√ Pengertian Radikalisme

Pengertian Radikalisme

Kata radikalisme ditinjau dr sisi terminologis berasal dr kata dasar radix yg artinya akar (pohon). Makna kata akar (pohon), dapat diperluas kembali sehingga mempunyai arti pegangan yg berpengaruh, keyakinan, pencipta perdamaian & ketenteraman. Kemudian kata tersebut mampu dikembangkan menjadi kata radikal, yg berarti lebih adjektif.


Sehingga mampu dipahami secara kilat, bahwa orang yg berpikir radikal niscaya mempunyai pengertian dengan-cara lebih detail & mendalam, layaknya akar tadi, serta kesabaran dlm mempertahankan kepercayaannya.


Memang terkesan tak biasa , tetapi hal inilah yang  menyebabkan kesan menyimpang di penduduk . Setelah itu, penambahan sufiks –isme, memperlihatkan makna perihal persepsi hidup (paradigma), sebuah faham, & kepercayaan atau fatwa. Penggunaannya pula sering disambungkan dgn suatu aliran atau kepercayaan tertentu.


Pengertian radikalisme berdasarkan bahasa yaitu paham atau aliran yg mengingikan perubahan atau pembaharuan social & politik dgn cara kekerasan atau drastis.

Pengertian-Radikalisme


Pengertian Radikalisme Menurut Para Ahli

Berikut ini yaitu beberapa definisi mengenai radikalisme menurut beberapa ahli.


  • Dawinsha

Dawinsha mengemukakan bahwa defenisi radikalisme yaitu sikap dr jiwa yg menenteng pada langkah-langkah yg bermaksud melemahkan & mengganti tatanan kemapanan & mengubahnya dgn ide baru.


  • Ketua biasa Dewan Masjid Indonesia, Dr. dr. KH. Tarmidzi Taher

Memberikan komentarnya ihwal radikalisme bemakna positif, yg mempunyai makna tajdid (pembaharuan) & islah (peerbaikan), suatu spirit perubahan menuju kebaikan. Hingga dlm kehidupan berbangsa & bernegara para pemikir radikal sebagai seorang penunjang reformasi jangka panjang.


Munculnya info-berita politis mengenai radikalisme merupakan tantangan gres bagi kelompok masyarakat untuk menjawabnya. Isu radikalisme ini bahwasanya sudah usang mencuat di permukaan wacana internasional. Munculnya radikalisme pertama kali diperkeisakan sekitar abad ke-19 & terus meningkat hingga kini. Dalam tradisi barat sekuler hal ini ditandai dgn keberhasilan industrialisasi pada hal-hal positif di satu sisi tetapi negative disisi yg lain.


  • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Radikalisme ialah paham atau aliran yg mengharapkan perubahan atau pembaharuan sosial & politik dgn cara kekerasan atau drastis.


  • Menurut Horace M Kallen

Radikalisme memiliki kekayanyang berpengaruh akan kebenaran ideologi atau acara yg mereka bawa. Dalam gerakan sosial, kaum radikalis memperjuangkan keyakinan yg mereka anut.


Baca Juga :Pengertian Lembaga Sosial Menurut Para Ahli


Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme

Gerakan radikalisme sesungguhnya bukan sebuah gerakan yg muncul begitu saja tetapi mempunyai latar belakang yg sekaligus menjadi faktor pendorong munculnya gerakan radikalisme. Diantara faktor-faktor itu ialah sebagai berikut.


  1. Faktor Sosial-Politik

Yaitu adanya pandangan yg salah atau salah kaprah mengenai suatu kelompok yg dianggap sebagai kelompok radikalisme. Secara historis kita mampu melihat bahwa pertentangan-konflik yg ditimbulkan oleh kelompok radikal dgn seperangkat alat kekerasannya dlm menentang & membenturkan diri dgn kelompok lain ternyata lebih berakar pada dilema sosial-politik.


Dalam hal ini kaum radikalisme menatap fakta historis bahwa kelompok tersebut  tidak diuntungkan oleh peradaban global sehingga menimbulkan perlawanan kepada kekuatan yg mendominasi.Dengan menjinjing bahasa & simbol tertentu serta slogan-slogan agama, kaum radikalis menjajal menjamah emosi keagamaan & mengggalang kekuatan untuk meraih tujuan “mulia” dr politiknya.


  1. Faktor Emosi Keagamaan

Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme yakni faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya yakni solidaritas keagamaan untuk teman yg tertindas oleh kekuatan tertentu.


Tetapi hal ini lebih sempurna dibilang  sebagai faktor emosi keagamaannya, & bukan agama (wahyu suci yg otoriter) walaupun gerakan radikalisme selalu mengibarkan bendera & simbol agama seperti alasan membela agama, jihad & mati syahid. Dalam konteks ini yg dimaksud dgn emosi keagamaan yakni agama selaku pengertian realitas yg sifatnya interpretatif. Makara sifatnya nisbi & subjektif.


Baca Juga :Norma Kesusilaan – Pengertian, Sangksi, Sumber, Manfaat Dan Contohnya


  1. Faktor Kultural

Faktor ini pula mempunyai andil yg cukup besar yg melatarbelakangi hadirnya radikalisme. Hal ini masuk akal lantaran memang dengan-cara kultural, sebagaimana diungkapkan Musa Asy’ari, bahwa di dlm masyarakat senantiasa diketemukan usaha untuk melepaskan diri dr jeratan jaring-jaring kebudayaan tertentu yg dianggap tak sesuai.


Sedangkan yg dimaksud faktor kultural di sini yaitu sebagai anti tesa atau pertentangan kepada budaya sekularisme. Budaya Barat merupakan sumber sekularisme yg dianggap sebagai musuh yg harus dihilangkan dr bumi. Sedangkan fakta sejarah memperlihatkan adanya dominasi Barat dr berbagai aspeknya atas negeri-negeri & budaya Muslim.


Peradaban Barat sekarang inimerupakan ekspresi lebih banyak didominasi & universal umat manusia. Negara Barat telah dgn sengaja melaksanakan proses marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan Muslim sehingga umat Islam menjadi kurang pandai & tertindas.Negara Barat dgn sekularismenya, sudah dianggap sebagai bangsa yg mengotori budaya-budaya bangsa Timur & Islam, pula dianggap ancaman terbesar bagi keberlangsungan moralitas Islam.


  1. Faktor Ideologis Anti Westernisme

Westernisme merupakan suatu pemikiran yg membahayakan Muslim dlm mengaplikasikan syari’at Islam. Sehingga simbol-simbol Barat harus dihancurkan demi penegakan syarri’at Islam. Walaupun motivasi & gerak
an anti Barat tak bisa disalahkan dgn argumentasi kepercayaan keagamaan tetapi jalan kekerasan yg ditempuh kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan mereka dlm memposisikan diri selaku pesaing dlm budaya & peradaban.


  1. Faktor Kebijakan Pemerintah

Ketidakmampuan pemerintah untuk bertindak memperbaiki situasi atas berkembangnya putus asa & kemarahan sebagian orang atau kelompok yg disebabkan dominasi ideologi, militer maupun ekonomi dr negera-negara besar. Dalam hal ini elit-elit pemerintah belum atau kurang dapat mencari akar yg menjadi penyebab munculnya tindak kekerasan (radikalisme) sehingga tak mampu menanggulangi problematika sosial yg dihadapi umat.


Baca Juga :Norma Adalah


Di samping itu, faktor media massa (pers) Barat yg selalu memojokkan umat Islam pula menjadi faktor munculnya reaksi dgn kekerasan yg dilaksanakan oleh umat Islam. Propaganda-propaganda lewat pers memang memiliki kekuatan dahsyat & sangat sulit untuk ditangkis sehingga sebagian “ekstrim” yakni sikap radikal sebagai reaksi atas apa yg ditimpakan pada komunitas Muslim.

Selain itu, ada yg beranggapan bahwa radikalisme terutama radikalisme islam munculdisebabkan oleh faktor-faktor berikut ini.


  • Faktor Internal

Faktor internal yg dimaksud yakni adanya legitimasi teks keagamaan, dlm melakukan “perlawanan” itu kadang kala menggunakan legitimasi teks (baik teks keagamaan maupun teks “cultural”) sebagai penopangnya. Untuk masalah gerakan “ekstrimisme islam” yg merebak nyaris di seluruh tempat islam (tergolong indonesia) pula menggunakan teks-teks keislaman (Alquran, hadits dan classical sources– kitab kuning) sebagai basis legitimasi teologis, lantaran memang teks tersebut dengan-cara tekstual ada yg mendukung terhadap sikap-sikap eksklusivisme & ekstrimisme ini.


Seperti ayat-ayat yg menunjukkan perintah untuk berperang mirip;  Perangilah orang-orang yg tak beriman pada Allah & tak (pula) pada hari Kemudian, & mereka tak mengharamkan apa yg diharamkan oleh Allah & RasulNya & tak beragama dgn agama yg benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yg diberikan Al-Kitab pada mereka, hingga mereka membayar jizyah dgn patuh sedang mereka dlm Keadaan tunduk. (Q.S. Attaubah: 29).


Menurut gerakan  radikalisme hal ini ialah selaku penggagas bentuk tindak kekerasan dgn dalih menjalankan syari’at, bentuk memerangi pada orang-orang yg tak beriman pada Allah & lain sebagainya. Tidak sebatas itu, kelompok fundamentalis dgn bentuk radikal pula terkadang menafsirkan teks-teks keislaman menurut “cita rasa” merka sendiri tanpa mengamati  kontekstualisasi & faktor aspek historisitas dr teks itu, risikonya banyak fatwa yg bertentangan dgn hak-hak kemanusiaan yg Universal & bertentangan dgn emansipatoris  islam selaku agama pembebas insan dr belenggu hegemoni. Teks-teks keislaman yg kadang-kadang ditafsirkan dengan-cara bias itu yakni wacana perbudakan, status non muslim & kedudukan  wanita.


Faktor internal lainnya yakni dikarenakan gerakan ini mengalami putus asa yg mendalam karena belum bisa merealisasikan keinginan berdirinya ”negara islam internasional”    sehingga pelampiasannya dgn cara anarkis; mengebom fasilitas publik & terorisme.


Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme ialah faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya yakni solidaritas keagamaan untuk teman yg tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih sempurna dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, & bukan agama (wahyu suci yg absolut). Hal ini terjadi pada peristiwa pembantaian yg dilakukan oleh negara Israel terhadap palestina, peristiwa ini mengakibatkan adanya sikap radikal di kelompok umat islam kepada Israel, yamni menginginkan agar negara Israel diisolasi semoga tak dapat beroperasi dlm hal ekspor impor.


Baca Juga :Pengertian Mediasi Menurut Para Ahli


  • Faktor Eksternal

Faktor eksternal  yang dianggap selaku latar belakang atau penyebab munculnya radikalisme yakni sebagai berikut.


  • Pertama, faktor ekonomi-politik.

Kekuasaan pemerintah yg menyeleweng dr nilai-nilai fundamental islam. Itu artinya, rezim di negara-negara islam gagal menjalankan nilai-nilai idealistik islam. Rezim-rezim  itu bukan menjadi pramusaji rakyat, sebaliknya berkuasa dgn sewenang-wenang bahkan menyengsarakan rakyat.  Penjajahan Barat yg serakah, menghancurkan serta sekuler justru datang belakangan, khususnya sehabis pandangan baru kapitalisme global & neokapitalisme menjadi pemenang.


Satu ideologi yg kemudian mencari daerah jajahan untuk dijadikan “pasar baru”. Industrialisasi & ekonomisasi pasar baru yg dijalankan dgn cara-cara berperang inilah yg kini mengejawantah hingga melanggengkan kedatangan fundamentalisme islam. Karena itu, fundamentalisme dlm islam bukan lahir karena romantisme tanah (mirip Yahudi), romantisme teks (mirip kaum bibliolatery), maupun melawan industrialisasi (mirip kristen Eropa). Selebihnya, ia hadir lantaran kesadaran akan pentingnya realisasi pesan-pesan idealistik islam yg tak dijalankan oleh para rejim-rejim penguasa & baru berkelindan dgn faktor-faktor eksternal yakni ketidakadilan global.


  • Kedua, faktor budaya.

Faktor ini menekankan pada budaya barat yg mendominasi kehidupan saat ini. Budaya sekularisme yg dianggap selaku musuh besar yg harus dihilangkan dr bumi.


  • Ketiga, faktor sosial-politik.

Pemerintah yg kurang tegas dlm mengatur duduk perkara teroris ini pula mampu dijadikan sebagai salah satu faktor masih maraknya.


Fakta-Fakta Aksi Radikalisme & Implikasinya dlm Masyarakat

Berbicara ihwal radikalisme, tak mungkin menampik adanya agresi-aksi yg memang berasaskan kekerasan, pemankasaan, bahkan pembinasaan. Salah satunya adalah  pemboman-pemboman yg dilaksanakan di Paris oleh kelompok-kelompok Islam Aljazair mirip pegawai islam bersenjata telah memperburuk ketegangan-ketegangan di Perancis & menambah jumlah perlindungan untuk mereka yg mempersoalkan apakah islam sesuai dgn budaya Perancis, entah itu budaya Yahudi-Kristen atau budaya sekuler, & apabila muslim dapat menjadi warga negara Perancis yg sejati & loyal.


Baca Juga :Pengertian E
tika/Etiket Dan Etiket/Etika Di Dalam Bekomunikasi Beserta Contohnya


Penasehat menteri dlm negeri perihal imigrasi mengingatkan, “Sekarang ini, memang sungguh-sungguh terdapat ancaman Islam di Perancis itu ialah potongan dr gelombang besar fundamentalisme muslim dunia. Di tengah-tengah perdebatan Perancis terhadap suatu kecenderungan untuk melihat islam sebagai agama abnormal, menempatkannya selaku agama yg bertolak belakang dgn tradisi Yahudi-Nasrani.


Sementara itu, banyak orang menekankan proses asimilasi yg menyisihkan hanya sedikit ruang untuk pendekatan multikultural, sebagian yg lain beropini bahwa muslim harus diizinkan untuk membuatkan identitas muslim Perancis yg khas yg mencampur antara nilai-nilai asli ke-Perancis-an, dgn iman & nilai-nilai islam.


Realita lain yg dikenal sebagai permulaan berkibarnya bendera perang kepada terorisme oleh AS, yakni peristiwa 11 September yg merontokkan Gedung WTC & Pentagon merupakan tamparan berat buat AS. Maka, supaya tak kehilangan wajah di dunia internasional, rezim ini segera melancarkan “agresi jawaban” dgn membuat Afghanistan & Irak selaku sasarannya.


Jika benar “benturan peradaban” antara Barat & Islam terjadi tentu aksi koboi AS (dan Inggris) ke Afghanistan & Irak disambut bangga oleh umat Kristiani. Faktanya ribuan rakyat (entah Katolik atau bukan) di aneka macam belahan dunia Barat justru menggalang solidaritas sosial untuk menentang agresi keji & biadab ini. Begitu tatkala WTC & Pentagon diledakkan, ribuan umat islam turut mengutuknya.


Reaksi di beberapa negara Amerika Latin banyak yg tak simpati terhadap insiden 11 September itu. Sebab, selama berpuluh-puluh tahun, rakyat di sana tak pernah menikmati perkembangan sekalipun sumber daya alam mereka yg sudah habis dikuras. China pula bersikap kurang lebih sama dgn Amerika Latin ini. Pasalnya mereka justru menilai yakni AS sendiri yg bersikap hostile lantaran surplus perdagangan bilateral memang berada di pihak China. Akhirnya China, oleh AS, justru dianggap selaku pesaing strategis ketimbang kawan strategis dlm ekonomi.


Peran Idiologi Pancasila untuk Membentengi Diri dr Radikalisme

Pancasila merupakan pegangan hidup Bangsa Indonesia yg kini mulai terkikis seiring pesatnya perkembangan Teknologi & kuatnya arus Informasi di era globalisasi saat ini. Pemerintah juga sekarang ini tengah sibuk terhadap masyarakat yg berpergian ke Syiria terkait ISIS.

Peran Idiologi Pancasila untuk Membentengi Diri dr Radikalisme


Padahal, jika nilai-nilai Pancasila ini diserap baik oleh bangsa Indonesia maka tak perlu takut terhadap paham-paham Radikalisme mirip ISIS, karena Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yg bersifat fleksibel terhadap perkembangan zaman tetapi tetap mempunyai ciri khas tersendiri. Pancasila di era globalisasi merupakansebuah pegangan sekaligus pedoman hidup yg mampu menjadi jawaban atas tantangan gres yg dihadapi bangsa ini. Arus informasi yg kian cepat sehingga paham-paham dunia barat  sangat mudah diakses oleh masyarakat Indonesia. Liberalisme yg dianut oleh dunia barat kini merambat ke tengah-tengah masyarakat Indonesia sebagai pengaruh negatif globalisasi.


Baca Juga :Cara Proses Pengendalian Sosial Beserta Contohnya Lengkap


Ideologi Pancasila bantu-membantu dapat beradaptasi dgn perkembangan zaman, hanya saja nilai-nilai yg terkandung didalamnya tak terjiwai oleh penduduk Indonesia itu sendiri. Sehingga paham liberalis & radikalis dapat dgn mudahnya menembus pemikiran bangsa ini. Banyak yg berpandangan bahwa Pancasila identik dgn Orde baru (Orba), maka setelah runtuhnya Orba nilai luhur Pancasila pula ikut runtuh.


Padahal pancasila selaku ideologi bangsa ini sangatlah penting difahami & dijiwai. Sebab nilai-nilai yg dengan-cara tersirat maupun tersurat memiliki tujuan yg mulia & mampu membawa bangsa ini kedalam peradaban yg baik. Tatkala kita mampu menjiwai Pancasila, tak perlu takut dgn paham radikal & riberal yg meracuni pemikiran kita. Sebab pancasila telah merumuskan nilainya sendiri mengenai “MAU DIBAWA KEMANA BANGSA INI KEDEPANNYA”.


Saat ini MPR tengah sibuk mensosialisasikan 4 Pilar Berkehidupan Berbangsa & Bernegara yg mana terdiri dr Pancasila, UU 1945, Bhineka Tunggal Ika, & NKRI. Ini memang harus ditanamkan sejak dini pada anak cucu bangsa ini kedepannya. Dan ini bukan cuma menjadi peran MPR, tetapi peran kita bersama selaku warga negara yg baik & menjujung tinggi ideologi Pancasila.


  1. Membentengi Pemuda dr Radikalisme

Tidak bisa dipungkiri bahwa perjaka yaitu aset bangsa yg sungguh berguna. Masa depan negeri ini bertumpu pada kualitas mereka. Namun ironisnya, kini tak sedikit para perjaka yg justru menjadi pelaku terorisme & radikalisme. Serangkaian aksiterorisme & radikalisme mulai dr bom Bali-1, bom Gereja Kepunton, bom di JW Marriot & Hotel Ritz-Carlton, hingga aksi penembakan Pos Polisi Singosaren di Solo & bom di Beji sertaTambora, melibatkan para cowok. Sebut saja, Dani Dwi Permana, salah satu pelaku bom di JW Marriot & Hotel Ritz-Carlton, yg dikala itu berusia 18 tahun & baru lulus Sekolah Menengan Atas.


Fakta di atas diperkuat oleh riset yg dilaksanakan Lembaga Kajian Islam & Perdamaian (LaKIP). Dalam risetnya tentang radikalisme di golongan siswa & guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Jabodetabek, pada Oktober 2010-Januari 2011, LaKIP menemukan sekurang-kurangnya 48,9 persen siswa menyatakan bersedia terlibat dlm agresi kekerasan terkait dgn agama & moral. Bahkan yg mengagetkan, belasan siswa menyetujui agresi ekstrem bom bunuh diri tersebut.


Rentannya para pemuda kepada agresi kekerasan & terorisme patut menjadi keprihatinan kita bersama. Banyak faktor yg menimbulkan para pemuda terseret ke dlm tindakan terorisme, mulai dr kemiskinan, kurangnya pendidikan agama yg tenang, gencarnya infiltrasi kelompok radikal, lemahnya semangat kebangsaan, kurangnya pendidikan kewarganegaraan, kurangnya keteladanan, & tergerusnya nilai kearifan lokal oleh arus modernitas negatif.


Apapun faktor yg melatari, adalah peran kita bareng untuk membentengi mereka dr radikalisme & terorisme. Untuk membentengi para pemuda & masyarakat lazim dr radikalisme & terorisme, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggunakan upaya pencegahan lewat kontra-radikalisasi (penangkalan ideologi).


Hal ini dikerjakan dgn membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di wilayah, Pelatihan anti radikal-terorisme bagi ormas, Training of Trainer (ToT) bagi sivitas akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi kontra radikal terorisme siswa Sekolah Menengan Atas di empa
t provinsi. Di atas upaya-upaya tersebut, sejatinya ada beberapa hal yg patut dikedepankan dlm pencegahan terorisme di kalangan cowok.


Baca Juga :Penjelasan Macam-Macam Konflik Sosial Menurut Para Ahli


  • Pertama, memperkuat pendidikan kewarganegaraan (civic education) dgn menanamkan pemahaman yg mendalam terhadap empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI, & Bhineka Tunggal Ika. Melalui pendidikan kewarganegaraan, para pemuda didorong untuk menjunjung tinggi & menginternalisasikan nilai-nilai luhur yg sejalan dgn kearifan lokal mirip toleransi antar- umat beragama, kebebasan yg bertanggungjawab, gotong royong, kejujuran, & cinta tanah air sertakepedulian antar-warga penduduk .

  • Kedua, mengarahkan para pemuda pada beragam kegiatan yg bermutu baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun olahraga. Kegiatan-kegiatan positif ini akan memacu mereka menjadi pemuda yg berprestasi & aktif berorganisasi di lingkungannya sehingga mampu mengantisipasi pemuda dr pengaruh ideologi radikal terorisme.

  • Ketiga, menawarkan pengertian agama yg damai & toleran, sehingga pemuda tak mudah terjebak pada arus fatwa radikalisme. Dalam hal ini, peran guru agama di lingkungan sekolah & para pemuka agama di penduduk sungguh penting. Pesan-pesan tenang dr pemikiran agama perlu dikedepankan dlm pelajaran maupun ceramah-ceramah keagamaan.

  • Keempat, memperlihatkan keteladanan pada pemuda. Sebab, tanpa adanya keteladanan dr para penyelenggara negara, tokoh agama, serta tokoh penduduk , maka upaya yg dijalankan akan sia-sia. Para tokoh penduduk harus dapat menjadirole model yang bisa dibarengi & diteladani oleh para perjaka.Berbagai upaya & pemikiran di atas penting & mendesak untuk dijalankan. Kita tak bisa hanya mengandalkan penegakan hukum terhadap para pelaku terorisme semata. Tetapi, kita patut bersyukur, upaya-upaya tersebut telah & sedang dijalankan, baik pemerintah maupun masyarakat sipil seperi tokoh agama, akademisi, perjaka, organisasi masyarakat, serta media massa.


Perspektif Islam wacana Radikalisme

Islam sama sekali tak membolehkan radikalisme. Karena Islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Islam berasal dr dari kata salam yg berarti selamat, kondusif, hening. Islam tak memperkenankan kekerasan sebagai metode menuntaskan problem. Islam menganjurkan semoga kita mengajak pada kebaikan dgn bijak (nasihat), nasihat yg baik (mau’izah hasanah) & berdialog dgn santun (wajadilhum billati hiya ahsan). Radikalisme, apalagi terorisme, hanya akan menciptakan Islam jauh dr tabiat aslinya sebagai agama rahmat, & bisa menciptakan kehilangan maksudnya yg hakiki.


Syari’at Islam diturunkan pada insan untuk menjaga irama fondasi kehidupan (maqosid asy-syari’ah) yaitu: pertama untuk melindungi keamanan fisik atau jiwa insan dr langkah-langkah kekerasan di luar ketentuan hukum (hifz an-nafs). Kedua melindungi kepercayaan atas suatu agama (hifz ad-din). Ketiga menjaga kelancaran hidup dgn melindungi keturunan atau keluarga (hifz an-nasl). Keempat, melindungi hak milik pribadi atau harta benda (hifz al-mal) & kelma, melindungi kebebasan berfikir (hifz al-aql).


Dengan demikian syari’at Islam intinya melindungi & menghargai insan sebagai individu yg bermartabat. Semua langkah-langkah yg melawan kebebasan & martabat manusia, bertentangan dgn syari’at. Untuk mewujudkan itu semua, syari’at Islam selain berfungsi melindungi seluruh dimensi kemanusiaan, pula diturunkan untuk mempermudah manusia dlm menjalankan hidupnya, bukan menciptakan hidup jadi sulit. Islam melindungi hak hidup insan, lantaran itu perbuatan melawan hak ini tak diperkenankan.


Ayat-ayat al-Qur‘an yg membincangkan wacana jihad kenyataannya pula tak mengarahkan umat Islam untuk melaksanakan kekerasan sehingga memaksa pemeluk agama lain untuk memeluk agama Islam. Pun kalau ada pemaknaan jihad dlm artian boleh melaksanakan perang, itu hanya sebatas “membela diri” karena mengalami penindasan yg dilakukan oleh musuh.


Sayangnya pembicaraan mengenai jihad & desain-konsep yg dikemukakan sedikit ataupun banyak sudah mengalami pergantian paradigma & perubahan sesuai dgn konteks & lingkungan masing-masing pemikir. Begitu pentingnya pembicaraan mengenai jihad dlm Islam, sehingga kaum Khawarij yg condong radikal (seperti sudah diuraikan) menetapkannya sebagai “rukun Islam” yg keenam.

Banyak pengertian ihwal jihad yg dikemukakan para andal dgn berbagai klarifikasi & dasarnya tergolong pengertian jihad dlm pandangan Barat bahwa jihad fi sabilillah ialah perang suci (the holy war).


  • Radikalisme Di dunia Islam

Istilah “fundamentalisme” biasa digunakan oleh golongan akademisi maupun media masa untuk merujuk pada gerakan-gerakan isalam politik yg berkonotasi negativ mirip: Radikal, ekstrem, & militan “serta anti Barat atau Amerika”. Namun, tak arang pula julukan “fundamentalisme” diberikan pada siapa saja islam yg menerima Qur’an & Hadits sebagai alan hidup mereka. Dengan kata lain, “kebanyakan dr penegasan kembali agama dlm politik & masyarakat tercakup dlm ungkapan “fundamentalisme” islam “.


Salah satu misalnya ialah Organisasi Al-ana’ah Al-Islamiyah di Mesir. Organisasi ini abanyak digemari & digerakioleh para pemuda Mesir lahir pada permulaan 1970-an. Organisasi yg merupakan gerakan Islam konservatif (sayap mahasiswa dr Ikhwan Al-Muslimin) ini mulanya ditunukan untuk membangun kembali kekuatan-kekuatan religius konservatif lewat kampus-kampus, cowok-cowok dimasid-masid & kelompok perjaka lainya.


Ketika pemerintah Sadat mulai menghemat kiprah pemerintah & memeberi peluang luas pada peran swasta di Mesirbanyak bermunculan organisasi-organisasi Islam, organisasi ini diresmikan di kota-kota besar di Kairo, Ikandariyah, Port Said & Suez yangberlokasi di Mesir Bawah serta Asyut,Al-Fayyum & Al-Minya di Mesir bawah. Hal ini pada giliranya uga sudah mendorong organisasi-organisasi islam mirip Alama’ah, al-islamiyah, kegiatan-kegiatanya yg tak terbatas di sekeliling kampus ataupun masid, tetapi meliputi kegiatan-kegiatan sosial ekonomi seperti penyediaaan layanan dlm distribusi pangan & sandang.


Al-ama’ah al-islamiyah ini bahu-membahu tak memiliki kepemimpinan tunggal, karenanya gerakan-gerakan islam memakai bendeanya menajdikan bermacam-macam. Omar Abdel Rahman ia ialah tokoh kharismatis (setidaknya bagi kelompok Al-ama’ah) yg lewat bukunya berjudul Mitsaq Al-amil al-islami, mengemukakan ide-gagasan islam radikal yg berupaya untuk menumbangkan negara sekular & mendirikan negara Islam.


Semakin meluasnya pengaruh Syaikh Omar itu menciptakan pemerintah mengambil sikap tegas dgn menekan & menutup kegitan-kegiatan apa saa yg diyakini berada dibawah bendera Al-ama’ah Al-islamiyah.


Kelompok Fundamentalis islam yg dlm hal ini di Representasikanoleh organisasi Al-islamiyah ialah yg pa
ling rentan kepada tuduhan-tuduhan itu karena mereka sering memperlihatkan sikap “tidak punya pemerintah” meskipun belum pasti bahwa aksi itu dikerjakan oleh Al-ama’ah Al-islamiyah ini.


Dalam upaya menekan kelompok radikal islam pemerintagh Mesir telah menciptakan satu undang-undang baru ihwal terorisme(1992). Dengan undang-undang itu pemerintah telah mencoba mendapatkan & menahan pemimpin-pemimpin Al-ama’ah Al-islamiyah yg diyakini menadi kekuatan simbolik organisasi ini.para perjaka maupun mahasiswabak dikampus-kampus maupun di masjid-masjid independen yg jumlahnya ribuan & tersebar hingga ke plosok-plosok sudah menadi kekuatan grass root yg sukar untuk ‘dibasmi’.


Sebailknya, pemerintah uga susah untuk ditumbangkan oleh Al-jama’ah karena ia disokong penuh oleh militer & kelompok kelas menengah serta cendekiawan.


  • Delegitimasi Islam Politik & Radikalisme

Pengertian islam politik radikalisme mnurut Barat berarti gerakan langkah-langkah berbasis politik massa melainkan gerakan individu atau komunitas revolusioner- anarkis yg menggunakan instrumen kekerasan dengan-cara acak. Hal ini bermakna bahwa islam radikalisme akan selalu menantang norma-norma & struktur-strukturyang telah mengalami pengorganisasian dengan-cara mendasar.


Kalangan barat berasumsi bahwa islam politik radikalis melakukan kegiatan “pembebasan” dgn menentang perspektif anarkis yg mendukung tertib peradaban barat (falk 1980:37-39). Pleh lantaran itu, gerakan politik islam radikal bahkan mendapat sebutan barat sebagai gerakan teroris, dlm pengertian kelompok powerles melawan barat yg mempunyai kekuatan besar. Gerakan politik islam radikal memperjuangkan identitas islam dgn memanipulasi doktrin & taktik bagi pengutan militasi & ekstremitasnya.


Gerakan politik islam Radikal di Afrika Utara sebagaimana penuturan Tareq al-Bishri menggambarkan perorganisasian masyarakat melalui Islamisasi. Gerakan politik islam radikal diwilayah ini , khususnya maroko (maghrib), merupakan gerakan kemerdekaan yg memperuangkan kebebasan tak cuma dr dominasi barat tetapi pula kekuasaan elit sekuler.nasionalisme bagi gerakan ini berarti nasionalisme islam & bukan nasionalisme Arab lantaran etnisitas arab sudah menyatukedalam islam.


Delegimitasi Islampolitik oleh Barat elas berniat melumpuhkan baik dinamika gerakan-gerakan nasionalis & anti imperialis maupun politik identitas yg berbasis aaran islam total lewat ekspansi nilai-nilai demokrasi. Mereka menolak peran sentral Imam Islami dlm politik. Bagi mereka rasionalitas politik bisa membimbing pembentukan konsesus ihwal formulasi kepentingan bersama.perbedaan iman dlm politik dipandang selaku sumber pembantaian tanpa henti didalam masyarakat. Tetapi, dibalik semua agumen itu mungkin tersimpan kecemasan mendalam berupa destabilisasi hegemoni Barat.


Solusi Masalah Radikalisme & Terorisme

  • Meminimalisir Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial yg terjadi pula mampu memicu hadirnya pemahaman radikalisme & langkah-langkah terorisme.Sedemikian sehingga supaya kedua hal tersebut tak terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah diminimalkan.Apabila tingkat pengertian radikalisme & tindakan terorisme tidak mau terjadi pada suatu Negara tergolong Indonesia, maka kesenjangan antara pemerintah & rakyat haruslah diminimalkan.


Caranya merupakan pemerintah mesti mampu merangkul pihak media yg menjadi perantaranya dgn rakyat sekaligus melakukan aksi nyata dengan-cara eksklusif pada rakyat. Begitu pula dgn rakyat, mereka harusnya pula senantiasa menunjukkan sumbangan & kepercayaan pada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dgn baik sebagai pengayom rakyat & pemegang kontrol pemerintahan Negara.


  • Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar

Hal kedua yg mampu dijalankan untuk mencegah pengertian radikalisme & tindak terorisme ialah memahamkan ilmu pengetahuan dgn baik & benar. Setelah memperkenalkan ilmu wawasan dikerjakan dgn baik & benar, langkah berikutnya ialah ihwal bagaimana cara untuk memahamkan ilmu wawasan tersebut.


Karena tentunya tak cuma sebatas mengenal, pemahaman kepada yg dikenal pula dibutuhkan. Sedemikian sehingga apabila pengertian akan ilmu wawasan, baik ilmu lazim & ilmu agama sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yg dimiliki akan semakin kuat. Dengan demikian, maka tak akan gampang goyah & terpengaruh kepada pengertian radikalisme sekaligus langkah-langkah terorisme & tak menjadi penyebab lunturnya bhinneka tunggal ika selaku semboyan Indonesia.


  • Mengatasi radikalisme & terorisme di lingkungan kampus

Instrumen pertama berdasarkan Profesor Firmanzah, Rektor Universitas Paramadina, adalah dgn instrumen instruksi.Maksudnya adalah ada struktur komando dr Kementerian Riset, Teknologi, & Pendidikan Tinggi pada rektor di perguruan tinggi yg dilanjutkan pada dosen terkait pencegahan gerakan radikal.Namun, instrumen ini tak bersifat otoriter, melainkan mengedepankan dialog.


Instrumen kedua yaitu pemilihan & pembenahan kurikulum di kampus. Antara lain, kewarganegaraanm pancasila, serta bela negara. Instrumen ketiga yaitu perlu diadakannya kegiatan-kegiatan di luar kelas yg bisa memperkuat persatuan & kesatuan.Kegiatan ini bersifat lintas universitas & didukung pula oleh pemerintah.Terakhir yaitu perlu adanya strategi budaya.Dengan memiliki modal besar berbentukkearifan setempat, Indonesia mampu menjunjung tinggi toleransi & kerukunan.


  • Menyaring informasi yg didapatkan

Menyaring informasi yg ditemukan pula merupakan salah satu cara yg dapat dikerjakan untuk menghalangi pengertian radikalisme & langkah-langkah terorisme. Hal ini dikarenakan keterangan yg ditemukan tak selamanya benar & mesti disertai, terlebih dgn adanya perkembangan teknologi mirip kini ini, di mana keterangan bisa datang dr mana saja.


Sehingga penyaringan kepada keterangan tersebut harus dilakukan agar tidakmenimbulkan kesalahpahaman, di mana keterangan yg benar menjadi tak benar & keterangan yg tak benar menjadi benar.Oleh lantaran itu, kita harus bisa menyaring keterangan yg didapat sehingga tak sembarang pilih membenarkan, menyalahkan, & terpengaruh untuk eksklusif mengikuti keterangan tersebut.


  • Mendukung gerakan BNPT lewat seni manajemen kontra radikalisasi & deradikalisasi

Kontra radikalisasi yakni upaya penanaman nilai-nilai ke-Indonesiaan serta nilai non-kekerasan lewat pendidikan formal ataupun informal.Deradikalisasi ditujukan untuk simpatisan, inti, militan, & penunjang gerakan teror baik di dlm atau di luar lapas. Hal ini dilaksanakan supaya mereka meninggalkan cara-cara kekerasan & teror yg merugikan orang lain, serta menetralisir paham radikal supaya sejalan dgn paham ideologi pancasila.


Demikian penjelasan postingan diatas perihal Pengertian Radikalisme – Ciri, Penyebab, Solusi, Contoh, Dampak mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi pembaca setia kami.

  Soal Tematik Kelas 6 Tema 6 Subtema 1 Dan Tanggapan