembentukan gamet. Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan ( metagenesis) yaitu pergiliran keturunan antara generasi sporofit (penghasil spora) dgn generasi gametofit (penghasil gamet) proses metagenesis flora paku sebagai berikut:


  • Fase sporofit

  1. Spora di hasilkan dr kotak spora yg di sebut sporangium
  2. Sporangium berkumpul dlm satu tubuh yg disebut dgn so
    rus yg terdapat daun sporofit
  3. Spora keluar dr sporangium & bila jatuh di tempat yg cocok akan terjadi pembuahan & berbentuk zigot
  4. Zigot akan berubah menjadi sporofit & berubah menjadi sporofit akil balig cukup akal.


  • Fase gametofit

  1. Pada generasi gametofit, protarium membentuk anteridium selaku alat kelamin jantan & menghasilkan spermatozoa sedangkan arkegonium sebagai alat kelamin betina yg menghasilkan ovum.
  2. Hasil peleburan antara sperma & ovum menghasilkan zigot yg kemudian berkembang menjadi tanaman paku baru memiliki akar, batang & daun.


Siklus Reproduksi Tumbuhan Paku

Fase-Gametofit-dan-Sporofit

Gambar : Fase Gametofit & Sporofit


Berdasarkan jenis-jenis spora yg dihasilkan, dikenal flora paku homospora, paku peralihan, & paku heterospora.


  1. Paku homospora

Merupakan jenis paku yg cuma menciptakan spora jantan atau spora betina saja. Contohnya adalah Lycopodium atau paku kawat.

Spora-pada-Lycopodium

Gambar : Spora pada Lycopodium (paku kawat)


Baca Juga :Pertumbuhan Tumbuhan


Daur Hidup Paku Homospora :

Daur-Hidup-Paku-Homospora

  1. Paku peralihan

Merupakan jenis paku yg dapat menciptakan dua macam spora, yakni spora jantan & spora betina. Namun, spora-spora yg dihasilkan tersebut mempunyai bentuk & ukuran yg sama. Contohnya yakni Equisetum debile.

Spora-pada-Equisetum-debile

Gambar : Spora pada Equisetum debile


Daur Hidup Paku Peralihan :

Daur-Hidup-Paku-Peralihan

  1. Paku Heterospora

Merupakan jenis paku yg mampu menghasilkan spora dgn jenis & ukuran yg berbeda, yaitu spora jantan & spora betina. Spora jantan memiliki ukuran yg lebih kecil, atau biasa disebut selaku mikrospora & spora betina memiliki ukuran yg lebih besar, atau biasa disebut sebagai makrospora. Contohnya ialah Marsilea crenata (semanggi) dan Selaginella widenowii.

Spora-pada-Selaginella-widenowii

Gambar : Spora pada Selaginella widenowii

Selaginella-widenowii


Baca Juga :Penjelasan Macam-Macam Gerak Pada Tumbuhan


Klasifikasi Pteridophyta

Klasifikasi-Pteridophyta

Klasifikasi-Pteridophyta


Perbedaan Kelas Pteridophyta

Perbedaan-Kelas-Pteridophyta


Kelas Psilophitinae (Paku purba)

Psilophytinae mencakup tumbuhan paku yg masih primitif, paku purba meliputi jenis-enis paku yg sebagian bersar sudah punah. Jenis-jenis sekarang yg masih ada cuma beberapa mirip pada Ordo Psilotales yg masih mampu didapatkan, & lazimnya dianggap sebagai relik suatu golongan flora yg semula meliputi jenis-jenis yg lebih banyak. Warga paku purba merupakan paku telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai daun-daun kecil (mikrofil)  yg belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yg belum mempunyai akar. Paku purba bersifat homospora.

Baca Juga :Jaringan Meristem Tumbuhan Beserta Penjelasannya


  • Ordo Psilophytales (paku telanjang)

Termasuk tanaman darat yg tertua, tumbuhan ini telah ditemukan didalam lapisan-lapisan bumi yg amat tua. Ciri-ciri lazim tumbuhan ini adalah mempunyai bentuk yg sederhana, masih belum berdaun & berakar, batang sudah mempunyai berkas pengangkut, bercabang-cabang menggarpu dgn sporangium diujung-ujung batangnya. Ordo Psilophytales terdiri dr tiga famili yakni:


  • Famili Rhynaceae

Merupakan flora terna mencapai tingggi kira-kira ± 1,5 M, batang dlm tanah, membentuk cabang-cabang menggarpu. Tidak berdaun, tak mempunyai akar sejati tetapi akarnya cuma berupa rhizoid.


  • Famili Asteroxylaceae

Ciri-ciri mampu meraih tinggi 1 m, pada batangnya terdapat penonjolan-penonjolan yg disebut mikrofil. Beberapa jenis menunjukkan percabangan berkas pengangkut hingga pada pangkal mikrofil.


  • Famili Pseudosporochnaceae

Ciri-ciri memiliki percabanagan menggarpu, sporangium terdapat pada ujung percabangan, percabangan yg melebar yg tak fertil berguna untuk asimilasi.


  • Ordo Psilotales

Berupa terna kecil, rendah, belum memiliki akar (cuma rizoid), bercabang menggarpu, mikrofil mirip sisik-sisik pada batang. Protalium sudah ada, cuma berukuran beberapa sentimeter saja. Terdapat didaerah jawa.


Kelas Lycopodiinae (Paku kawat)

Kelas Lycopodiinae memiliki ciri batang & akar-akarnya bercabang-cabang & menggarpu. Daunnya kecil-kecil (mikrofil) tak bertangkai,  senantiasa bertulang satu saja, & ada beberapa bangsa yg daun-daunnya mempunyai lidah-pengecap (ligula).


Daun-daun tersusun berdasarkan garis spiral, sporofilnya berbeda dgn tropofilnya. Tiap-tiap sporofil mempunyai satu sporangonium yg besar pada belahan bawah sisi atas daun. Lycopodinae yakni keturunan dari Psilophytinae, hal ini dibuktikan oleh adanya mikrofil. Lapisan dlm dinding sporangium disebut dgn tapetum, pada waktu spora menjadi masak & tak terlarut. Embrio oleh suspensor didesak kedalam jaringan protalium kecuali pada Isoetes.


Lycopodinae di dlm zaman Karbon sudah meningkat lebiah luas dr pada zaman kini, bahkan ada yg telah berkembang menjadi tumbuhan berbiji, yaitu Lepidospermae. Mungkin alasannya tak sempurnanya alat-alat penyerap & pengangkut air, maka tumbuhan yg telah berupa pohon itu kemudian punah menjelang akhir zaman Palaeozoikum, alasannya iklim dibumi ini bertambah kering. Paku kawat & paku rane yg berupa terna itulah yg mampu bertahan hingga kini. Lycopodiinae dibedakan menjadi 4 ordo yaitu, Lycopodiales, Selaginellales, Lepidedondrales & Isoitales.

Baca Juga :Penjelasan Proses Pembentukan Sel Jantan Pada Tumbuhan


  • Ordo Lycopodiales

Bangsa ini terdiri kurang lebih atas 200 jenis flora yg nyaris semua termasuk dlm suku Lycopodiaceae dr marga Lycopodium. Lycopodium itu kebanyakan berupa terna kecil yg sering sekali digunakan untuk pengerjaan buket bersama dgn bunga. Batang mempunyai berkas pengangkut yg masih sederhana, berkembang tegak atau berbaring dgn cabang-cabang yg menjulang ke atas.


Daun-daun berambut, berupa garis atau jarum, yg dianggap homolog dgn mikrofil Psilophytinae & hanya memiliki satu tulang yg tak bercabang. Akar biasanya bercabang-cabang mengarpu. Bagian-bagian batang yg berdiri tegak,di atas kepingan yg agak jarang daun-daunnya, mempunyai rangkaian sporofil. Sporofil berbentuk segitiga sama sisi, mempunyai sporangium yg agak pipih, berupa ginjal, menciptakan isospora.


Letak sporangium pada sisi atas daun dekat dgn pangkalnya. Dinding sporangium terdiri atas beberapa lapis sel. Sporangium membuka dgn dua katup berdasarkan suatu retak yg telah tampak dr susunan anatomi sel-selnya. Sesudah 6 atau7 tahun spora itu baru berkecambah, menghasilkanbadan yg terdiri dr 5 sel, yg semula menerima masakan dr cadangan di dlm spora. Sesudah mengalami waktu istirahat, gres tubuh itu berkembang terus, jika dlm sel-selnya yg sebelah bawah dimasuki hifa cendawan yg berkelakuan sebagai mikoriza.Makara untuk perkembangan prolatalium harus ad simbiosis dgn mikoriza.


Protalium hidup di dlm tanah, berupa mirip umbi kecil, keputih-putihan & bersifat saprofit. Baru sehabis 12-15 tahun, alat-alat kelaminnya menjadi masak, sehingga umur protalium itu mampu hingga 20 tahun. Jika protalium muncul di atas tanah,lalu membentuk kloroplas & warnanya menjadi hijau. Protalium itu berumah satu,alat-alat kelaminnya terdapat pada kepingan apikal. Anetridium terbenam dlm jaringan protalium & terdiri atas banyak sel. Tiap sel anteridium ( selain dindingnya) menciptakan spermatozoid berupa jorong, masing-masing mempunyai dua bulu cambuk.


Zigot mula-mula dgn suatu dinding dasar yg melintang membelah menjadi dua sel. Yang bawah mula-mula membagi diri menjadi 4 kuadran kemudian menjadi oktan & selanjutnya menjadi enmbrionya,sedang sel-sel yg atas yg menghadapleher arkegonium menjadi penunjang embrioatau suspensor. Jadi embrio itu tak menghadap kearah leher arkegonium. Letak embrio yg demikian itu disebut endoskopik. Di daerah tropika banyak pula terdapat warga Lycopodium, di antaranya ada yg hidup sebagai epifit, contohnya L. nummularifolium.


  • Ordo Selaginellales

Habitus menampilkan persamaan dgn Lycopodinae. Sebagian mempunyai batang berbaring & sebagian tegak, bercabang-cabang menggarpu anisotom, tak menampilkan pertumbuhan menebal sekunder. Ada yg tumbuhnya membentuk rumpun, ada yg memanjat & tunasnya dapat meraih panjang hingga beberapa meter.


Pada batang terdapat beberapa daun-daun kecil yg tersusun dlm 4 baris. Cabang-cabang kadang-kadang mempunyai susunan dorsiventral. Dari 4 baris daun itu yg dua baris terdiri atas daun-daun yg lebih besar & tersusun kesamping, yg dua baris lagi terdiri atas daun-daun yg lebih kecil terdapat pada sisi atas cabang-cabang yg menghadap kemuka.


Akar-akar yg keluar dr bagianbagian batang yg tak berdaun yg dinamakan pendukung akar. Pada pecahan bawah sisi atas daun terdapat sebuah sisik yg dinamakan lidah-lidah (ligula). Lidah-pengecap tersebut merupakan alat penghisap air (contohnya tetes air hujan), & kerap kali dgn perantaraa suatu trakeida mempunyai kekerabatan dgn berkas-berkas pembuluh pengangkutan.


Selaginella bersifat heterospora, protakliumnya sangat kecil, jadi telah mengalami reduksi yg jauh. Rangkaian sporofil terminal,merupakan suatu bulir tunggal atau bercabang, biasanya radial, jarang sekali desiventral. Sporangium itu menghasilkan mikro & makrospora, akan tetapi keduaduanya ditemukan dlm satu rangkaian sporofil. Dalam makrosporangium sel-sel induk spora
yg terbentuk semua mati, kecuali satu yg karenanya dgn pembelahan reduksi menciptakan 4 spora yg dindingnya penjol-penjol.


Baca Juga :Penjelasan Peristiwa Yang Terjadi Dalam Sel Tumbuhan


Mikrosporangium pipih, di dalamnya banyak terkandung mikrospora. Dinding sporangium terdiri atas 3 lapis sel, yg paling dlm merupakan tapetum yg berguna untuk memberi makanan pada spora. Dinding sel-sel tapetum tak terlarut. Sporangium membuka dgn sebuah mekanisme kohesi, & membukanya sporangium spora terlempar keluar. Spora selagi masih berada dlm sporangium sudah memulai perkembangannya untuk membentuk protalium.


Mula-mula spora membelah menjadi suatu sel kecil berbentuk lensa & satu sel yg lebih besar. Sel yg lebih besar berturut-turut mengadakan pembelahan, sehingga menghasilkan 8 sel dinding yg steril, & 2 atau 4 sel yg di pusat. Sel kecil berupa lensa bersifat vegetatif & dinamakan sel rizoid. Sel-sel yg merupakan dinding anteridium lalu terlarut dindingnya menjadi sebuah lapisan lendir yg di dalamnya terdapat spermatozoid. Seluruh protalim jantan sampai stadium itu tetap berada dlm kulit mikrospora, tetapi akibatnya kulit itu pecah, sel-sel anteridium menjadi bebas, & keluarlah spermatozoid berbentuk gada yg sedikit bengkok.


Inti spora membelah secar bebas menjadi banyak,yang lalu tersebar dal plasma pada potongan atas spora. Baru kemudian mulai terbentuk dinding-dinding sel yg meluas kebawah, sehingga akibatnya seluruh spora terisi dgn sel-sel protalium. Akhirnya dinding makrospora pecah,dan protalium yg terdiri atas sel-sel kecil & tak berwarna tersebut keluar & membentuk 3 rizoid pad 3 tempat.


Setelah satu atau beberapa arkegonium dibuahi,mulailah perkembangan embrio yg biasanya bersifat endoskopis. Untuk membebaskan diri dr protalium, embroi yg endoskopik itu membelok mirip pada Lycopodium. Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku Selaginellaceae, & satu marga Selaginella. Di Indonesia antara lain kita dapati Selaginella caudata, S. plana, S. wildenowii.


Sebagian berbatang tegak, tapi pula ada yg batang mendatar, tak mengalami pertumbuhan sekunder. Daun ada dua macam, mikrofil & makrofil, belum mengalami diferensiasi membentuk jaringan pagar & jaringan spons. Akar tumbuh dr belahan batang yg tak berdaun. Bersifat heterospor, protalium telah mereduksi, berukuran sungguh kecil.


Demikian klarifikasi perihal Pteridophyta – Pengertian, Ciri, Klasifikasi, Struktur, Contoh mudah-mudahan berguna bagi semua pembaca setia kami.

  Sepasang suami istri normal masing-masing membawa sifat albino.