√ Pola Keruangan Desa Dan Kota

Pola Keruangan Desa Dan Kota – Di wilayah perdesaan masih banyak ditemui lahan pertanian yg luas, pekarangan dgn banyak pohon, & rumah-rumah yg berjauhan. Sedang di wilayah perkotaan rumah & bangunan terlihat rapat, pepohonan jarang, serta kepadatan & kegiatan penduduk tinggi. Seiring dgn peningkatan pembangunan negara, wilayah perdesaan mengalami pergantian. Mengapa terjadi pergantian? Interaksi desa-kota telah memberi pengaruh di wilayah perdesaan . Wilayah perdesaan merupakan wilayah dukung (hinterland) bagi wilayah perkotaan. Dari wilayah ini banyak bahan pangan seperti padi, jagung, kacang, buah-buahan, & binatang dikirim ke kota. Sebaliknya, teknologi & informasi dr wilayah perkotaan dgn cepat diterima & dipraktekkan di desa. Desa & kota yakni dua wilayah yg mempunyai pola keruangan berbeda. Keduanya berinteraksi erat & saling mendukung. Apakah potensi yg dimiliki desa? Bagaimana perbedaan struktur ruang desa & kota serta interaksinya? Untuk mengetahuinya, ikuti pemaparan berikut ini.

Desa & kota merupakan wilayah yg memiliki struktur berlainan yg ditunjukkan oleh pola keruangannya. Ada banyak sekali tipe desa & kota yg diklasifikasikan menurut tolok ukur tertentu. Desa mempunyai potensi fisik & nonfisik. Potensi fisik meliputi lahan, air, iklim, tanaman, & fauna. Sedangkan potensi nonfisik antara lain penduduk desa, lembaga & organisasi sosial, serta abdnegara atau pamong desa. Hubungan atau interaksi desa-kota merupakan hubungan saling memengaruhi & melengkapi dua wilayah. Akibat interaksi tersebut dapat menimbulkan pengaruh positif & negatif bagi daerah perdesaan maupun kawasan perkotaan.

Sebelum mendengarkanpostingan di bawah ini, andasudah mempunyai gambaran ihwal desa & kota. Bagaimana suasana yg ada di desa sungguh berlainan dgn suasana yg ada di kota. Nah, materi berikut akan mengajakmu mempelajari keduanya lebih dalam.

Daftar Isi

A. Desa

Apa yg terlintas dlm pikiranmu bila mendengar perihal desa? Di antara ananda mungkin akan teringat dgn kerukunan hidup, orangnya toleransi & semangat gotong royong yg tinggi, hamparan lahan pertanian yg hijau, ajaran air sungai yg jernih, serta kehidupannya yg tenang & hening. Namun, desa pula identik dgn jalan-jalan becek belum diperkeras, letak terpencil jauh dr hiruk pikuk kota, fasilitas transportasi masih tradisional, & kemudian lintas jarang. Pandangan ini tidaklah semuanya benar atau salah, lebih-lebih untuk kondisi masa sekarang. Perkembangan di bidang transportasi & komunikasi sudah merubah persepsi orang perihal desa. Angkutan perdesaan kendaraan beroda empat & fasilitas komunikasi telepon rumah serta telepon genggam (handphone) sudah biasa digunakan oleh penduduk desa.

1. Pengertian Desa

Desa menurut asal katanya berasal dr bahasa Sanskerta ”dhesi”, yg memiliki arti tanah kelahiran. Makara, desa tak cuma dilihat kenampakan sebutan desa fisiknya saja tetapi pula dimensi sosial budayanya. Desa yg mempunyai arti tanah kelahiran selain menawarkan tempat atau wilayah pula menggambarkan kehidupan sosial budaya & kegiatan orangnya. Sebutan desa di beberapa wilayah berlainan-beda, kampung/dukuh (Jawa Barat), gampong (Aceh), huta (Tapanuli), nagari (Sumatra Barat), marga (Sumatra Selatan), wanus (Sulawesi Utara), & dusun dati (Maluku).

Baca juga

Konsep Wilayah Dan Pusat Pertumbuhan

Pengertian desa berdasarkan para hebat kependudukan & undang-undang selaku berikut.

a. Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, serta kultural yg terdapat di sebuah wilayah dlm hubungan & pengaruhnya dengan-cara timbal balik dgn wilayah lain. (Bintarto)

b. Desa merupakan sebuah kesatuan aturan tempat tinggal suatu penduduk yg berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. (Sutardjo Kartohadikusumo)

c. Desa merupakan keseluruhan organisasi kehidupan sosial di dlm kawasan terbatas. (William Ogburn & M.F. Nimkoff)

d. Desa merupakan kumpulan tempat tinggal & kumpulan wilayah pertanian dgn batas-batas tertentu yg luasnya antara 50 hingga 1.000 are. (S.D. Misra)

e. Desa selaku suatu wilayah yg orangnya kurang dr 2.500 jiwa dgn ciri-ciri sebagai berikut.

  1. mempunyai pergaulan hidup yg saling mengenal,
  2. adanya ikatan perasaan yg sama perihal kebiasaan, serta
  3. cara berupaya bersifat agraris & sungguh dipengaruhi oleh faktor-faktor alam, mirip iklim, topografi, serta sumber daya alam. (Paul H. Landis)
f. Desa ialah kesatuan masyarakat aturan yg memiliki kewenangan untuk menertibkan & mengorganisir kepentingan penduduk setempat berdasarkan asal usul serta budbahasa istiadat setempat yg diakui dlm tata cara pemerintahan nasional & berada di daerah kabupaten. (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, bab I, pasal 1).

2. Klasifikasi Desa

Suatu desa antara yg satu dgn yg lain mempunyai karakteristik yg berlainan-beda. Ada desa yg maju, tetapi ada pula desa yg masih sungguh tertinggal. Mengapa hal itu mampu terjadi? Masuk pembagian terstruktur mengenai manakah desa tempat tinggalmu? Berikut ini ialah penjabaran desa menurut mata pencaharian & perkembangan masyarakat.

a. Berdasarkan Mata Pencaharian

Aktivitas penduduk untuk memenuhi keperluan hidupnya, terkait dgn mata pencaharian penduduk tersebut. Hal ini merefleksikan acara yg lebih banyak didominasi pada desa tersebut. Suatu desa yg sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, maka desa itu disebut sebagai desa nelayan. Bagaimanakah jikalau sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, perindustrian, kerajinan, peternakan, atau di bidang yang lain? Tentunya ananda bisa mengidentifikasikan desa-desa tersebut.

b. Berdasarkan Perkembangan Masyarakat

Kamu tentu saja sudah pernah mendengar mengenai desa tradisional, swadaya, swakarya, & swasembada. Desa-desa tersebut merupakan perkembangan desa dr yg masih sangat tradisional hingga desa yg sudah maju. Desa tertinggal merupakan desa yg masih sungguh bergantung pada alam untuk menyanggupi keperluan hidupnya. Desa seperti ini merupakan desa yg sungguh terisolasi & ada di wilayah pedalaman berupa suku-suku terasing. Contohnya: suku Kubu.

Desa swadaya dicirikan dgn kehidupan orangnya yg sudah mulai menetap & masih mempunyai ikatan yg kuat terhadap etika istiadat. Pada desa ini sebagian besar penduduknya berpendidikan rendah & mata pencahariannya sebagai petani yg hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Desa mirip itu biasanya terdapat di tempat pegunungan atau perbukitan. Sedangkan desa yg lebih maju merupakan desa swakarya. Pada desa ini masyarakatnya dlm masa transisi & dampak dr luar mulai masuk. Mata pencaharian penduduknya mulai bervariasi & roda pemerintah sudah mulai berkembang baik. Bantuan dr pemerintah merupakan perangsang untuk pembangunan di desa.

Desa terpencil di pegunungan

Desa yg kondisinya lebih maju yaitu desa swasembada. Masyarakat pada desa ini mempunyai mata pencaharian yg beraneka ragam di bidang per-barang jualan & jasa, serta mempunyai tingkat pendidikan yg tinggi sehingga pola pikirnya lebih maju. Pada biasanya masyarakatnya sudah mulai lepas dr budbahasa istiadat karena imbas dr luar, utamanya penggunaan teknologi terbaru oleh penduduk . Selain itu, desa swasembada merupakan desa yg terbuka sehingga interaksi dgn wilayah lain atau kota-kota di sekitarnya berlangsung tanpa gangguan.

Perkembangan sebuah desa untuk menjadi desa yg maju memerlukan waktu & proses yg lama. Kemajuan suatu desa salah satunya dipengaruhi oleh potensi yg ada di desa tersebut.

3. Potensi Desa & Kaitannya dgn Perkembangan Desa-Kota

Secara lazim, desa merupakan permukiman penduduk yg terletak di luar kota & mata pencaharian sebagian besar orangnya di bidang agraris. Kebanyakan orang sering menyebutnya dgn kampung.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000, persentase penduduk Indonesia di perkotaan yakni 42,0%. Ini bermakna, persentase penduduk yg tinggal di perdesaan masih lebih tinggi, yakni 58% dr jumlah penduduk Indonesia. Kebanyakan penduduk perdesaan melaksanakan pekerjaan di bidang pertanian, sehingga mampu dibilang bahwa desa-desa di Indonesia kebanyakan berfungsi selaku desa agraris. Mengapa bidang pertanian menjadi andalan mata pencaharian penduduk di desa? Bagaimana menurutmu?

Pertanian menjadi kegiatan utama desa

Menurut Bintarto, desa mempunyai tiga unsur utama yg meliputi wilayah, penduduk, & tata kehidupan.

a. Daerah (Wilayah)

Daerah yg dimaksud berupa lahan yg produktif maupun yg tak produktif, tergolong penggunaan tanah, letak, luas, & batas lahan di lingkungan setempat. Unsur kawasan meliputi lahan di desa, contohnya lahan pekarangan, persawahan, tegalan, & permukiman.

b. Penduduk

Unsur desa ini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran, & mata pencaharian penduduk desa setempat. Unsur ini terkait dgn mutu & kuantitas penduduk desa.

c. Tata Kehidupan

Tata kehidupan desa berupa pola tata pergaulan & ikatan-ikatan pergaulan penduduk desa. Tata pergaulan bekerjasama dgn seluk-beluk kehidupan masyarakat desa (rural society). Tata kehidupan ini erat kaitannya dgn perjuangan penduduk desa dlm mempertahankan hidup & meningkatkan kemakmuran.

Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan hidup (living unit). Kemajuan desa dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut khususnya yg berhubungan dgn faktor usaha insan (human efforts) & tata geografi (geographical setting).

Kemajuan & kemakmuran desa diputuskan oleh usaha penduduk desa selain tata geografinya. Desa yg memiliki banyak sumber daya alam tetapi orangnya tak cukup mempunyai kemampuan, wawasan, & semangat membangun membuat desa kurang maju. Sebaliknya, walaupun desa mempunyai sumber daya alam terbatas tetapi orangnya cekatan, berpengetahuan, & bersemangat dlm membangun desa sehingga bisa menanggulangi hambatan alam & geografis wilayah maka desa akan cepat maju.

Letak sebuah desa kebanyakan jauh dr pusat hiruk pikuk. Desa yg terletak di perbatasan kota mempunyai kemungkinan lebih meningkat dibanding desa-desa di pedalaman. Unsur letak menetapkan besar kecilnya isolasi suatu desa terhadap desa lain. Desa yg terletak jauh dr kota mempunyai lahan yg luas. Penggunaan lahan lebih banyak untuk pertanian flora pokok & tanaman jual beli ketimbang untuk gedung-gedung atau perumahan.

Desa memiliki fungsi penting bagi perkembangan wilayah sekitarnya. Fungsi desa selaku berikut.

  1. Dalam interaksi desa-kota, desa berfungsi sebagai daerah dukung (hinterland) atau kawasan penyuplai bahan kuliner pokok, mirip padi, jagung, ketela, kacang, kedelai, buah-buahan, sayur-sayuran, & daging binatang.
  2. Desa berfungsi selaku lumbung bahan mentah (raw material) & tenaga kerja (man power) ditinjau dr sisi potensi ekonomi.
  3. Dari sisi kegiatan kerja (occupation), desa mampu berfungsi selaku desa agraris, desa manufaktur, desa industri, & desa nelayan.
Kebanyakan desa di Pulau Jawa berfungsi selaku desa agraris. Meskipun demikian, beberapa desa sudah menampilkan perkembangan gres, yakni hadirnya industri-industri kecil yg disebut industri perdesaan (rural industries).

Desa mempunyai kiprah pokok di bidang ekonomi karena menjadi daerah bikinan pangan & komoditas ekspor. Peran penting desa dlm bikinan pangan kuat terhadap ketahanan pangan nasional. Selain itu, peningkatan jumlah & mutu komoditas, mirip

kelapa, kelapa sawit, lada, kopi, cengkih, teh, & karet pula penting untuk membuatkan ekspor & devisa negara. Penduduk desa nelayan banyak menciptakan materi pangan protein tinggi, seperti ikan & udang. Mereka menyanggupi keperluan ikan & udang dlm negeri serta untuk komoditas ekspor.

Peranan desa dlm pembangunan wilayah sangat penting karena banyak potensi yg dimilikinya. Pengembangan desa perlu memikirkan potensi desa. Desa mempunyai potensi fisik & nonfisik. Apakah potensi fisik & nonfisik yg dimiliki desa? Potensi fisik antara lain berupa lahan, air, iklim, flora, & fauna.

a. Lahan

Lahan tak cuma selaku tempat tumbuh tanaman, tetapi pula sebagai sumber materi tambang & mineral. Lahan mempunyai jenis tanah yg menjadi media bagi tumbuhnya tanaman tertentu. Misalnya, jenis tanah aluvial cocok bagi tumbuhan padi, jagung, & kacang, jenis tanah berkapur cocok bagi tumbuhan jati & tebu. Pada lahan pula dimungkinkan terjadi eksploitasi bahan tambang mirip kerikil bara, kerikil kapur, pasir kuarsa, kerikil marmer, & sebagainya.

b. Air

Pada lazimnya desa mempunyai potensi air yg bersih & melimpah. Dari dlm tanah, air diperoleh melalui penimbaan, pemompaan, atau mata air. Air digunakan penduduk desa untuk keperluan minum, irigasi, mencuci, mengolah kuliner, & keperluan lain. Secara kuantitas & kualitas, air di perdesaan dapat mengemban amanah untuk menyanggupi kebutuhan air orangnya.

c. Iklim

Iklim memegang peranan penting bagi pertanian desa. Iklim dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Pada ketinggian tertentu, suatu desa menjadi maju karena kecocokan iklimnya bagi pengembangan tanaman & pemanfaatan tertentu. Seperti per-kebunan buah, tempat wisata, & tempat peristirahatan.

d. Flora & Fauna

Di desa masih banyak lahan yg mampu dikembangkan untuk usaha di bidang pertanian. Berbagai jenis tanaman pangan & binatang ternak banyak dibudidayakan di kawasan perdesaan. Hal itu merupakan upaya pemenuhan kebutuhan pangan di kawasan perdesaan maupun di perkotaan.

Selain potensi fisik, desa pula mempunyai potensi nonfisik. Potensi nonfisik desa antara lain selaku berikut.

a. Penduduk Desa

Masyarakat desa merupakan kelompok sosial dgn relasi yg erat dgn solidaritas tinggi. Hal itu merupakan kekuatan dlm membangun wilayah perdesaan .

b. Lembaga & Organisasi Sosial

Lembaga atau organisasi sosial merupakan suatu badan asosiasi yg membantu penduduk desa dlm kehidupan sehari-hari. Contohnya: Koperasi Unit Desa (KUD), Balai Kesehatan Ibu & Anak (BKIA), & lain sebagainya.

c. Aparatur & Pamong Desa

Aparat desa bertugas mempertahankan kelancaran manajemen desa & menggerakkan sumber daya insan di desa. Contoh: kepala desa, kepala dusun, kepala etika, & lain-lain.

Potensi yg dimiliki oleh setiap desa sesungguhnya berlainan. Mengapa demikian? Karena ada perbedaan lingkungan geografis & kondisi penduduknya. Selain itu, luas lahan, jenis tanah, & tingkat kesuburan pula tak sama. Sumber air & tata air yg berlainan menimbulkan corak kehidupannya pula berlainan.

Keadaan & tata kehidupan penduduk desa memengaruhi karakteristik & tingkat pertumbuhan desa. Sebutan desa tradisional, desa swadaya, desa swakarya (sedang meningkat ), & desa swasembada (maju) menawarkan tingkat pertumbuhan desa. Faktor apakah yg memastikan pertumbuhan desa? Faktor-faktor yg memutuskan perkembangan desa selaku berikut.

a. Potensi Desa

Potensi desa mencakup sumber daya alam & sumber daya insan. Penduduk desa & pamong (aparatur) desa merupakan sumber daya manusia yg sungguh memutuskan kemajuan desa.

b. Interaksi dgn Daerah Lain

Interaksi bisa terjadi antara desa dgn desa, serta desa dgn kota. Perkembangan komunikasi & transportasi mempermudah interaksi desa dgn wilayah lain sehingga desa makin maju.

c. Lokasi Desa

Lokasi desa berkaitan dgn letak desa terhadap tempat di sekitarnya. Desa akan lebih meningkat apabila lokasinya berdekatan dgn wilayah yg lebih maju.

Pada waktu kemudian, orang beranggapan bahwa modernisasi hanya berlaku di kawasan kota. Anggapan itu pastinya tak benar, pembangunan fasilitas & prasarana transportasi & komunikasi menyebabkan perdesaan makin maju. Pembangunan jalan & jumlah kendaraan bermotor yg bertambah banyak di perdesaan sudah meningkatkan interaksi desa kota.

Perkembangan jaringan telepon serta jangkauan siaran radio & televisi di desa sudah membuatkan komunikasi antara penduduk desa & penduduk kota. Penggunaan kompor gas & mesin basuh banyak menolong para ibu di desa untuk menuntaskan pekerjaan rumah tangga. Dengan demikian, terjadi pergantian kehidupan penduduk desa balasan efek modernisasi.

Apakah modernisasi desa menjadi tujuan dr pembangunan desa? Untuk menjawabnya, ada baiknya ananda perlu mengetahui tujuan pembangunan desa selaku berikut.

  1. Menempatkan penduduk desa dlm kedudukan yg sama dgn penduduk kota. Artinya, tak ada perbedaan status antara penduduk desa dgn penduduk kota.
  2. Mengusahakan peningkatan kehidupan penduduk desa yg sejahtera atas dasar keadilan & rasional.
  3. Meningkatkan kreativitas penduduk desa dlm menghadapi perkara & kesusahan hidup.
  Prinsip-Prinsip Penanggulangan Bencana Alam

B. Kota

Anda tentu sudah sering mendengar banyak sekali sebutan kota, seperti kota metropolitan, kota modern, kota satelit, atau kota masa depan. Dalam metode manajemen wilayah di Indonesia ananda pula mengenal ungkapan kota & kabupaten. Apa sih bahu-membahu kota itu? Tatkala mendengar kata kota, pikiran ananda tentu menunjuk sebuah wilayah yg sungguh ramai, kemudian lintas yg padat, pertokoan yg berderet- deret, & fasilitas biasa yg tersedia di banyak sekali tempat. Terlepas dr segala kemewahan yg disediakan, kota menyimpan sejuta permasalahan. Permasalahan di kota jauh lebih kompleks kalau dibandingkan dgn desa. Masalah kota yg sering timbul yakni kepadatan penduduk & kemacetan lalu lintas. Permukiman sungguh padat & orang bisa berjam-jam di jalanan lantaran terjebak kemacetan. Masalah kota yg lain yakni pencemaran udara, kriminalitas, lahan permukiman yg sempit, & kekumuhan.

Bagaimana bahwasanya kota itu? Kamu mampu mengikuti pemaparan perihal kota selaku berikut.

1. Pengertian Kota

Para ahli memberi pengertian tentang kota sesuai dgn sudut pandang keilmuannya masing-masing. Pengertian kota menurut beberapa cakap selaku berikut.
  • Kota selaku kesatuan jaringan kehidupan insan yg ditandai dgn kepadatan penduduk yg tinggi & diwarnai dgn strata sosial ekonomi yg heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas penduduk orisinil wilayah tersebut & pendatang. Masyarakat kota merupakan suatu penduduk yg heterogen, baik dlm hal mata pencaharian, agama, etika, & kebudayaan. (Bintarto)
  • Kota merupakan suatu tempat yg penghuninya dapat menyanggupi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar setempat. Ciri kota yakni adanya pasar selaku benteng serta mempunyai metode aturan tersendiri & bersifat kosmopolitan. (Max Weber)
  • Kota yakni permukiman yg relatif besar, padat, & permanen, dihuni oleh orang-orang yg heterogen kedudukan sosialnya. (Louis Wirth)
  • Kota selain merupakan permukiman pula merupakan sebuah kekompleksan yg khusus & tiap kota memberikan pribadinya masing-masing. (Arnold Toynbee)
  • Kota ialah sebuah permukiman dgn kepadatan penduduk yg lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris, & metode penggunaan tanah yg beraneka ragam, serta ditutupi oleh gedung-gedung tinggi yg lokasinya berdekatan. (Grunfeld)
  • Disebutkan kota ialah pusat permukiman & kegiatan penduduk yg mempunyai batas-batas manajemen yg dikelola dlm perundang-undangan, serta permukiman yg sudah memperlihat-kan watak & ciri kehidupan perkotaan. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1)
Apa ciri-ciri yg dimiliki sebuah kota? Menurut Bintarto, ciri-ciri kota dibedakan menjadi dua selaku berikut.

a. Ciri-Ciri Fisik

  1. Di wilayah kota terdapat:
  2. Sarana perekonomian seperti pasar atau swalayan.
  3. Tempat parkir yg mencukupi.
  4. Tempat wisata & olahraga.
  5. Alun-alun.
  6. Gedung-gedung pemerintahan.

b. Ciri-Ciri Sosial

  1. Masyarakatnya heterogen.
  2. Bersifat individualistis & materialistis.
  3. Mata pencaharian nonagraris.
  4. Corak kehidupannya bersifat gesselschaft (kekerabatan kekerabatan mulai pudar).
  5. Terjadi kesenjangan sosial antara golongan masyarakat kaya & penduduk miskin.
  6. Norma-norma agama tak begitu ketat.
  7. Pandangan hidup lebih rasional.
  8. Menerapkan seni tata kelola keruangan, yakni pemisahan kompleks atau kelompok sosial penduduk dengan-cara tegas.

2. Klasifikasi Kota

Seperti halnya desa, kota pula mempunyai karakteristik yg berlawanan-beda. Untuk membedakannya, kota diklasifikasikan berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut.
a. Berdasarkan jumlah penduduk, kota diklasifikasikan selaku berikut.
  1. Megapolitan, yakni kota yg berpenduduk di atas 5 juta orang.
  2. Metropolitan (kota raya), yakni kota yg berpenduduk antara 1–5 juta orang.
  3. Kota besar, yakni kota yg berpenduduk antara 500.000– 1 juta orang.
  4. Kota sedang, yaitu kota yg jumlah penduduknya antara 100.000–500.000 orang.
  5. Kota kecil, yaitu kota yg berpenduduk antara 20.000–100.000 orang.
b. Berdasarkan tingkat perkembangannya, kota diklasifikasikan menjadi:
  1. Tingkat Eopolis, yakni sebuah wilayah yg meningkat menjadi kota gres.
  2. Tingkat Polis, yakni suatu kota yg masih memiliki sifat agraris.
  3. Tingkat Metropolis, yaitu kota besar yg perekonomiannya sudah mengarah ke industri.
  4. Tingkat Megalopolis, yakni wilayah perkotaan yg terdiri atas beberapa kota metropolis yg berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yg sungguh besar.
  5. Tingkat Tryanopolis, yaitu kota yg kehidupannya sudah dipenuhi dgn kerawanan sosial, mirip kemacetan kemudian lintas & tingkat kriminalitas yg tinggi.

c. Berdasarkan fungsinya, kota diklasifikasikan selaku berikut.
  1. Kota pusat buatan, yakni kota yg mempunyai fungsi selaku pusat bikinan atau penyuplai, baik yg berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh: Surabaya, Gresik, & Bontang.
  2. Kota pusat jual beli (Centre of Trade and Commerce), yakni kota yg mempunyai fungsi selaku pusat jual beli, baik untuk domestik maupun internasional. Contoh: Hongkong, Jakarta, & Singapura.
  3. Kota pusat pemerintahan (Political Capital), yakni kota yg mempunyai fungsi selaku pusat pemerintahan atau selaku ibu kota negara.
  4. Kota pusat kebudayaan (Cultural Centre), yaitu kota yg memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan. Contoh: Yogyakarta & Surakarta.

Sejarah Pertumbuhan Kota di Indonesia
Kota-kota di Indonesia sudah meningkat semenjak zaman dahulu. Sebagian besar, kota-kota yg berkembang dgn cepat adalah kota-kota yg terletak di bersahabat pelabuhan. Pemilihan lokasi didasarkan pada potensi-potensi yg dapat dikembangkan khususnya potensi sumber daya alam & letak yg strategis.
Berdasarkan sejarah pertumbuhannya, kota-kota di Indonesia bermula dr kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

  1. Kota yg berawal dr pusat jual beli. Di Indonesia kota-kota yg berasal dr kegiat-an jual beli, antara lain yaitu Surabaya, Jakarta & Makassar. Kota-kota ini merupakan kota perdagangan yg ramai.
  2. Kota yg berawal dr pusat perkebunan. Pembukaan lahan gres untuk areal perkebunan mempunyai pengaruh pada pembuatan permukiman baru yg kemudian meningkat menjadi kota. Contohnya: Sukabumi (perkebunan teh), Ambarawa (perkebunan kopi), & Jambi (perkebunan karet).
  3. Kota yg berawal dr pusat pertambangan. Kota-kota di Indonesia yg meningkat dr ekspansi wilayah pertambangan, antara lain Pangkal Pinang & Tanjung Pandan (pertambangan timah), Palembang & Plaju (tambang minyak bumi), Samarinda, Tarakan, Balikpapan (tambang minyak Bumi).
  4. Kota yg berawal dr pusat administrasi pe-merintah. Pada zaman penjajahan Belanda, Batavia me-rupakan pusat peme-rintahan Hindia Belanda. Setelah Indonesia mer-deka, Kota Batavia (Jakarta) menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia.

C. Struktur Ruang Desa & Kota

Desa & kota merupakan dua wilayah yg berlainan. Perbedaan desa & kota mampu dilihat dr karakteristik & struktur atau pola keruangan daerahnya. Desa dicirikan dgn kegiatan penduduk yg akrab dgn pertanian, tingkat kepadatan penduduk yg rendah, & ikatan kekeluargaan masyarakatnya yg masih kuat. Masihkah ciri-ciri tersebut tampak? Kini, seiring pertumbuhan transportasi & komunikasi desa sudah mengalami proses urbanisasi. Hubungan desa dgn kota makin tanpa hambatan, perekonomian desa & pendidikan penduduk desa makin meningkat, serta karakteristik fisik, ekonomi, & budaya desa condong bersifat kekotaan.
Bagaimana struktur atau pola keruangan desa & kota? Untuk mengetahui, mari ikuti pemaparannya selaku berikut.

1. Struktur Desa

Struktur desa ditunjukkan oleh pola keruangannya, yakni pemanfaatan lahan desa untuk keperluan tertentu yg mendukung kehidupan orangnya. Secara biasa pemanfaatan lahan desa dibedakan menjadi dua, yakni selaku fungsi sosial & fungsi ekonomi. Fungsi sosial selaku perkampungan & fungsi ekonomi sebagai tempat melaksanakan kegiatan ekonomi, seperti bertani & beternak.
Struktur desa di suatu tempat dgn daerah lain tak sama. Perbedaan struktur desa dipengaruhi oleh beberapa faktor selaku berikut.

a. Sumber Daya Air

Ketersediaan air di suatu tempat sungguh mendukung kehidupan penghuninya. Penduduk memerlukan air untuk dapat bertahan hidup. Permukiman akan banyak timbul di tempat yg tersedia sumber air.

b. Kesuburan Tanah

Tingkat kesuburan tanah memastikan hasil panen pertanian & peternakan. Pada tanah yg subur cocok digunakan untuk kegiatan pertanian & peternakan. Pada lahan subur banyak dipilih penduduk untuk membangun permukiman.

c. Topografi

Topografi menetapkan pola permukiman desa. Di dataran rendah, pola permukiman bersifat mengelompok bundar atau memanjang. Sedang di dataran tinggi atau pegunungan, pola permukiman bersifat tersebar.

d. Iklim

Keadaan iklim suatu daerah besar lengan berkuasa terhadap pola per-mukiman desa. Curah hujan merupakan unsur iklim yg sungguh memengaruhi ketersediaan air suatu wilayah.

e. Kegiatan Penduduk

Pola permukiman desa dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi atau mata pencaharian penduduk desa. Misal-nya, desa yg penduduknya bermata pencaharian selaku nelayan akan membangun permukiman dgn pola memanjang mengikuti garis pantai atau muara sungai.

f. Budaya

Kebiasaan, budpekerti istiadat, tradisi, & kepercayaan yg berlaku di suatu wilayah memengaruhi pola per-mukimannya. Contoh: pola permukiman desa memanjang di Pulau Lombok.
Pola keruangan desa lazimnya sederhana. Rumah-rumah di desa biasanya dikelilingi pekarangan. Jarak antarrumah cukup longgar karena setiap rumah mempunyai halaman luas. Kenampakan yg terlihat di desa yakni sawah atau ladang tempat bercocok tanam, rumah-rumah sederhana, jalan setapak, jalan kampung, & pohon-pohon yg rindang. Sawah, ladang, & balai desa terletak berjauhan dgn permukiman penduduk.
Desa yg telah meningkat mempunyai pola keruangan yg lebih kompleks. Pada desa yg sudah meningkat terdapat perusahaan pengolah sumber daya alam, fasilitas pendidikan, tempat ibadah, & pasar. Pola keruangan desa yg lebih kompleks ini dipengaruhi oleh faktor spasial, sumber daya alam, & sumber daya insan. Pola permukiman desa mampu dibedakan menjadi tiga sebagai berikut.

a. Pola Permukiman Tersebar

Pola ini terbentuk dr rumah-rumah penduduk yg dibangun bebas & tersebar pada wilayah yg luas. Pola permukiman ini lazimnya terdapat di dataran rendah. Arah pemekaran permukiman mampu ke segala jurusan. Pusat kegiatan & fasilitas mampu dibangun tersebar sesuai dgn keperluan.
Pola Permukiman Tersebar

b. Pola Permukiman Menjalur

Pola ini terbentuk di lokasi sepanjang jalur utama mirip jalan, sungai, & pantai. Di kawasan pantai yg landai, mampu meningkat permukiman menjalur. Penduduk pantai kebanyakan bermata pencaharian di bidang perikanan, perkebunan kelapa, & per-barang jualan. Apabila kemudian permukiman desa ini berkembang, maka rumah-rumah dibangun meluas sejajar garis pantai.
Permukiman desa yg meningkat ini hasilnya mampu tersambung dgn permukiman desa di dekatnya. Pusat kegiatan industri kecil seperti perikanan & pertanian, dapat tetap bertahan di dekat permukiman lama.
Permukiman menjalur

c. Pola Permukiman Mengelompok

Permukiman mengelompok
Pola ini terbentuk lantaran terjadi pengelompokan rumah pada wilayah terpadu yg biasanya berupa titik konferensi atau persimpangan jalur transportasi. Pola permukiman mengelompok bisa pula meningkat di kawasan pegunungan. Penduduk desa di kawasan pegunungan biasanya masih mempunyai hubungan keluarga. Pengelompokan permukiman ini didorong oleh kegotongroyongan orangnya. Apabila jumlah penduduk bertambah & terjadi pemekaran desa, maka arah pemekaran ke segala jurusan tanpa direncanakan. Pusat kegiatan penduduk bisa bergeser mengikuti pemekaran.
Paul H. Landis, spesialis sosiologi perdesaan, membedakan pola persebaran permukiman desa menjadi empat tipe. Perbedaan pola ini diputuskan oleh lahan pertanian, pusat kegiatan, permukiman, & jalan utama.
  1. Tipe desa yg penduduknya tinggal bersama di suatu wilayah dengan  lahan  pertanian  di sekitarnya (The farm village type).
  2. Tipe desa yg sebagian besar penduduknya tinggal bareng di sebuah tempat dgn lahan pertanian di sekitarnya & sebagian kecil orangnya tersebar di luar permukiman utama yg sudah padat (The nebulous farm type).
  3. Tipe desa yg orangnya bermukim di sepanjang jalan utama desa, sungai, atau pantai. Lahan pertanian berada di sekitar permukiman desa & jarak antarrumah tak terlalu jauh (The arranged isolated farm type).
  4. Tipe desa yg orangnya tinggal tersebar & terpisah dgn lahan pertanian masing-masing serta mengumpul pada sebuah pusat jual beli. Tipe ini iasanya terjadi pada daerah yg tanahnya mempunyai tingkat ke-suburan tak sama (The pure iso– Sumber: Dokumen Penulis lated type).

2. Struktur Kota

Kota dapat diartikan selaku suatu perwujudan geografis yg ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politis, & kultural yg terdapat insitu dlm hubungannya & imbas timbal balik dgn wilayah lain.
Struktur kota dapat ditinjau dr dua faktor, yakni struktur ekonomi kota & struktur intern kota. Struktur ekonomi kota berhubungan dgn kegiatan ekonomi penduduk kota, sedang struktur intern kota bekerjasama dgn struktur bangunan & demografis. Bagaimana struktur kota berdasarkan kedua faktor tersebut? Mari ikuti pemaparannya.

a. Struktur Ekonomi Kota

Wilayah kota menjadi tempat kegiatan ekonomi penduduknya di bidang jasa, jual beli, industri, & manajemen. Selain itu, wilayah kota menjadi tempat tinggal & pusat pemerintahan. Kegiatan ekonomi kota mampu dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

1) Kegiatan Ekonomi Dasar

Kegiatan ini meliputi pembuatan & penyaluran barang & jasa untuk keperluan luar kota atau diantarke kawasan sekitar kota. Produk yg dikirim & disalurkan berasal dr industri, jual beli, hiburan, & yang lain.

2) Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar

Kegiatan ini meliputi pengerjaan & penyaluran barang & jasa untuk keperluan sendiri. Kegiatan ini disebut pula dgn kegiatan residensial & kegiatan pelayanan.
Kegiatan ekonomi kota mampu berupa industri & kegiatan jasa atau fasilitas yg tak memerlukan lahan yg luas. Kegiatan ini mengakibatkan kota berpenduduk padat, jarak bangunan rapat, & bentuk kota kompak.
Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian orangnya. Mata pencaharian penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti jual beli, perkantoran, industri, & bidang jasa lain. Dengan demikian, struktur kota akan mengikuti fungsi kota. Sebagai teladan, suatu wilayah direncana-kan selaku kota industri, maka struktur penduduk kota akan mengarah atau condong ke jenis kegiatan industri.
Pada kenyataan, jarang sekali suatu kota mem-punyai fungsi tunggal. Kebanyakan kota pula merangkap fungsi lain, mirip kota jual beli, kota pemerintah-an, atau kota kebudayaan. Contoh: Yogyakarta selain disebut kota budaya tetapi pula disebut selaku kota pendidikan & kota wisata.
Di daerah kota terdapat banyak kompleks, seperti apartemen, perumahan pegawai bank, perumahan prajurit, pertokoan, pusat perbelanjaan (shopping center), pecinan, & kompleks suku tertentu. Kompleks tersebut merupakan kelompok-golongan (clusters) yg timbul akibat pemisahan lokasi (segregasi). Segregasi mampu terbentuk karena perbedaan pekerjaan, strata sosial, tingkat pendidikan, suku, harga sewa tanah, & lainnya. Segregasi tak akan menimbulkan dilema apabila ada pengertian & toleransi antara pihak-pihak yg bersangkutan. Munculnya segregasi di kota dapat direncanakan ataupun tak di-persiapkan. Kompleks perumahan & kompleks pertokoan ialah pola segregasi yg direncanakan pemerintah kota.
Bentuk segregasi yg lain yaitu perkampungan kumuh/slum yg sering berkembang di kota-kota besar mirip Jakarta. Rendahnya pemasukan memunculkan tak adanya kemampuan mendirikan rumah tinggal sehingga terpaksa tinggal di sembarang tempat. Kompleks mirip ini biasanya ditempati oleh kaum miskin perkotaan. Permasalahan seperti ini memerlukan penanganan yg bijaksana dr pemerintah.

b. Struktur Intern Kota

Pertumbuhan kota-kota di dunia tergolong di Indonesia cukup pesat. Pertumbuhan suatu kota bisa disebabkan oleh pertambahan penduduk kota, urbanisasi, & perkembangan teknologi yg menolong kehidupan penduduk di kota.
Wilayah kota atau urban bersifat heterogen ditinjau dr faktor struktur bangunan & demografis. Susunan, bentuk, ketinggian, fungsi, & usia bangunan berlainan-beda. Mata pencaharian, status sosial, suku bangsa, budaya, & kepadatan penduduk pula bermacam-macam. Selain faktor bangunan & demografis, karakteristik kota dipengaruhi oleh aneka macam faktor mirip topografi, sejarah, ekonomi, budaya, & peluang usaha. Karakteristik kota selalu dinamis dlm rentang ruang & waktu.
Apabila dilihat sekilas wajah sebuah kota, maka akan banyak susunan yg tak beraturan. Akan tetapi, apabila diamati dgn cermat maka akan dijumpai bentuk & susunan khas yg mirip dgn kota-kota lain. Misalnya, kota A berupa persegi empat, kota B berbentuk persegi panjang, & kota C berupa bulat. Begitu pula dlm susunan bangunan kota terjadi pengelompokan menurut tata guna lahan kota. Jadi, suatu kota mempunyai bentuk & susunan yg khas.
Apabila anda memperhatikan kota menurut peta penggunaan lahan, maka ananda akan memperoleh banyak sekali jenis zona, seperti zona perkantoran, perumahan, pusat pemerintahan, pertokoan, industri, & jual beli. Zona-zona tersebut menempati wilayah kota, baik di pecahan pusat, tengah, & pinggirannya. Zona perkantoran, pusat pemerintahan, & pertokoan menempati kota belahan pusat atau tengah. Zona perumahan elite condong memiliki lokasi di pinggiran kota. Sedang zona perumahan karyawan & buruh biasanya berdekatan dgn jalan penghubung ke pabrik atau perusahaan tempat mereka melaksanakan pekerjaan .

Para geograf & sosiolog telah melaksanakan observasi bekerjasama dgn persebaran zona-zona suatu kota. Penelitian itu bermaksud untuk mengetahui perkembangan & persebaran spasial kota. Beberapa teori perihal struktur kota mampu ananda ikuti pemaparannya selaku berikut.

1) Teori Konsentris (Concentric Theory)

Teori konsentris dr Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human ecology, merupakan hasil pengamatan Kota Chicago pada tahun 1923. Menurut pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata sudah meningkat sedemikian rupa & menunjukkan pola penggunaan lahan yg konsentris yg merefleksikan penggunaan lahan yg bertentangan-beda. Burgess beropini bahwa kota-kota mengalami perkembangan atau pemekaran dimulai dr pusatnya, kemudian seiring pertambahan penduduk kota meluas ke wilayah pinggiran atau menjauhi pusat. Zona-zona gres yg timbul berbentuk konsentris dgn struktur bergelang atau melingkar.
Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi lima  zona selaku berikut.

Struktur kota berdasarkan teori konsentris
Teori Burgess sesuai dgn kondisi negara-negara Barat (Eropa) yg telah maju orangnya. Teori ini mensyaratkan kondisi topografi lokal yg mempermudah rute transportasi & komunikasi.

2) Teori Sektoral (Sector Theory)

Teori sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini timbul menurut penelitiannya pada tahun 1930-an. Hoyt berkesimpulan bahwa proses pertumbuhan kota lebih menurut sektor-sektor dibandingkan dengan tata cara gelang atau melingkar sebagaimana yg dikemukakan dlm teori Burgess. Hoyt pula meneliti Kota Chicago untuk mendalami Daerah Pusat Kegiatan (Central Business District) yg terletak di pusat kota. Ia beropini bahwa pengelompokan penggunaan lahan kota menjulur mirip irisan kue tar.
Daerah Pusat Kegiatan (Central Business District)
Mengapa struktur kota berdasarkan teori sektoral mampu terbentuk? Para geograf menghubungkannya dgn kondisi geografis kota & rute transportasi-nya. Pada tempat datar memungkinkan pembuatan jalan, rel kereta api, & kanal yg murah, sehingga penggunaan lahan tertentu, misalnya perindustrian meluas dengan-cara memanjang. Kota yg berlereng mengakibatkan pembangunan perumahan condong meluas sesuai bujuran lereng.
Struktur kota menurut teori sektoral

3) Teori Inti Ganda (Multiple Nucleus Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun 1945. Kedua geograf ini beropini, meskipun pola konsentris & sektoral terdapat dlm wilayah kota, kenyataannya lebih kompleks dr apa yg dikemukakan dlm teori Burgess & Hoyt.

Struktur kota berdasarkan teori inti ganda
Pertumbuhan kota yg berawal dr suatu pusat menjadi bentuk yg kompleks. Bentuk yg kompleks ini disebabkan oleh hadirnya nukleus-nukleus gres yg berfungsi selaku kutub pertumbuhan. Nukleus-nukleus gres akan meningkat sesuai dgn penggunaan lahannya yg fungsional & membentuk struktur kota yg mempunyai sel-sel pertumbuhan. Nukleus kota bisa berupa kampus sekolah tinggi tinggi, bandar udara, kompleks industri, pelabuhan laut, & terminal bus. Keuntungan ekonomi menjadi dasar pertimbangan dlm penggunaan lahan dengan-cara mengelompok sehingga berupa nukleus. Misalnya, kompleks industri mencari lokasi yg berdekatan dgn fasilitas transportasi. Perumahan baru mencari lokasi yg berdekatan dgn pusat perbelanjaan & tempat pendidikan.
Harris & Ullman beropini bahwa karakteristik persebaran penggunaan lahan ditentukan oleh faktor-faktor yg unik mirip situs kota & sejarahnya yg khas, sehingga tak ada urut-urutan yg teratur dr zona-zona kota mirip pada teori konsentris & sektoral. Teori dr Burgess & Hoyt dianggap hanya memperlihatkan pola-contoh dr kenampakan nyata sebuah kota.

4) Teori Konsektoral (Tipe Eropa)

Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965 dgn mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris & sektoral, tetapi pemfokusan konsentris lebih ditonjolkan.
Struktur kota menurut teori konsektoral (tipe Eropa)

5) Teori Konsektoral (Tipe Amerika Latin)

Teori konsektoral tipe Amerika Latin dikemukakan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford pada tahun 1980 menurut observasi di Amerika Latin. Teori ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Struktur kota berdasarkan teori konsektoral (tipe Amerika Latin)

6) Teori Poros

Teori poros dikemukakan oleh Babcock (1932), yg menekankan pada peranan transportasi dlm memengaruhi struktur keruangan kota. Teori poros ditunjukkan pada gambar sebagai berikut.
Struktur kota berdasarkan teori poros

7) Teori Historis

Dalam teori historis, Alonso mendasarkan analisisnya pada realita historis yg berhubungan dgn pergeseran tempat tinggal penduduk di dlm kota. Teori historis dr Alonso mampu digambarkan selaku berikut.

Struktur kota berdasarkan teori historis
Dari versi gambar di depan memberikan bahwa dgn meningkatnya patokan hidup masyarakat yg semula tinggal di bersahabat CBD disertai penurunan mutu lingkungan, mendorong penduduk untuk pindah ke wilayah pinggiran (a). Perbaikan daerah CBD menjadi memukau karena bersahabat dgn pusat segala kemudahan kota (b). Program perbaikan yg semula hanya difokuskan di zona 1 & 2, melebar ke zona 3 yg mempesona para pendatang gres khususnya dr zona 2 (c).

D. Interaksi Wilayah Desa & Kota

Wilayah desa & wilayah kota tak statis. Artinya, kedua wilayah ini mengalami perkembangan & saling berinteraksi. Interaksi desa & kota dipengaruhi oleh banyak faktor. Interaksi desa & kota membentuk zona interaksi. Bagaimanakah bentuk zona interaksi desa & kota? Apakah faktor yg menjadikan interaksi wilayah desa & kota? Apakah efek interaksi tersebut? Coba ikuti pemaparannya selaku berikut.

1. Faktor yg Memengaruhi Interaksi Wilayah Desa & Kota

Kontak atau hubungan dua wilayah atau lebih dapat menciptakan kenampakan gres. Interaksi desa & kota mampu dilihat selaku proses sosial, proses ekonomi, proses budaya, & proses politik yg dapat memberi pengaruh bagi kedua wilayah. Interaksi merupakan sebuah proses yg sifatnya timbal balik & mempunyai pengaruh terhadap perilaku dr pihak-pihak yg bersangkutan dgn kontak pribadi lewat isu yg didengar atau media massa.
Menurut Ullman, ada tiga unsur yg memengaruhi interaksi keruangan, yakni:

a. Adanya Komplementaritas (saling melengkapi)

Suatu wilayah tak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri sehingga memerlukan interaksi dgn wilayah lain. Adanya ajakan & penawaran suatu komoditas akan mendorong terciptanya hubungan saling melengkapi aneka macam keperluan dr kalangan insan maupun wilayah yg berlainan.

b. Adanya Transferabilitas

Proses perpindahan manusia & barang memerlukan biaya & waktu. Jika transferabilitas mudah, maka arus komoditas akan kian besar.

c. Adanya Intervening Opportunity

Peristiwa-peristiwa yg tak terduga, mirip musibah, wabah penyakit, & peristiwa yang lain bisa mengganggu gerak migrasi, transportasi, & komunikasi. Hal itu menimbulkan manusia mesti mengganti rencana awalnya & merubah dgn rencana gres.
Interaksi antara wilayah desa & kota mampu terjadi lantaran banyak sekali faktor. Misalnya, peningkatan pengetahuan penduduk desa, perluasan jaringan jalan antara desa & kota, efek budaya kota terhadap desa, & keperluan timbal balik antara desa & kota. Faktor-faktor tersebut memacu interaksi desa-kota dengan-cara bertahap & efektif.

Kemajuan bidang transportasi memunculkan keter-tutupan desa berangsur-angsur menyusut. Kehidupan kota sudah memberi banyak imbas terhadap desa-desa di pinggiran kota. Salah satu pengaruhnya ialah persentase penduduk desa yg bertani berkurang & beralih pekerjaan pada bidang nonagraris. Wilayah desa yg terletak di pinggiran kota dikenali dgn ”rural urban areas”.
Peningkatan pembangunan fasilitas & prasarana trans-portasi mampu menghemat perpindahan penduduk desa ke kota. Penduduk desa bisa melakukan pekerjaan di kota dgn meng-gunakan transportasi lazim atau kendaraan pribadi tanpa mesti menetap di kota. Mereka selaku penglaju yg be-kerja di kota & kembali ke desa setiap hari.
Di bidang pendidikan, gedung-gedung sekolah dibangun di desa-desa yg terletak jauh dr kota. Para guru mampu tiba dr kota kecamatan, kabupaten, & kota besar untuk mengajar.
Perdagangan hasil pertanian & kerajinan antardesa-kota dapat berjalan tanpa kendala. Penduduk kota dapat berbelanja sayur-sayuran & buah-buahan yg masih segar dr desa. Pasar-pasar kecil bermunculan di wilayah pinggiran kota (rural-urban). Wilayah pinggiran kota makin usang meningkat & berganti fungsi, yakni desa jualan (trade/merchandesing village). Hasil-hasil bumi dr desa & hasil industri dr kota diperdagangkan di kawasan rural-urban ini. Jumlah penduduk & jaringan lalu lintas yg bertambah di tempat ini mempercepat pembentukan kota kecil baru. Kaprikornus, perkembangan desa tak cuma tergantung pada petani desa, tetapi mampu pula tergantung pada sebuah lokasi yg menguntungkan.

2. Zona Interaksi

Interaksi desa-kota telah memberi efek pada kedua wilayah. Bahkan, interaksi tersebut memunculkan kota kecil gres di perbatasan wilayah desa-kota. Zona-zona interaksi desa-kota digambarkan mirip di bawah ini.
Zona interaksi desa-kota
Inti kota (city) terletak di pusat atau tengah-tengah. Kota dikelilingi oleh zona suburban (faubourgh), yaitu kawasan yg berlokasi di bersahabat pusat atau inti kota & merupakan tempat penglaju atau subdaerah perkotaan (commuters).
Zona urban fringe yaitu wilayah batas luar kota yg mempunyai sifat-sifat mirip kota, kecuali inti kota. Zona ini merupakan jalur tepi daerah perkotaan paling luar.
Zona rural-urban fringe yaitu zona antara daerah kota & desa yg ditandai dgn penggunaan lahan adonan. Zona ini merupakan jalur batas desa-kota.
Zona interaksi yg digambarkan selaku kawasan yg membentuk jalur-jalur linier yg teratur di atas merupakan citra yg ideal. Pada kenyataannya, zona tersebut tak lagi bersifat konsentris walaupun unsur-unsurnya masih mampu diamati. Interaksi antarzona mampu terjadi, baik dr zona-zona yg berdekatan maupun yg berjauhan. Zona suburban, suburban fringe, urban fringe, & rural urban fringe merupakan kawasan yg mempunyai situasi kehidupan
kota sehingga mampu disebut wilayah perkotaan. Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau Central Business Districts (CBD) biasanya dikelilingi zona-zona sebagai berikut.

a. Lokasi Pertokoan & Perdagangan

Di daerah perkotaan, setiap toko, distributor, & kantor pemasaran menempati sepanjang jalan-jalan utama untuk mendekati konsumen. Dengan alasan ini, maka banyak sekali kegiatan jasa akan menentukan lokasi di bersahabat atau di dlm Daerah Pusat Kegiatan (Central Business Dis-trict) atau selaput inti kota. Lokasi ini mampu berada di sepanjang jalan utama di sekeliling terminal bus atau stasiun kereta api.
Pertokoan mampu dibedakan menurut barang-barang yg dijual. Perbedaan jenis & macam barang yg dijual berpengaruh terhadap lokasi & luas bangunannya. Toko atau tempat belanja yg menjual barang-barang keperluan sehari-hari, mirip sabun, rokok, sampo, pasta gigi, & obat-obatan condong memiliki lokasi agak di luar dr pusat wilayah kegiatan serta mendekati permukiman. Toko yg menjual barang-barang glamor lebih senang menentukan lokasi bersahabat inti kota karena faktor keamanan. Lokasi yg diseleksi pula menimbang-nimbang kandidat pembeli yg berasal dr golongan elite atau kaya. Jadi, pertokoan yg dibangun di kota bisa dibedakan menjadi Primary Shopping Centers & Secondary Shopping Centers.
Pada masa sekarang, muncul banyak toko-toko dgn tipe ”swalayan”. Toko jenis ini lebih senang memilih lokasi di zona selaput inti kota karena harga tanah yg lebih irit biaya dibanding harga tanah di zona inti kota, & pula alasan kompetisi yg ketat di zona inti kota. Strategi swalayan dlm menyaring konsumen yaitu dgn menyediakan segala kebutuhan penduduk di sekitarnya.
Antara Daerah Pusat Kegiatan (DPK), Secondary Shopping Centers, & swalayan tak saling men-jatuhkan. Bagaimana bisa terjadi? DPK dilengkapi banyak sekali akomodasi, mirip kepraktisan wisata, permainan, & gedung bioskop. Selain itu, toko-toko di pusat kegiatan memperlihatkan pelayanan lebih dr satu macam, contohnya selain memasarkan barang pula membuka perjuangan rumah makan atau biro travel.
Perkembangan dr DPK memunculkan kegiatan di bidang finansial, pertokoan, rekreasi, & lain-lain di zona tepi inti kota yg disebut ”subclusters of services”. Selain itu timbul & meningkat pula Secondary Business Centers di sepanjang jalur-jalur utama. Munculnya pusat kegiatan tersebut mampu mengabur-kan teori-teori zona yg sudah ada.
Perdagangan sayur-sayuran & buah-buahan tak memerlukan lokasi di dlm inti kota. Para pedagang lebih senang menentukan lokasi di tepi kota yg mempunyai kawasan terbuka & luas. Lokasi yg cocok biasanya berdekatan dgn terminal truk & kereta api serta pelabuhan laut.

b. Lokasi Pabrik

Penentuan lokasi pabrik di kota besar lebih mem-pertimbangkan faktor ongkos ketimbang faktor konsumen. Lokasi pabrik banyak ditentukan oleh pengeluaran biaya yg sekurang-kurangnyadr materi mentah, materi bakar, air, listrik, modal, & pengangkutan, serta lahan. Lahan diperlukan untuk mendirikan bangunan pabrik, gudang, kantor, & sisa hasil buatan (disposal of waste).
Lokasi pabrik mampu ditemui pada tiga zona selaku berikut.

  1. Zona pinggiran kota (periphery).
  2. Zona di bersahabat wilayah jual beli (trade districts). 
  3. Zona di sepanjang jalur kemudian lintas angkutan berat (heavy freight traffic).
  Salah satu teori pendekatan batas wilayah pertumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai penghitungan
Pembangunan industri besar sering memerlukan beberapa lokasi (multiple locations). Kantor untuk pegawai & keperluan manajemen berlokasi di dlm kota. Gudang tempat penyimpanan produk berlokasi di pinggir kota atau tepi maritim untuk mempermudah pengantaran produk ke luar daerah. Kadang-kadang industri besar memerlukan bangunan laboratorium yg diposisikan pada lokasi tertentu. Makara, suatu industri belum tentu cuma memiliki satu kompleks, tetapi beberapa kompleks. Kenyataan ini memperlemah kedudukan teori zona konsentris.

c. Lokasi Permukiman

Lokasi permukiman tak hanya mengelompok pada satu tempat, tetapi menyebar di beberapa tempat di tempat perkotaan. Penyebaran lokasi permukiman menurut Burgess (1929) dipengaruhi oleh faktor saingan (competition), hak milik pribadi (private ownership), perbedaan impian (differential desirability), topografi, transportasi, & struktur asal (inertia of earlier structure).

1) Saingan

Antara penduduk kota satu dgn yang lain saling bersaing untuk mendapat tempat tinggal yg sesuai dgn keinginannya. Keinginan ini dipengaruhi oleh tingkat ekonomi masing-masing. Faktor ekonomi individual menjadi penentu keteraturan kompleks perumahan.

2) Hak Milik Pribadi

Lahan yg sudah dimiliki perseorangan lazimnya digunakan untuk membangun rumah. Lahan perseorangan tak gampang diminta pihak lain. Terlebih apabila lahan itu letaknya strategis. Kepemilikan lahan perseorangan mampu mempersulit perencanaan zonasi kota.

3) Perbedaan Keinginan

Penilaian warga kota terhadap lokasi perumahan satu dgn yg lain tak sama. Penilaian ini berhubungan dgn cita-cita pribadi, prestise, duduk masalah sosial, & yang lain.

4) Topografi

Topografi besar lengan berkuasa dengan-cara pribadi atau tak pribadi terhadap pembangunan perumahan. Misalnya, lahan dgn kemiringan yg tajam kurang disukai dibanding lahan yg datar; lahan yg berada di ketinggian tertentu dgn panorama alam yg indah menjadi daya tarik untuk dijadikan permukiman. Lahan bertopografi bergairah & tak subur mempunyai nilai jual yg rendah & kurang diminati untuk perumahan.

5) Transportasi

Transportasi memengaruhi waktu & biaya perjalanan dr satu tempat ke tempat lain. Lokasi & perkembangan permukiman sungguh berkaitan dgn prasarana & fasilitas transportasi. Permukiman akan cepat meningkat di lokasi yg dilalui atau berdekatan dgn rute transportasi.

6) Struktur Asal

Kota yg memiliki bangunan-bangunan historis bernilai budaya tinggi sering mempersulit dlm pengaturan permukiman masa sekarang. Biasanya, struktur asal ingin tetap dipertahankan selaku monumen bersejarah.

3. Menghitung Kekuatan Interaksi antara Dua Wilayah

Interaksi wilayah merupakan hal yg penting dilakukan karena setiap wilayah tak dapat mencukupi kebutuhannya sendiri. Untuk mengetahui seberapa besar kekuatan interaksi antara dua wilayah mampu dijalankan dengan-cara kuantitatif dgn rumus-rumus di bawah ini.

a. Rumus Carrothers

Menurut teori ini, kekuatan hubungan hemat antara dua tempat, berbanding lurus dgn besarnya penduduk & berbanding terbalik dgn jarak antaranya. Makara, makin banyak jumlah penduduk di dua tempat, makin besarlah interaksi ekonominya, tetapi makin jauh jarak antaranya makin kecillah interaksinya.

Misalnya: ada tiga buah kota, A berpenduduk 15.000 jiwa, B (10.000 jiwa), & C (20.000 jiwa) mirip di bawah ini. Di situ lokasi B ada di tengah, jaraknya dr A 30 km & dr C 50 km. Bagaimana mengkalkulasikan besarnya interaksi ekonomi antara A & B dibandingkan B & C?
Interaksi wilayah pertumbuhan versi hukum gravitasi
Berdasar rumus Carrothers, mampu dijumlah interaksi antara kota A, B, & C.
Interaksi antara kota A & kota B.

Dari perhitungan di atas, terlihat bahwa interaksi antara A & B lebih besar dr interaksi antara B & C. Untuk pertanda interaksi AB lebih kuat daripada C, pula bisa dilihat dr jumlah penumpang kendaraan, transportasi barang, arus transportasi, & jenis interaksi lain.

b. Hukum Gravitasi

Dasar interaksi desa-kota yakni hukum gravitasi dr Issac Newton, spesialis ilmu fisika. Sir Issac Newton (1687) menyampaikan bahwa dua buah benda atau materi mempunyai gaya tarik-menawan yg kekuatannya berbanding lurus dgn hasil kali kedua massa tersebut & berbanding terbalik dgn kuadrat jarak benda tersebut.
Hukum gravitasi Newton bisa diterapkan dlm studi geografi penjualan & studi transportasi. Selain itu, pula dipakai dlm studi perpindahan penduduk, persoalan menentukan lokasi, & duduk kasus interaksi. Jika aturan gravitasi Newton dipakai untuk menghitung besarnya interaksi antara wilayah pertumbuhan A & B, maka rumusnya menjadi:

Contoh soal :
Hitunglah interaksi antara A, B, & C, bila dimengerti: Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A = 300.000 jiwa. Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B = 20.000 jiwa. Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan C = 10.000 jiwa. Jarak antara wilayah pertumbuhan A dgn wilayah pertumbuhan B = 5 km maka,

Jadi, interaksi antara wilayah pertumbuhan A dgn wilayah pertumbuhan B & wilayah pertumbuhan C mampu ditulis dgn angka sederhana, yaitu 24 berbanding 3 atau 8 berbanding 1. Jika digambarkan sebagai berikut.
Interaksi wilayah model hukum gravitasi
Dari gambar di atas bisa disimpulkan bahwa interaksi A dgn B lebih besar daripada interaksi antara A dgn C. Berarti pengaruh A terhadap B lebih besar dibandingkan dengan imbas A terhadap C.

4. Dampak Interaksi Desa-Kota

Dalam geografi dibahas interaksi spasial yg menyangkut kota & desa. Menurut Ullman interaksi spasial meliputi gerak dr barang, penumpang, migran, duit, & informasi. Perkembangan bidang transportasi & pembangunan jalur-jalur jalan gres sudah membuatkan interaksi desa-kota. Peningkatan interaksi pula disebabkan perkembangan di bidang pendidikan, budaya, teknologi, & ekonomi penduduk. Akibat interaksi ini akan kuat terhadap wilayah satu dgn wilayah yg lain. Dampak apakah yg timbul dr interaksi desa & kota? Interaksi desa-kota bisa memunculkan efek positif & negatif bagi desa & kota.

a. Dampak Interaksi bagi Desa

  1. Interaksi antara dua atau lebih wilayah yg berbeda akan mempunyai dampak pada masing-masing wilayah sehingga akan memicu terjadinya perubahan. Seberapa besar perubahan yg terjadi tergantung dr jarak, jumlah penduduk, & banyak sekali faktor pendukung yang lain seperti fasilitas transportasi, komunikasi, listrik, & lain sebagainya. Dampak positif bagi desa jawaban adanya interaksi desa & kota sebagai berikut.
  2. Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak sekolah dibangun di desa. Demikian pula keterangan perkembangan dunia & ilmu pengetahuan yg diterima penduduk kota dgn gampang menyebar ke desa. Misalnya, wawasan wacana hibrida, pengawetan kesuburan tanah, & pengolahan hasil panen.
  3. Jumlah guru & sekolah yg banyak terdapat di desa memungkinkan menjadi penggagas pertumbuhan penduduk desa lewat pendidikan. Angka buta abjad penduduk desa makin menyusut.
  4. Perluasan jalur jalan desa-kota & kenaikan jumlah kendaraan bermotor sudah meraih wilayah perdesaan sehingga hubungan desa-kota semakin terbuka. Hasil panen dr desa menjadi mudah diangkut ke kota. Kelangkaan materi pangan di kota mampu dihindari karena suplai bahan pangan simpel dilakukan.
  5. Produktivitas desa makin meningkat dgn hadirnya teknologi tepat guna. Kehadiran teknologi tepat guna akan meningkatkan kemakmuran penduduk desa.
  6. Pelestarian lingkungan hidup perdesaan , mirip pencegahan erosi & banjir, penyediaan air higienis, serta pengaturan pengairan mampu dijalankan dgn datangnya para andal dr ber-bagai disiplin ilmu.
  7. Peningkatan kegiatan wiraswasta yg menciptakan produk bermutu, seperti kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik perhubungan & perbengkelan, serta peternakan mampu dilaksanakan karena pemerintah turun tangan.
  8. Pengetahuan ihwal kependudukan bisa hingga ke penduduk desa yg lazimnya mempunyai banyak anggota keluarga. Kesadaran mempunyai keluarga kecil telah diterima oleh penduduk desa.
  9. Koperasi & organisasi sosial yg meningkat di perdesaan sudah memberi manfaat dlm peningkatan kesejahteraan penduduk & pembangunan desa.

Sedangkan imbas negatif bagi desa balasan adanya interaksi desa & kota selaku berikut.

  1. Modernisasi kota sudah melunturkan orientasi pertanian yg menjadi pokok kehidupan mereka. Misalnya, budaya kontes keelokan, peragaan busana, & foto model.
  2. Siaran televisi yg mampu ditangkap di pelosok desa dapat mengembangkan konsumerisme & kriminalitas. Penduduk desa dgn mudah menggandakan iklan & tindak kejahatan dlm film atau sinetron yg ditayangkan televisi.
  3. Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda yg lebih tertarik melakukan pekerjaan di kota. Mereka berpendapat di kota banyak potensi kerja dgn upah yg tinggi. Akibatnya, di desa cuma tinggal orang renta & belum remaja yg tak produktif.
  4. Perubahan tata guna lahan di perdesaan final perluasan wilayah kota & banyak orang kota berbelanja lahan di wilayah perbatasan desa-kota. Tindakan orang kota ini menyebabkan lahan di perbatasan desa-kota berubah menjadi permukiman atau bangunan lain.
  5. Tata cara & kebiasaan yg menjadi budaya kota masuk ke pelosok desa & condong mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota yg tak sesuai dgn kebudayaan atau tradisi desa, sehingga sering memunculkan dilema dlm kehidupan penduduk desa.
  6. Ketersediaan materi pangan yg menyusut, peningkatan pengangguran, & pencemaran lingkungan menjadi duduk perkara penting final interaksi desa-kota.

b. Dampak Interaksi bagi Kota

Urbanisasi merupakan salah satu bentuk dr interaksi desa-kota. Menurut Hope Tisdale Eldrige (1956), pengertian urbanisasi ialah proses perpindahan penduduk ke kota atau wilayah permukiman padat. Istilah urbanisasi pula digunakan untuk mendeskripsikan pergantian golongan sosial yg terjadi selaku tanggapan fokus insan. Urbanisasi bisa pula berarti proses pergantian wilayah desa menjadi wilayah kota. Pengertian urbanisasi tersebut memperlihatkan bahwa penduduk desa lebih mengenal kota. Banyak penduduk desa meninggalkan daerahnya & pindah ke kota terdekat. Sebagian dr mereka bekerja di kota, tetapi berdomisili di desa.
Dampak positif bagi kota jawaban adanya interaksi desa & kota selaku berikut.

  1. Tercukupinya kebutuhan materi pangan bagi penduduk perkotaan yg sebagian besar berasal dr daerah perdesaan , seperti sayuran, buah-buahan, beras, & lain sebagainya.
  2. Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dr desa yg pergi ke kota.
  3. Produk-produk yg dihasilkan di tempat perkotaan mampu dipasarkan hingga ke pelosok desa sehingga laba yg diperoleh lebih besar.
Sedangkan efek negatif bagi kota selesai adanya interaksi desa & kota selaku berikut.
  1. Jumlah penduduk desa yg pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan bagi wilayah perkotaan, yakni makin meningkatnya jumlah pengangguran & penduduk miskin.
  2. Penduduk dgn pendapatan rendah kesusahan mencukupi keperluan hidupnya mirip sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan, & lain sebagainya.
  3. Nilai lahan di perkotaan yg mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau tempat yg tak pantas untuk permukiman, contohnya di bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, kuburan, & kolong jembatan. Umumnya permukiman yg terbentuk ialah permukiman kumal . Menurut para geograf, wilayah perkampungan kumal mempunyai empat ciri khas, yaitu tak tersedia air higienis untuk minum, tak ada saluran pem-buangan air, penumpukan sampah & kotoran, serta saluran ke luar perkampungan yg sulit.
  4. Terjadi degradasi mutu lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk kota yg pesat mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Per-mukiman gres timbul di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan, & Makassar. Pertumbuhan permukiman yg cepat di perkotaan kuat terhadap penurunan atau degradasi mutu lingkungan.
Degradasi mutu lingkungan mampu terjadi pada lingkungan fisik & sosial. Degradasi kualitas lingkungan fisik mampu disebabkan oleh pencemaran. Bentuk pencemaran lingkungan fisik contohnya pencemaran air, udara, & bunyi.

a) Pencemaran Air

Pencemaran air mampu menjadi masalah kota lantaran sifat air yg mengalir & diperlukan semua penduduk kota. Penduduk kota mengambil air dr air permukaan & air tanah (sumur). Sumber pencemaran air, antara lain sampah rumah tangga, air bekas pembersihan (detergen), limbah cair industri, & sampah hasil metabolisme badan (tinja & air kencing).

b) Pencemaran Udara

Pencemaran udara mampu meliputi wilayah yg luas. Pencemaran ini ditimbulkan oleh pembakaran sampah, gas buang dr kendaraan bermotor, & asap pabrik.

c) Pencemaran Suara

Suara yg ditimbulkan dr kegiatan pembangunan wilayah kota mampu mengusik atau menghancurkan pendengaran. Suara yg melampaui 75 desibel bisa mengganggu saraf & fokus kerja. Suara yg mencapai 145 desibel & terus-menerus didengar akan menimbulkan rasa sakit. Suara sepeda motor pada lazimnya antara 45–120 desibel. Pencemaran bunyi bisa berasal dr klakson kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, & alat-alat berat.
Jenis pencemaran yg dapat digolongkan selaku degradasi mutu lingkungan sosial selaku berikut.
  1. Kepadatan lalu lintas kendaraan yg banyak dimiliki penduduk kota mampu memunculkan perasaan jengkel & kesal pemakai jalan balasan kemacetan.
  2. Semakin berkembangnya sikap hidup materialistis & individualistis.
  3. Tumpukan sampah yg terdapat di banyak tempat, khususnya dekat permukiman, mengganggu kesehatan & keindahan lingkungan.
  4. Rumah & bangunan kota yg telantar atau tak terawat mengganggu panorama di sekitarnya.

Penggunaan lahan (land use) di wilayah perkotaan berlainan dgn di wilayah perdesaan. Di wilayah perkotaan, lahan dipakai untuk perumahan & industri. Sedang di wilayah perdesaan , lahan dipakai untuk lahan pertanian & hutan. Di negara-negara maju dengan-cara ekonomi (More Economical Developed Countries) terdapat dua model penggunaan lahan yg diterapkan untuk wilayah perkotaan.
Apakah yg dimaksud model penggunaan lahan? Ada dua model yg dipraktekkan di wilayah perkotaan di negara-negara maju dengan-cara eko-nomi. Model apa sajakah itu? Bagaimanakah zona penggunaan lahan perkotaan di negara Inggris serta ciri-cirinya? Kamu akan secepatnya tahu apabila ananda mengakses situs internet www.geography.learnontheinter-net.co.uk. Di situ penggunaan lahan perkotaan dipaparkan dengan-cara singkat tetapi jelas serta dibarengi gambar.

Proses perkembangan wilayah kota & pergantian struktur tata guna lahannya dipengaruhi oleh dua faktor, yakni gaya sentrifugal & gaya sentripetal kota. Gaya sentrifugal mendorong penduduk & kegiatannya bergerak ke luar. Dorongan ini menimbulkan dispersi kegiatan penduduk serta relokasi sektor-sektor & zona-zona kota. Sedang gaya sentripetal sebaliknya, mendorong penduduk & kegiatannya menuju pusat sehingga terjadi fokus di pusat.
Apakah yg mendorong gerak sentrifugal kota? Gerak sentrifugal kota disebabkan oleh beberapa hal selaku berikut.

  1. Terjadi gangguan kondisi kota yg berkali-kali, mirip kemacetan kemudian lintas, polusi udara, polusi air, & kebisingan. Gangguan ini menjadikan penduduk kota tak tenteram tinggal & melaksanakan pekerjaan di kota.
  2. Industri terbaru di kota memerlukan lahan yg luas & relatif kosong. Wilayah pinggiran kota dimungkinkan terdapat lahan yg tak padat orangnya & luas, sehingga kemudian lintas kendaraan tanpa hambatan & memudahkan parkir kendaraan beroda empat.
  3. Sewa tanah di pinggiran kota jauh lebih ekonomis biaya dibanding dgn di tengah kota.
  4. Perluasan industri lebih dimungkinkan di wilayah luar kota, lantaran lahan kosong masih tersedia & dgn ongkos lebih ekonomis biaya dibanding lahan di tengah kota.
  5. Pembangunan rumah yg luas, sehat, & mengikuti model mutakhir bisa dilaksanakan di luar kota.
  6. Kecenderungan penduduk kota untuk bermukim di luar kota yg masih alami.
Adapun gerak sentripetal kota disebabkan oleh beberapa hal selaku berikut.
  1. Lokasi strategis untuk industri terletak erat pelabuhan atau persimpangan jalan utama. Lokasi strategis biasanya berada di wilayah tengah kota.
  2. Lokasi untuk kegiatan bisnis & perusahaan condong memilih erat dgn stasiun kereta api atau terminal bus di tengah kota.
  3. Tempat-tempat praktik para andal, seperti dokter, apoteker, notaris, pengacara, & pedagang pengecer saling berdekatan.
  4. Pemusatan pertokoan yg memasarkan banyak sekali jenis barang, mirip toko tekstil, toko sepatu & tas, toko komplemen, toko buku, toko pakaian, swalayan, serta toko elektronik dlm satu kompleks di tengah kota. Kompleks tersebut kemudian menjadi pusat perbelanjaan. Contoh: Braga (Bandung), Malioboro (Yogyakarta), Pasar Baru (Jakarta), & Tunjungan (Surabaya).
  5. Pengelompokan gedung-gedung yg sejenis, misalnya perkantoran, perumahan flat (apartemen), & pertokoan memengaruhi penurunan pajak sewa & harga tanah.
  6. Tempat berolahraga, hiburan, & seni budaya yg mampu dikunjungi dikala-waktu mengakibatkan warga memilih bertempat tinggal di dekatnya.
  7. Pertimbangan jarak antara tempat tinggal & tempat melakukan pekerjaan yg berdekatan merupakan dalihwarga tinggal di tengah kota.

Mendeteksi Masalah Pembangunan di Kotamu

Dalam proses pembangunan kota, setiap kota menghadapi permasalahan yg bertentangan-beda. Permasalahan tersebut meliputi bidang sosial, perumahan, ekonomi, keamanan, & lain sebagainya. Carilah keterangan kasatmata ihwal permasalahan yg dihadapi kota tempat tinggalmu. Informasi tersebut mampu kalian temukan dr media elektronik, koran, majalah, susukan internet, atau wawancara langsung dgn aparat pemerintah. Setelah itu, buatlah planning untuk menangani permasalahan tersebut. Diskusikan hasilnya dgn sobat-temanmu dgn bimbingan Bapak/Ibu Guru.

Itulah postingan & klarifikasi artikel yg admin bagikan mengenai Pola Keruangan Desa Dan Kota. Semoga berkhasiat & bisa menjadi sumber bacaan yg bermanfaat buat kita bareng .