Untuk menjangkau kemerdekaan kita, kita mesti bersatu, Untuk mentjapai kemerdekaan kita, kita mesti membinasakan imperialisme & kapitalisme H.A. Notosoetardjo -Bung Karno dihadapan Pengadilan Kolonial (1963)
Daftar Isi
A. Mengevaluasi Perang Melawan Keserakahan Kongsi Dagang (kala ke-16 hingga kurun ke-18)
Ilustrasi kapal-kapal VOC yg berlayar menuju Nusantara |
Ilustrasi pertempuran rakyat di bawah Pangeran Nuku di Tidore |
Pangeran Nuku |
1. Aceh Versus Portugis & VOC
2. Maluku Angkat Senjata
Makam Sultan Nuku kini menjadi objek wisata sejarah di Tidore |
3. Sultan Agung Versus J.P. Coen
- tindakan monopoli yg dilakukan VOC,
- VOC sering menghalang-halangi kapal-kapal jualan Mataram yg akan berdagang ke Malaka,
- VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram, dan
- keberadaan VOC di Batavia sudah memberikan bahaya serius bagi masa depan Pulau Jawa.
Sultan Agung |
4. Perlawanan Banten
Sultan Ageng Tirtayasa |
Sisa-sisa istana Surosowan |
5. Perlawanan Goa
- Goa mesti mengakui hak monopoli VOC
- Semua orang Barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Goa
- Goa mesti mengeluarkan uang ongkos perang
Benteng Rotterdam |
6. Rakyat Riau Angkat Senjata
Istana Peninggalan Kerajaan Siak |
7. Orang-orang Cina Berontak
8. Perlawanan Pangeran Mangkubumi & Mas Said
Pada tahun 1749 dlm suasana perang sedang berkecamuk di banyak sekali tempat, terpetik isu kalau Pakubuwana II jatuh sakit. Dalam keadaan sakit ini Pakubuwana II terpaksa mesti menandatangani perjanjian dgn VOC. Perjanjian itu ditandatangani pada tanggal 11 Desember 1749 antara Pakubuwana II yg sedang sakit keras dgn Gubernur Baron van Hohendorff selaku wakil VOC. Isi perjanjian itu sangat menyakitkan hati para punggawa & rakyat Mataram. Mengapa?
Surat Perjanjian Giyanti |
KESIMPULAN
- Perlawanan yg terjadi pada kala ke-16 di aneka macam wilayah ditujukan pada Portugis, Spanyol & Belanda. Kemudian perawanan rakyat pada era ke 17 & 18 biasanya ditujukan pada dominasi kongsi jualan VOC (Belanda).
- Perlawanan rakyat Indonesia dilatarbelakangi lantaran tidakan monopoli, keserkahan & intervensi politik dgn devide et impera dr pemerintahan kongsi jualan itu.
- Perlawanan rakyat Indonesia itu biasanya memang mampu dipatahkan oleh kekuatan musuh yg sering berlaku licik & mempunyai persenjataan yg lebih lengkap.
- Akibat dominasi pemerintahan kongsi jualan & kekalahan perlawanan rakyat mempunyai dampak sebagian besar Kepulauan Indonesia dikuasai kekuasaan asing utamanya VOC.
- Perilaku penjajahan itu tak sesuai dgn fitrah & hak asasi manusia maka mesti dilawan.
B. Mengevaluasi Perang Melawan Penjajahan Kolonial Hindia Belanda
Ilustrasi perihal suasana Perang Aceh |
1. Perang Tondano
a. Perang Tondano I
b. Perang Tondano II
Danau Tondano, usai pemusnahan hunian di atas air |
2. Pattimura angkat senjata
Pattimura |
Christina MarthaTiahahu |
3. Perang Padri
NAMA PADRI
“Ada beberapa pertimbangan mengenai ungkapan padri. Ada yg menyampaikan, padri berasal dr kata Portugis, padre yg artinya “bapak”, sebuah gelar yg biasa diberikan untuk golongan pendeta. Ada pula yg menyampaikan berasal dr kata Pedir, sebuah kota Bandar di pesisir utara Aceh, tempat transit & pemberangkatan kaum muslimin yg akan melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Di Minangkabau pada permulaan kurun XIX perumpamaan padri belum dimengerti . Waktu itu cuma popular sebutan golongan hitam & golongan putih. Penamaan ini didasarkan pada pakaian yg mereka kenakan. Golongan putih yg pakaiannya serba putih ialah para pembaru, kemudian oleh penulis-penulis sejarah disebut selaku kaum Padri/Padri. Belum dimengerti kenapa golongan putih ini mereka sebut selaku kaum Padri, sedangkan untuk golongan hitam merupakan kelompok yg menggunakan busana serba hitam. Kelompok ini merupakan kalangan yg mempertahankan paham yg terlebih dahulu sudah berkembang lama di Minangkabau, sehingga pula dimengerti selaku golongan budbahasa” (Taufik Abdullah & A.B. Lapian (ed), 2012: 415)
Fase pertama (1821-1825)
Fase kedua (1825-1830)
- Belanda mengakui kekuasaan pemimpin Padri di Batusangkar, Saruaso, Padang Guguk Sigandang, Agam, Bukittinggi & menjamin pelaksanaan tata cara agama di daerahnya.
- Kedua belah pihak tak akan saling menyerang
- Kedua pihak akan melindungi para pedagang & orang-orang yg sedang melaksanakan perjalanan
- Secara bertahap Belanda akan melarang praktik laga ayam.
Fase ketiga (1830 – 1837/1838)
Ilustrasi pertempuran sengit antara pasukan Padri melawan Belanda di bukit selatan Bonjol. |
Tuanku Imam Bonjol |
4. Perang Diponegoro
- Siapakah Pangeran Diponegoro itu?
- Benarkah Pangeran Diponegoro pejuang yg cinta tanah air ?
- Buktikan bahwa Pangeran Diponegoro memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan!
- Benarkah Pangeran Diponegoro merupakan pemimpin & pejuang yg sungguh menghargai kolaborasi dgn sesama pejuang
- Buktikan bahwa Pangeran Diponegoro yakni seorang pemimpin bukan sekedar manajer !
- Dalam berjuang Pangeran Diponegoro tetap mendasarkan pada nilai-nilai kesyukuran & keimanan. Coba tunjukkan buktinya.
Pangeran Diponegoro |
Bermula dr kejadian anjir
Gua Selarong |
Nyi Ageng Serang |
Perluasan perang di banyak sekali kawasan
Benteng Stelsel pembawa bencana alam
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh |
- Sentot Prawirodirjo diizinkan untuk tetap memeluk agama Islam,
- Pasukan Sentot Prawirodirjo tak dibubarkan & ia tetap selaku komandannya,
- Sentot Prawirodirjo dgn pasukannya diizinkan untuk tetap menggunakan sorban,
- Sebagai kelanjutan perjanjian itu, maka pada tanggal 24 Oktober 1829 Sentot Prawirodirjo dgn pasukannya memasuki ibu kota negeri Yogyakarta untuk dengan-cara resmi menyerahkan diri.
5. Perlawanan di Bali
Mengapa terjadi Perang Puputan di Bali?
Gusti Ktut Jelantik |
6. Perang Banjar
Pangeran Hidayatullah |
Orang Dayak dgn pakaian perang |
Gerakan Aling ini membuat suasana kerjaan kian semrawut. Pusat gerakan Aling dinamakan Tambai Mekah (Serambi Mekah) yg terletak di tepian Sungai Muning. Aling pula memanggil Antasari supaya tiba di Tambai Mekah. Pengaruh Aling ini kian besar & banyak pengikutnya, karena Aling memang dipandang orang yg sakti.
Pangeran Antasar |
Pangeran Antasari yg memang sudah kecewa dgn apa yg terjadi di lingkungan kerajaan, datang & bergabung dgn Gerakan Aling. Antasari berminat untuk menurunkan Tamjidillah & melawan kekuasaan Belanda. Di samping kekuatan penuh dr pengikut Aling, Pangeran Antasari pula mendapat dukungan dr aneka macam pihak ibarat Sultan Pasir & Tumenggung Surapati pimpinan orang-orang Dayak.
Dengan insiden tersebut, kondisi pemerintahan Kesultanan Banjar kian kacau. Sultan Tamjidillah yg memang tak disukai oleh rakyat itu pula tak banyak berbuat. Oleh lantaran itu, Tamjidillah dinilai oleh Belanda tak mampu memerintah maka diminta untuk turun tahta. Akhirnya pada tanggal 25 Juni 1859 dengan-cara resmi Tamjidillah mengundurkan diri & mengembalikan legalia Banjar pada Belanda. Tamjidillah kemudian diasingkan ke Bogor.
Mulai sewaktu itu Kesultanan Banjar berada di bawah dominasi Belanda. Belanda sebetulnya berupaya membujuk Pangeran Hidayatullah (Hidayat) untuk bergabung dgn Belanda & akan dijadikan Sultan Banjar. Tetapi kalau melihat kelicikan Belanda, bagi Pangeran Hidayatullah itu semua merupakan tipu muslihat Belanda. Oleh lantaran itu, Pangeran Hidayatullah menentukan bareng rakyat untuk melancarkan perlawanan terhadap Belanda.
Sementara itu pasukan Antasari sudah bergerak menyerbu pos-pos Belanda di Martapura. Perlawanan Antasari dgn cepat mendapat pertolongan dr para ulama & punggawa kerajaan yg sudah muak dgn kelicikan & kekejaman Belanda. Bulan Agustus 1859, Antasari bareng pasukan Haji Buyasin, Kiai Langlang, Kiai Demang Lehman berhasil menyerang benteng Belanda di Tabanio. Kemudian pasukan Surapati berhasil menenggelamkan kapal Belanda, Onrust, & merampas senjata yg ada di kapal tersebut di Lontotuor, Sungai Barito Hulu. Dengan demikian Perang Banjar makin meluas.
Pada waktu itu memasuki bulan Agustus-September tahun 1859 pertempuran rakyat Banjar terjadi di tiga lokasi, yakni di sekeliling Banua Lima, sekitar Martapura & Tanah Laut, serta sepanjang Sungai Barito. Pertempuran di sekitar Banua Lima di bawah pimpinan Tumenggung Jalil, pertempuran di sekeliling Martapura & tanah Laut dipimpin oleh Demang Lehman, & sepanjang Sungai Barito dikomandani oleh Pangeran Antasari. Kiai Demang Lehman yg berupaya mempertahankan benteng Tabanio diserbu tentara Belanda. Pertempuran sengit terjadi & banyak menenteng korban. Sembilan
- Pemusatan kekuatan perlawanan di wilayah Amuntai.
- Membuat & memperkuat pertahanan di Tanah Laut, Martapura, Rantau & Kandangan.
- Pangeran Antasari memperkuat pertahanan di Dusun Atas.
- Mengusahakan extra senjata.
7. Aceh Berjihad
a. Mengapa & apa latar belakang terjadi perang di Aceh itu?
Aceh memiliki kedudukan yg strategis. Aceh menjadi pusat jual beli. Daerahnya luas & mempunyai hasil penting menyerupai lada, hasil tambang, serta hasil hutan. Karena itu dlm rangka merealisasikan Pax Neerlandica, Belanda sangat berambisi untuk menguasai Aceh. Kita tahu sejak masa VOC, orang-orang Belanda itu ingin menguasai jual beli di Aceh, begitu pula zaman pemerintahan Hindia Belanda. Tetapi di sisi lain orang-orang Aceh & para sultan yg pernah berkuasa tetap ingin mempertahankan kedaulatan Aceh. Semangat & tindakan sultan beserta rakyatnya yg demikian itu memang dengan-cara resmi disokong & dibenarkan oleh adanya Traktat London tanggal 17 Maret 1824. Traktat London itu yaitu hasil persetujuan antara Inggris & Belanda yg isinya antara lain bahwa Belanda setelah mendapatkan kembali tanah jajahannya di Kepulauan Nusantara, tak dibenarkan mengusik kedaulatan Aceh.
Dengan isi Traktat London itu dengan-cara resmi menjadi halangan bagi Belanda untuk menguasai Aceh. Tetapi dengan-cara geografis-politis Belanda merasa diuntungkan karena kekuatan Inggris tak lagi selaku penghalang & Belanda mulai bisa mendekati wilayah Aceh. Apalagi pada tahun 1825 Inggris sudah menyerahkan Sibolga & Natal pada Belanda. Dengan demikian Belanda sudah berhadapan langsung wilayah Kesultanan Aceh. Belanda tinggal menanti momen yg sempurna untuk mampu melaksanakan intervensi di Aceh. Belanda mulai kusak- kusuk untuk membuat kesemrawutan di Aceh. Politik mencerai-beraikan pula mulai diterapkan. Belanda pula bergerak di wilayah perairan Aceh & Selat Malaka. Belanda sering menemukan para bajak laut yg mengusik kapal-kapal gila yg sedang berlayar & berjualan di perairan Aceh & Selat Malaka. Dengan alasan menjaga keamanan kapal-kapal yg sering diganggu oleh para pembajak maka Belanda menduduki beberapa kawasan mirip Baros & Singkel.
Gerakan menuju aneksasi terus diintensifkan. Pada tanggal 1 Februari 1858, Belanda menyodorkan perjanjian dgn Sultan Siak, Sultan Ismail. Perjanjian inilah yg dikenal dgn Traktat Siak. Isinya antara lain Siak mengakui kedaulatan Hindia Belanda di Sumatra Timur. Ini artinya wilayah-daerah yg berada di bawah efek Siak mirip: Deli, Asahan, Kampar, & Indragiri berada di bawah dominasi Hindia Belanda. Padahal wilayah-wilayah itu bergotong-royong berada di bawah lindungan Kesultanan Aceh. Tindakan Belanda & Siak ini tak diprotes keras oleh Kesultanan Aceh.
Perkembangan politik yg kian menohok Kesultanan Aceh ialah ditandatanganinya Traktat Sumatera antara Belanda dgn Inggris pada tanggal 2 November 1871. Isi Traktat Sumatera itu antara lain Inggris memberi kebebasan pada Belanda untuk memperluas wilayah kekuasaannya di seluruh Sumatera. Hal ini terperinci merupakan ancaman bagi Kesultanan Aceh. Dalam posisi yg terus terancam ini Aceh berusaha mencari sekutu dgn negara-negara lain mirip dgn Turki, Italia bahkan pula melaksanakan kontak hubungan dgn Amerika Serikat. Aceh kemudian tahun 1873 mengantardelegasi yakni Habib Abdurrahman pergi ke Turki untuk meminta proteksi senjata.
Langkah-langkah Aceh itu dimengerti oleh Belanda. Oleh karena itu, Belanda mengancam & mengultimatum biar Kesultanan Aceh tunduk di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Aceh tak akan menghiraukan ultimatum itu. Karena Aceh dinilai membangkang maka pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda lewat Komisaris Nieuwenhuijzen memberi tahu perang terhadap Aceh. Pecahlah pertempuran antara Aceh melawan Belanda. Para pejuang Aceh di bawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah II mengobarkan semangat jihad angkat senjata untuk melawan kezaliman Belanda.
b. Syahid atau menang
Agresi tentara Belanda terjadi pada tanggal 5 April 1873. Tentara Belanda di bawah pimpinan Jenderal Mayor J.H.R. Kohler terus melaksanakan serangan terhadap pasukan Aceh. Pasukan Aceh yg terdiri atas para ulebalang, ulama, & rakyat terus mendapat gempuran dr pasukan Belanda. Dengan memperhatian hasil laporan spionase Belanda yg menyampaikan bahwa Aceh dlm keadaan lemah dengan-cara politik & ekonomi, bikin para pemimpin Belanda tergolong Kohler optimis bahwa Aceh secepatnya bisa ditundukkan. Oleh karena itu, serangan-serangan tentara Belanda terus diintensifkan. Tetapi kenyataannya tak mudah menundukkan para pejuang Aceh. Dengan kekuatan yg ada para pejuang Aceh bisa menyodorkan perlawanan sengit. Pertempuran terjadi tempat pantai, kemudian pula di kota, bahkan pada tanggal 14 April 1873 terjadi pertempuran sengit antara pasukan Aceh dibawah pimpinan Teuku Imeum Lueng Bata melawan tentara Belanda di bawah pimpinan Kohler untuk memperebutkan Masjid Raya Baiturrahman. Dalam pertempuran memperebutkan Masjid Raya Baiturrahman ini pasukan Aceh sukses membunuh Kohler di bawah pohon dekat masjid tersebut. Pohon ini kemudian dinamakan Kohler Boom. Banyak jatuh korban dr pihak Belanda. Begitu pula tidak sedikit korban dr pihak pejuang Aceh yg mati syahid.
Terbunuhnya Kohler ini maka pasukan Belanda ditarik mundur ke pantai. Dengan demikian gagallah serangan tentara Belanda yg pertama. Ini pertanda bahwa tak praktis untuk secepatnya menundukkan Aceh. Karena kekuatan para pejuang Aceh tak semata-mata terletak pada kekuatan pasukannya, tetapi pula terkait hakikat kehidupan yg didasarkan pada nilai-nilai agama & sosial budaya yg sesuai dgn pemikiran Al-Qur’an. Doktrin para pejuang Aceh dlm melawan Belanda cuma ada dua pilihan “syahid atau menang”. Dalam hal ini nilai-nilai agama senantiasa menjadi potensi yg sungguh menentukan dlm menggerakkan perlawanan terhadap penjajahan abnormal. Oleh karena itu, Perang Aceh berjalan begitu lama.
Setelah melipatgandakan kekuatannya, pada tanggal 9 Desember 1873 Belanda melakukan agresi atau serangan yg kedua. Serangan ini dipimpin oleh J. van Swieten. Pertempuran sengit terjadi istana & pula terjadi di Masjid Raya Baiturrahman. Para pejuang Aceh mesti mempertahankan masjid dr serangan Belanda yg bertubi-tubi. Masjid terus dihujani peluru & kemudian pada tanggal 6 Januari 1874 masjid itu dibakar. Para pejuang & ulama kemudian meninggalkan masjid. Tentara Belanda kemudian menuju istana. Pada tanggal 15 Januari 1874 Belanda dapat menduduki istana sehabis istana dikosongkan, lantaran Sultan Mahmud Syah II bareng para pejuang yg lain meninggalkan istana menuju ke Leueung Bata & diteruskan ke Pagar Aye (sekitar 7 km dr pusat kota Banda Aceh). Tetapi pada tanggal 28 Januari 1874 sultan meninggal karena wabah kolera.
Jatuhnya Masjid Raya Baiturrahman & istana sultan, Belanda menyatakan bahwa Aceh Besar telah menjadi daerah kekuasaan Belanda. Para ulebalang, ulama & rakyat tak ambil sakit kepala dgn pernyataan Belanda. Mereka kemudian mengangkat putra mahkota Muhammad Daud Syah selaku sultan Aceh. Tetapi karena masih di belum dewasa maka diangkatlah Tuanku Hasyim Banta Muda selaku wali atau pemangku sultan sampai tahun 1884. Pusat pemerintahan di Indrapuri (sekitar 25 km arah tenggara dr pusat kota). Semangat untuk melanjutkan perang terus menggelora di banyak sekali tempat. Pertempuran dgn Belanda semakin meluas ke wilayah hulu. Sementara itu peran van Swieten di Aceh dipandang cukup. Ia digantikan oleh Jenderal Pel. Sebelum Swieten meninggalkan Aceh, ia memberikan bahwa pemerintah Hindia Belanda akan secepatnya membangun kembali masjid raya yg sudah dibakarnya. Tentu hal ini dlm rangka menawan simpati rakyat Aceh.
Para pejuang Aceh tak mengendorkan semangatnya. Di bawah pimpinan ulebalang, ulama & ketua budpekerti, rakyat Aceh terus mengobarkan perang melawan Belanda. Semangat juang makin meningkat seiring pulangnya Habib Abdurrahman dr Turki pada tahun 1877. Tokoh ini kemudian menggalang kekuatan bersama Tengku Cik Di Tiro. Pasukannya terus melaksanakan serangan-serangan ke pos-pos Belanda. Kemudian Belanda memperbesar kekuatannya sehingga bisa mengalahkan serangan – serangan yg dilaksanakan pasukan Habib Abdurrahman & Cik Di Tiro. Di bawah pimpinan Van der Heijden, Belanda berhasil mendesak pasukan Habib Abdurrahman, bahkan Habib Abdurrahman akhirnya menyerah pada Belanda. Sementara Cik Di Tiro mendur ke arah Sigli untuk melanjutkan perlawanan. Belanda sukses menguasai beberapa kawasan seperti Seunaloh, Ansen Batee.
c. Perang Sabil
Tahun 1884 merupakan tahun yg sangat penting, lantaran Muhammad Daud Syah sudah cukup umur maka dengan-cara resmi dinobatkan selaku sultan dgn gelar Sultan Ala’uddin Muhammad Daud Syah bertempat di Masjid Indrapuri. Pada waktu upacara penobatan ini para pemimpin Perang Aceh seperti Tuanku Hasyim, Panglima Polim, Tengku Cik Di Tiro memproklamirkan “Ikrar Prang Sabi” (Perang Sabil). Perang Sabil merupakan perang melawan kaphee Beulanda (kafir Belanda), perang suci untuk membela agama, perang untuk menjaga tanah air, perang jihad untuk melawan kezaliman di wajah bumi. Setelah penobatan itu, mengenang keamanan istana di Indrapuri dipindahkan ke Keumala di daerah Pidie (sekitar 25 km sebelah selatan kota Pidie). Dari Istana Keumala inilah semangat Perang Sabil digelorakan.
Cut Nyak Dien & Teuku Umar |
Snouck Horgronye |
- Perlu memecah belah persatuan & kekuatan penduduk Aceh, karena di lingkungan penduduk Aceh terdapat rasa persatuan antara kaum ningrat, ulama, & rakyat.
- Menghadapi kaum ulama yg fanatik dlm memimpin perlawanan mesti dgn kekerasan, yakni dgn kekuatan senjata.
- Bersikap lunak terhadap kaum bangsawan & keluarganya & diberi peluang untuk masuk ke dlm korps pamong praja dlm pemerintahan kolonial Belanda.
Cut Nyak Mutia |
8. Perang Batak
Sisingamangaraja XII |
Kamu tahu bagaimana jalannya Perang Batak ?
KESIMPULAN
- Perang yg terjadi pada era ke-18 & 19 & permulaan 20 merupakan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda.
- Pemerintah kolonial Belanda tetap menjalankan taktik perang yg licik & kejam. Tipu daya akal-akalan mengajak damai, mengadu domba & menangkapi anggota keluarga pimpinan perang Indonesia terus dilaksanakan.
- Perang melawan penjajahan pemerintahan kolonial Hindia Belanda memang belum berhasil, tetapi semangat juang rakyat & para pemimpin perang kita tak pernah padam. Kedaulatan & kemerdekaan rakyat Indonesia mesti terus diperjuangkan biar bebas dr penjajahan. Penjajahan pada hakikatnya senantiasa kejam, menangnya sendiri, serakah, tak mengamati penderitaan orang lain. Penjajahan senantiasa bertentangan dgn harkat & hak asasi insan.
- Banyak nilai-nilai keteladanan yg mampu kita terapkan dlm kehidupan sehari-hari, contohnya semangat cinta tanah air, rela berkorban, kebersamaan, jerih payah pantang menyerah dgn banyak sekali tantangan, sehingga dapat memotivasi kita untuk perjuangan & giat mencar ilmu.