√ Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural

Kelompok Sosial  dlm Masyarakat Multikultural Kelompok merupakan kumpulan individu yg diberi kesamaan menurut sesuatu hal. Kelompok di dlm kehidupan penduduk sangat banyak jumlahnya. Hal ini merupakan pengkategorian terhadap tujuan dr setiap anggotanya yg sama, jenis kegiatan yg sama, & orientasi yg sama. Anggota-anggota dr suatu kelompok berinteraksi dengan-cara langsung, & melaksanakan proses sosial dengan-cara akrab & intensif. Pergaulan insan tersebut akan memunculkan suatu perasaan yg saling membutuhkan. Semuanya itu memunculkan kelompok-kelompok sosial (social group) yg merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan insan yg hidup bareng & saling bermitra, mirip penduduk yg terdiri atas anggota-anggotanya, tetapi lebih bersifat kompleks.

Daftar Isi

A. Kelompok Sosial

Suatu kelompok pada hakikatnya merupakan individu-individu yg saling berafiliasi, saling mengamati, & sadar akan adanya suatu kemanfaatan bareng . Ciri esensial kelompok yakni anggota-anggotanya mempunyai sesuatu yg dianggap selaku milik bareng . Mereka menyadari bahwa apa yg dimiliki bersama membuat adanya perbedaan dgn kelompok lain. Dengan demikian, pengelompokan insan ke dlm wadah-wadah tertentu yg merupakan bentuk-bentuk kehidupan bareng (kelompok sosial) senantiasa dilandaskan pada patokan-standar tertentu yg menjadi milik & tujuan bersama mirip usia, jenis kelamin, partai politik, latar belakang pendidikan, suku bangsa, agama, & seterusnya. Oleh karena itu, akan terbentuk banyak sekali macam kelompok sosial dlm kehidupan manusia selaku suatu penduduk yg majemuk.
Kelompok Sosial  dlm Masyarakat Multikultural √  Kelompok Sosial  dlm Masyarakat Multikultural
Kelompok Sosial  dlm Masyarakat Multikultural
Masyarakat bermacam-macam atau masyarakat multikultural yakni suatu penduduk yg terdiri atas beberapa suku bangsa, agama, ras, politik, ekonomi yg dipersatukan & dikontrol oleh metode sosial yg berlaku dlm masyarakat tersebut. Masyarakat dgn kebudayaaan yg kompleks bersifat plural (jamak) & heterogen (beraneka ragam). Pluralitas mengindikasikan adanya suatu situasi yg terdiri atas beraneka ragam dijumpainya aneka macam subkelompok penduduk yg tak bisa dijadikan satu kelompok. Demikian pula dgn kebudayaan mereka, heterogenitas mengindikasikan suatu kualitas dr kondisi yg menyimpan ketidaksamaan dlm unsur-unsurnya. Setiap penduduk suku bangsa dengan-cara bebuyutan mempunyai & menempati wilayah tempat hidupnya yg diakui sebagai hak ulayatnya. Tempat tersebut merupakan sumber daya warga penduduk suku bangsa yg memanfaatkannya untuk kelangsungan hidup mereka.

1. Pengertian Kelompok Sosial

Kelompok sosial terbentuk sehabis di antara individu yg satu & individu yg lain berjumpa . Pertemuan antarindividu yg menghasilkan kelompok sosial haruslah berbentukproses interaksi, mirip adanya kontak, komunikasi, kerja sama, akomodasi, asimilasi, & akulturasi untuk menjangkau tujuan bersama, bahkan mungkin menyelenggarakan kompetisi, perkelahian, & pertentangan. Dengan demikian, interaksi merupakan syarat utama yg mesti dipenuhi supaya terbentuk kelompok sosial.

Baca juga

Perubahan Sosial Di Masyarakat

Sejak dilahirkan, insan sudah mempunyai dua kehendak atau prospek pokok, yakni keinginan untuk menjadi satu dgn insan lain di sekelilingnya (penduduk ) & kesempatan untuk menjadi satu dgn suasana alam sekelilingnya.
Untuk mampu menyesuaikan diri, manusia memakai pikiran, perasaan, & kehendaknya.
Di dlm menghadapi lingkungannya, ibarat udara yg cuek, alam yg keras, & sebagainya, insan kemudian membuat rumah, busana, & lain-lain. Manusia pula mesti makan biar badannya tetap sehat. Untuk menyanggupi kebutuhannya tersebut, ia pula mengambilnya dr alam dgn memakai budi, contohnya di maritim manusia akan menjadi nelayan untuk memperoleh ikan. Semuanya itu memunculkan kelompok-kelompok sosial (social group) di dlm kehidupan manusia. Kelompok-kelompok manusia tersebut merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan insan yg hidup bareng . Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yg saling memengaruhi & pula suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong.
Sebagai citra Anda wacana pengertian kelompok sosial, berikut ini merupakan beberapa kutipan pengertian yg diambil dr beberapa sosiolog.

Astrid Soesanto

Kelompok sosial yakni kesatuan dr dua atau lebih individu yg mengalami interaksi psikologis satu sama lain.

Robert K. Merton

Kelompok sosial yakni sekelompok orang yg saling berinteraksi sesuai dgn pola-pola yg sudah mapan.

Hendropuspito

Kelompok sosial yakni suatu kumpulan yg kasatmata, teratur, & tetap dr orang-orang yg melaksanakan peranannya yg saling berhubungan guna menjangkau tujuan yg sama. Kelompok sosial merupakan sejumlah orang yg saling berhubungan dengan-cara teratur.

Soerjono Soekanto

Kelompok sosial ialah himpunan atau kesatuan insan yg hidup bareng , antaranggotanya saling bekerjasama, saling meme-ngaruhi & mempunyai kesadaran untuk saling menolong.

Bierens de Haan

Kelompok sosial bukan merupakan jumlah anggotanya saja, melainkan suatu realita yg diputuskan oleh tiba & pergi anggota-anggotanya. Kenyataan kelompok diputuskan oleh nilai-nilai yg dihadapi bareng oleh fungsi kelompok sebagaimana disadari oleh anggotanya.
Dengan demikian, kelompok sosial ialah kumpulan orang yg mempunyai kesadaran bareng akan keanggotaan & saling berinteraksi. Oleh lantaran itu, kelompok sosial bukan cuma merupakan kumpulan insan, tetapi pula mempunyai suatu ikatan psikologis yg diwujudkan dlm bentuk interaksi sosial dengan-cara tetap & teratur. Menurut Robert K. Merton, terdapat tiga tolok ukur suatu kelompok, yakni sebagai berikut.
  • Kelompok ditandai oleh sering terjadinya interaksi.
  • Pihak yg berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok.
  • Pihak yg berinteraksi didefinisikan oleh orang lain selaku anggota kelompok.

2. Ciri-Ciri Kelompok Sosial

Tidak selamanya sekumpulan orang- orang dapat dikatakan selaku kelompok sosial. Kelompok sosial mesti mempunyai ciri-ciri yg menjadi patokan kelompok tersebut.
Suatu kelompok sosial mesti dibedakan dr bentuk-bentuk kehidupan bareng lainnya mirip kelas. Pengelompokan insan ke dlm wadah-wadah tertentu yg merupakan bentuk-bentuk kehidupan bareng , seharusnya dilandaskan pada standar tertentu. Tanpa standar yg mantap susah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yg memengaruhi terbentuknya kelompok ataupun imbas kelompok kepada pembentukan kepribadian individual.
Oleh karena itu, R.M. Mac Iver & Charles H. Page mengemuka-kan bahwa suatu kesatuan atau himpunan insan gres bisa disebut kelompok sosial apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Merupakan kesatuan yg konkret atau ada tidaknya organisasi. Hal ini mempunyai arti suatu kelompok sosial merupakan kumpulan manusia yg mampu dimengerti atau diketahui pihak lain, biasanya terorganisasi dengan-cara formal ataupun informal.
Setiap anggota kelompok sadar bahwa ia merupakan kepingan dr kelompoknya. Keanggotaan suatu kelompok sosial dilakukan melalui dua cara, yaitu mengukuhkan diri menjadi anggota kelompok & dikukuhkan orang lain selaku anggota kelompok. Gejala yg menampilkan bahwa setiap anggota kelompok menyadari bahwa ia merupakan cuilan dr kelompoknya, ialah :
  • adanya sikap palsu terhadap segala faktor dlm kelompoknya yg dilakukan melalui proses sosialisasi;
  • mengidentifikasikan diri terhadap kelompoknya, berarti setiap anggota suatu kelompok cenderung ingin sama dgn orang lain di dlm kelompoknya;
  • internalisasi, yakni suatu sikap & sikap seseorang yg menggambarkan pola sikap suatu kelompok sosial;
  • harapan untuk membela & mempertahankan kelom-poknya.
Ada korelasi timbal balik & saling memengaruhi antar-anggotanya. Ciri ini cukup menonjol dr suatu kelompok sosial, utamanya dlm kelompok sosial kecil yg frekuensi & intensitas kekerabatan antaranggota kelompok relatif tinggi & berjalan dengan-cara erat karena di antara mereka saling mengenal dgn baik. Hubungan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya kehendak & kebutuhan dr setiap anggota yg dlm pemenuhannya tak mampu dilakukan oleh sendiri.
Adanya faktor yg dimiliki bersama sehingga hubungan di antara anggotanya bertambah erat, misalnya, nasib, kepentingan, tujuan, & ideologi politik yg sama.
Memiliki struktur, aturan-aturan, & pola sikap. Hal ini berarti setiap orang atau anggota-anggota dr suatu kelompok mempunyai status sosial tertentu. Setiap status sosial tersebut (baik sederajat maupun tak sederajat) memiliki keterkaitan yg sungguh erat sehingga membentuk suatu struktur. Contohnya, kelompok sosial biasanya terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan atas, menengah, & bawah. Lapisan-lapisan tersebut diatur oleh suatu aturan-aturan yg berfungsi sebagai pedoman yg menerangkan pada setiap anggota kelompok ihwal peranan yg mesti dilakukan sesuai dgn statusnya, apa yg menjadi hak & kewajibannya, & bagaimana mesti bersikap & bertindak dlm kekerabatan sosial. Dengan demikian, aturan-aturan pula berfungsi selaku alat kendali & pengendalian sosial guna membuat keseimbangan hidup dlm kelompok. Dari kekerabatan yg berjalan dengan-cara terus-menerus & mapan akan dihasilkan corak, tata cara bersikap, & bertingkah tertentu yg kemudian disebut pola sikap.

3. Pembentukan Kelompok Sosial

Bergabung dgn suatu kelompok merupakan sesuatu yg murni timbul dr harapan diri sendiri atau dengan-cara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dlm keluarga tertentu. Namun, ada pula yg merupakan suatu pilihan yg diharapkan seseorang. Dua faktor utama yg tampaknya mengarahkan pilihan tersebut yakni kedekatan & kesamaan. Pengelompokan manusia biasanya dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu :
  • kepercayaan bersama akan perlunya pengelompokan;
  • kesempatan yg dihayati oleh anggota-anggota kelompok;
  • ideologi yg mengikat seluruh anggota;
  • setiap kelompok sadar bahwa ia merupakan penggalan dr kelompoknya;
  • ada korelasi timbal balik antara anggota yg satu & yang lain;
  • ada suatu faktor yg dimiliki bersama sehingga relasi antaranggota bertambah erat.
Pembentukan kelompok diawali dgn adanya kontak & komunikasi sosial yg menciptakan proses sosial dlm interaksi sosial. Kontak sosial yakni usaha atau tindakan & reaksi pertama, namun belum mempunyai arti terbentuknya suatu komunikasi yg terus-menerus. Komunikasi merupakan suatu proses interaksi yg membuat suatu rangsangan (stimulus) yg mempunyai makna tertentu dijawab oleh orang lain selaku respons, baik dengan-cara verbal, tertulis, maupun petunjukatau sikap. Komunikasi menghasilkan interaksi sosial & proses sosial yg melahirkan kelompok.
Selain itu, kelompok-kelompok insan pula terbentuk lewat hasil pengalaman gampang, intelektual, & emosional berikut.
  • Pengalaman mudah, yakni pengelompokan yg didasarkan pada acara yg dilakukan insan guna menyanggupi kehendak & keinginannya.
  • Pengalaman intelektual, yakni pengelompokan yg didasarkan pada kelemahan akal seseorang sehingga memerlukan panduan & kode insan lain.
  • Pengalaman emosional, yakni pengelompokan yg didasarkan pada naluri untuk hidup bersama dgn insan lain.

Pembentukan kelompok-kelompok sosial yg terdapat di masyarakat kebanyakan didasari hal-hal selaku berikut.
  • Kesamaan kepentingan. Orang-orang yg mempunyai tujuan & kepentingan yg sama condong mendirikan kelompok yg tetap & teratur. Faktor-faktor lain ibarat keturunan, ciri fisik, & kawasan asal dihindari, demi tercapainya tujuan & kepentingan yg diharapkan.
  • Kesamaan keturunan. Secara konvensional, ikatan darah atau keturunan yg sama merupakan dasar & ikatan persau-daraan yg paling berpengaruh. Keberadaan ini dipertahankan lewat perkawinan hingga membentuk suatu ikatan keluarga besar. Oleh karena itu, tidak asing apabila penduduk suatu desa orangnya mempunyai ikatan keluarga.
  • Kesamaan kawasan. Orang-orang yg tinggal bareng pada suatu tempat condong membentuk kelompok sosial yg mantap. Interaksi mampu berjalan dgn intensitas & frekuensi yg tinggi berkat dekatnya jarak fisik di antara orang yg satu & orang yang lain. Dari hasil interaksi lazimnya terbentuk kebudayaan yg sama dlm suatu kesatuan kelompok teritorial. Contohnya, kesatuan orang-orang pada suatu rukun tetangga (RT) atau rukun warga (RW). Di wilayah perantauan, sering kita peroleh kelompok-kelompok sosial yg dibentuk atas dasar kesamaan tempat asal. Munculnya rasa senasib & seperjuangan di daerah perantauan sudah memperkuat ikatan dlm kelompok sosial menyerupai ini. Contohnya, kelompok mahasiswa asal Pandeglang Banten atau disingkat “Kumandang”, kelompok orang-orang asal Ciamis yg disebut “Wargi Galuh”, “Paguyuban Pasundan”, “Persatuan Penduduk Ranah Minang”, & sebagainya.
Kesamaan ciri-ciri fisik. Ciri-ciri badaniah, seperti warna kulit, warna mata, & rambut merupakan salah satu faktor pendorong pembentukan kelompok. Contohnya, Organisasi buruh kulit hitam di Amerika Serikat, Himpunan Pelajar & Mahasiswa Papua.

4. Klasifikasi Kelompok Sosial

Konsep kelompok mempunyai aneka macam makna. Di kelompok jago sosiologi dijumpai banyak sekali usaha untuk mengklasifikasikan jenis kelompok. Salah satu di antaranya yakni Robert Bierstedt. Bierstedt menggunakan tiga patokan untuk membedakan jenis kelompok, yakni ada-tidaknya organisasi (formal), hubungan sosial di antara anggota kelompok, & kesadaran jenis. 
Bierstedt membedakan empat jenis kelompok, yakni selaku berikut.
  1. Kelompok statistik (statistical group) merupakan kelompok yg tak memenuhi ketiga patokan tersebut. Kelompok statistik hanya ada dlm arti analisis & merupakan ciptaan para ilmuwan sosial. Contohnya, pengelompokan penduduk menurut usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian, & sebagainya.
  2. Kelompok kemasyarakatan (societal group) merupakan kelompok yg hanya memiliki satu standar, yaitu kesadaran akan adanya persamaan di antara anggotanya. Di dlm kelompok ini belum ada kontak & komunikasi antaranggota kelompok, pula belum ada pengorganisasian. Contohnya, kelompok berdasarkan jenis kelamin (laki-laki & perempuan), kelompok orang-orang miskin & kaya, & sebagainya.
  3. Kelompok sosial (social group) merupakan kelompok yg mempunyai dua standar yaitu kesadaran jenis & antaranggota saling berhubungan, tetapi belum ada pengorganisasian. Contohnya, kelompok teman, kelompok kerabat, & kelompok-kelompok pada penduduk tradisional menyerupai kesenian, olahraga, keagamaan atau majelis ta’lim.
  4. Kelompok perkumpulan (associational group) dlm kelompok ini para anggotanya mempunyai kesadaran jenis, yaitu dijumpainya persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bareng . Selain itu, para anggota asosiasi saling berhubungan lewat kontak & komunikasi tamat adanya ikatan organisasi formal. Contohnya, sekolah, organisasi politik, Persatuan Guru Republik Indonesia, ikatan alumni suatu sekolah atau perguruan tinggi tinggi.

Didasarkan pada faktor-faktor yg melatarbelakanginya, kelompok-kelompok di penduduk diklasifikasikan selaku berikut.

a. Didasarkan Atas Kepentingan Bersama Tanpa Pengorganisasian (Kelompok Tidak Teratur)

Kelompok insan yg dlm mekanismenya tanpa pengorgani-sasian atau kelompok sosial tak teratur dikelompokkan ke dlm dua golongan besar, yaitu selaku berikut.

1) Kerumunan Sosial

Kerumunan sosial atau social aggregate yaitu sekumpulan orang yg berada di suatu tempat, akan tetapi di antara mereka tak bekerjasama dengan-cara tetap. Pengelompokan insan menyerupai itu disebut pula kolektivitas, yakni kumpulan manusia pada suatu tempat & suatu waktu yg sifatnya sementara. Suatu kelompok insan disebut kerumunan apabila mempunyai ciri-ciri selaku berikut.
  • Orang-orang dlm suatu kerumunan sosial tak saling mengenal.
  • Kehadiran orang-orang di tempat berkumpul cuma bersifat fisik atau tak ada kontak batin.
  • Motivasi berkumpul disebabkan adanya sesuatu yg menjadi pusat perhatian umum & terjadi dengan-cara kebetulan.
  • Antara individu yg satu & individu lainnya tak ter-organisasi.
  • Interaksi antarindividu bersifat impulsif, tak terduga, sangat lemah, & singkat.
  • Orang-orang yg hadir & berkumpul mempunyai kedudukan sosial yg sama (tidak berstruktur) walaupun berasal dr status sosial yg berlawanan.
  • Setiap orang bebas masuk atau keluar dr tempat kerumunan.
  • Kerumunan terwujud pada tempat tertentu & hanya untuk sementara.
  • Orang dlm kerumunan identitas pribadinya hilang karena efek kumulatif atau sengaja menghilangkan identitas pribadinya untuk menyembunyikan status sosial yg bekerjsama.

Bentuk kerumunan yg dapat ditemui dlm kehidupan penduduk , yakni selaku berikut.

Kerumunan yg berartikulasi dgn struktur sosial

Formal audience atau khalayak penonton atau pendengar formal merupakan kerumunan yg mempunyai pusat perhatian & persamaan tujuan. Contohnya, penonton film, orang-orang yg menghadiri khotbah keagamaan.
Expressive group atau kelompok ekspresif yakni kerumunan yg perhatiannya tak begitu penting, namun mempunyai persamaan tujuan yg terpusat dlm jadwal kerumunan tersebut serta kepuasan yg dihasilkannya. Fungsinya yakni selaku penyalur ketegangan yg dialami orang lantaran pekerjaannya sehari-hari. Contohnya, orang yg berpesta atau berdansa.

Kerumunan yg bersifat sementara (casual crowd)

Inconvenient aggregations atau kumpulan yg kurang menyenangkan. Dalam kerumunan tersebut kedatangan orang lain merupakan penghalang terhadap tercapainya maksud atau tujuan seseorang. Contohnya, orang-orang yg antre untuk membeli karcis, orang-orang yg menunggu bus, & sebagainya.
Panic crowds merupakan kerumunan orang-orang yg sedang dlm keadaan khawatir. Mereka merupakan orang-orang yg berusaha menyelamatkan diri dr suatu bahaya. Dorongan dlm diri masing-masing individu dlm kerumunan tersebut cenderung mempertinggi rasa khawatir.
Spectator crowds atau kerumunan penonton ingin melihat insiden tertentu, kegiatan yg dilakukan lazimnya tak terkendali. Contohnya, kerumunan yg menyaksikan suatu kecelakaan atau malapetaka musibah.

Kerumunan yg berlawanan dgn norma aturan (lawless crowds)

Acting mobs atau gerombolan ialah kerumunan yg bertindak emosional, sifatnya tak terkendali lantaran setiap orang tak bisa mengontrol diri (secara fisik ataupun psikis). Suatu gerombolan cenderung melakukan perbuatan yg destruktif, antisosial bahkan dikategorikan pada pemberontakan. Timbulnya gerombolan disebabkan oleh faktor-faktor yg bisa mengkremasi emosi massa, ibarat pertentangan sosial lantaran unsur SARA, cemburu sosial, hasutan & memecah-belah, kebijaksanaan pemerintah, ketidakpuasan & sebagainya. Contohnya, gerombolan penjualkaki lima mengamuk & menghancurkan fasilitas biasa lantaran tidak boleh berjualan di suatu tempat yg mampu mengusik kelancaran kemudian lintas.
Immoral crowds yakni kerumunan yg tindakannya berlawanan dgn norma-norma penduduk . Contohnya, kumpulan orang yg sedang mabuk.

Kerumunan pasif atau crowd

Dalam kerumunan ini, individu-individu cuma berkumpul dengan-cara fisik, tenang atau tak mengusik orang lain, & tak mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Orang-orang yg berkumpul di tempat tersebut dilatarbelakangi aneka macam argumentasi atau motivasi. Contohnya, orang-orang yg menonton tukang sulap, & tukang obral.
Manifestasi biasa (demonstration) atau unjuk rasa Kerumunan jenis ini bersifat lebih teratur ketimbang himpunan penonton. Artinya sebelum melaksanakan kegiatan tersebut orang-orang bikin rencana terlebih dahulu walaupun organisasinya sering kurang tegas. Contohnya, demonstrasi menentang kebijaksanaan pemerintah Orde Baru.
Kerumunan berdasarkan tempat tinggal atau residential aggregate Kerumunan ini merupakan kesatuan manusia yg mempunyai tempat tinggal yg sama, namun tak saling mengenal. Lokasinya ditemukan di kota-kota besar. Di tengah kota besar banyak orang yg tak mengenal tetangganya sehingga tak terjadi korelasi di antara mereka, di pinggiran kota besar, didapatkan kerumunan orang yg disebut gelandangan.

Kerumunan rungsional atau functional aggregate

Kerumunan fungsional terdiri atas sekumpulan orang yg mempunyai peran atau fungsi tertentu, tetapi mereka tak mampu dimasukkan dlm pengertian kelompok sosial atau komunitas sosial. Contohnya, wilayah-tempat di perkotaan yg dijadikan tempat jual beli atau pasar.

2) Publik

Publik merupakan kelompok yg bukan merupakan kesatuan. Interaksi berjalan lewat alat-alat komunikasi & tak langgeng. Contohnya, pembicaraan pribadi yg berantai, desas-desus atau informasi, surat kabar, radio, televisi, film, & sebagainya. Dengan alat-alat penghubung mirip ini mungkin publik mempunyai pengikut yg luas & berjumlah besar. Setiap aksi publik diprakarsai oleh harapan individual, misalnya pemungutan suara dlm penyeleksian biasa .

3) Massa

Massa diartikan selaku keseluruhan dr kerumunan sosial. Pengertian massa timbul sejalan dgn kemajuan masyarakat yg mengarah pada pola kehidupan modern. Oleh karena itu, pengertian massa menjadi ciri khas penduduk terbaru yg pada lazimnya bertempat tinggal di perkotaan.
Ciri massa yg menonjol ialah suatu kumpulan orang yg heterogen sehingga identitasnya sulit dimengerti. Keanekaragaman massa terlihat dr diferensiasi status sosial, taraf hidup, pendidikan, keturunan, pekerjaan, & agama.

b. Didasarkan Atas Kepentingan Bersama dgn Pengorganisasian (Kelompok Teratur)

Kelompok insan yg dlm mekanismenya berjalan dengan-cara terorganisasi atau dgn pengorganisasian.

1) Kelompok Dasar (Basic Group)

Kelompok dasar yakni kelompok yg dibentuk dengan-cara spontan dr bawah untuk melindungi anggota-anggotanya terhadap tekanan negatif dr penduduk besar & sekaligus berfungsi selaku sumber kegiatan bagi pembaruan masyarakat besar (induk) itu sendiri. Suatu kesatuan insan dikategorikan sebagai kelompok dasar apabila mempunyai ciri-ciri selaku berikut.
  • Kelompok dasar pada lazimnya merupakan kelompok yg relatif kecil & terdiri atas orang-orang yg tak puas terhadap penduduk sekitarnya.
  • Kelompok dasar dibikin dr bawah dengan-cara spontan, tak didasarkan atas perintah atau desakan unsur pimpinan penduduk yg sedang memegang kekuasaan. Sering pembentukan kelompok dasar tak direstui pemerintah karena berlawanan dgn kehendak pemerintah.
  • Kelompok dasar dibuat khusus guna melindungi anggota kelompoknya & dengan-cara lazim melindungi masyarakat luas dr tekanan anonim unsur kekuasaan yg merugikan lapisan bawah.
  • Kelompok dasar mampu berfungsi selaku pembaharu penduduk besar (penduduk politik atau negara & penduduk agama) yg dirasa telah kehilangan vitalitasnya dlm menjalankan fungsi-fungsi sosialnya.
  Promes PAI Kelas 8 SMP/MTs
Contoh kelompok dasar yg terdapat di penduduk di antaranya kelompok yg berlandaskan agama. Kelompok agama muncul karena unsur-unsur penting sudah kehilangan fungsinya bagi penduduk .

2) Kelompok Besar (Big Group) & Kelompok Kecil (Small Group)

Besar kecilnya suatu kelompok diputuskan oleh patokan peran-tugas sosial & jumlah anggotanya. Suatu kelompok disebut besar apabila bobot tugas yg dilaksanakan atau tugas-peran sosial yg dilaksanakannya penting & universal. Tugas-peran tersebut meliputi pemenuhan keperluan dasar guna menjaga kehidupan penduduk . Kelompok besar yaitu kelompok yg mempunyai jumlah anggota relatif besar & biasanya terbentuk dr beberapa kelompok kecil yg masing-masing kelompok menangani peran tertentu. Kebutuhan sosial yg dinilai lazim selaku keperluan dasar mesti senantiasa ada dlm setiap penduduk , yaitu ekonomi, politik, pendidikan, keagamaan, kesenian, & sebagainya.
Kelompok kecil ialah kelompok yg jumlah anggotanya relatif kecil (paling sedikit dua orang) & dibuat atas dasar keperluan atau kepentingan kecil & spesifik. Kelompok-kelompok kecil senantiasa timbul atau niscaya akan timbul di dlm kelompok yg lebih besar & luas. Hal ini terjadi karena insan mempunyai kepentingan yg berlawanan. Manusia memerlukan pertolongan & proteksi dr sesamanya. Manusia mempunyai kesanggupan yg terbatas & sebagainya. Keadaan yg demikian menimbulkan timbulnya kelompok kecil (small group). Contohnya, kelompok mencar ilmu & kelompok diskusi merupakan kelompok kecil dr suatu kelompok pendidikan (sekolah).
Kelompok kecil mempunyai peranan yg sungguh penting bagi kelompok besar alasannya mempunyai beberapa alasan, yakni selaku berikut.
  • Kelompok kecil mempunyai dampak yg sungguh besar kepada masyarakat & sikap setiap individu. Kelompok kecil, dimana seseorang menjadi anggota, tak saja merupakan sumber simpati, namun pula selaku sumber ketegangan, tekanan, & kekecewaan.
  • Dalam kelompok kecil, pertemuan antara kepentingan sosial dgn kepentingan individu berlangsung dengan-cara tajam & terperinci.
  • Kelompok kecil pada hakikatnya merupakan sel yg menggerak-kan suatu organisme yg dinamakan penduduk .
  • Kelompok-kelompok kecil merupakan bentuk khusus dlm kerangka sosial dengan-cara keseluruhan. Kelompok kecil mirip miniatur masyarakat yg mempunyai pembagian kerja, kode etik, pemerintahan, prestise, ideologi, & sebagainya.

3) Kelompok Primer (Primary Group) & Kelompok Sekunder (Secondary Group)

Kelompok primer (primary group) ialah kesatuan hidup insan yg ditandai dgn korelasi antaranggotanya yg berjalan dengan-cara tatap paras , saling mengenal, mesra & dekat, kerja sama yg erat & bersifat pribadi. Faktor-faktor yg memungkinkan hubungan insan dlm suatu kelompok berjalan dengan-cara erat & mesra di antaranya selaku berikut.
  • Jumlah anggota relatif kecil sehingga mereka saling mengenal kepribadian masing-masing.
  • Adanya rasa solidaritas yg tinggi di antara anggota-anggotanya. Mereka merasa mempunyai kepentingan yg sama, memegang nilai-nilai budaya yg sama, berasal dr keturunan yg sama.
  • Merasa mempunyai nasib yg sama lantaran pengalaman sejarah yg sama. Contohnya, kelompok primer, yakni keluarga beserta kerabatnya.
Kelompok sekunder (secondary group) yakni kelompok yg hubungan antaranggotanya kurang erat, renggang bahkan tak saling mengenal. Dalam kehidupan penduduk setiap orang pada umumnya mempunyai dua keanggotaan sekaligus. Selain selaku anggota kelompok primer, ia pula selaku anggota kelompok sekunder. Faktor yg menimbulkan terbentuknya kelompok sekunder ialah kehendak & kebutuhan hidup. Hasrat & keperluan hidup itulah yg mendorong insan untuk hidup berkelompok. Manusia merupakan makhluk yg senantiasa ingin hidup bareng & tak mungkin dapat bertahan hidup tanpa insan lain. Pada dikala suatu kebutuhan tak bisa dipenuhi oleh diri sendiri atau kelompoknya (primer), manusia akan membentuk atau memasuki kelompok sekunder.
Manusia selaku pribadi dlm kelompok sekunder kurang mendapat perhatian alasannya adalah yg menjadi pusat perhatian yakni peran & prestasi kerja. Contohnya, dlm suatu perusahaan, faktor yg dihargai dr seseorang adalah kepandaian, keahlian, keluwesan melaksanakan pekerjaan sama, & kepemimpinannya. Demi efisiensi, prinsip utamanya yakni menempatkan seseorang untuk melaksanakan suatu jenis pekerjaan sesuai dgn keahliannya.

4) Kelompok Dalam (In-Group) & Kelompok Luar (Out-Group)

Istilah in-group atau kelompok dlm timbul tatkala para anggota suatu kelompok merasa bahwa mereka mempunyai suatu tujuan & impian yg sama, menaati norma-norma yg sama, nasib yg sama. Kelompok tersebut menilai inilah kelompok kami atau orang-orang kita. Dalam ucapan, sikap & perilakunya terkandung makna bahwa orang lain yg bukan tergolong kelompoknya (orang luar). Contohnya, kami warga RT 007 sedangkan mereka warga RT 10; kami siswa Kelas XI, sedangkan mereka siswa Kelas X.
Sikap out-group atau kelompok luar ditandai dgn suatu kelainan yg berwujud antagonisme atau antipati. Hubungan dgn orang-orang yg bukan anggota kelompoknya berjalan kurang bersahabat, & waspada.
Perasaan in-group & out-group atau perasaan dlm & luar kelompok merupakan suatu sikap yg dinamakan fanatisme, yakni suatu sikap untuk menilai orang lain dgn memakai nilai-nilai & norma kelompok sendiri. Mereka beranggapan bahwa segala sesuatu dlm kelompoknya merupakan yg terbaik. Menilai kelompok lain kadang kala bersifat stereotip, yaitu citra atau anggapan dr suatu kelompok terhadap kelompok lain yg bersifat merendahkan obyek tertentu atau tak sesuai dgn kondisi bergotong-royong. Sikap stereotip meliputi aneka macam faktor kehidupan, seperti agama atau kepercayaan, etnis, pekerjaan, & sebagainya.
In-group & out-group bisa ditemui di semua masyarakat walaupun kepentingannya berlawanan-beda. Dalam masyarakat bersahaja mungkin jumlahnya tak begitu banyak kalau dibandingkan dgn penduduk kompleks karena pembedaan unsur-unsur sosial tak terlihat dengan-cara terperinci. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap kelompok sosial merupakan in group bagi anggotanya & out-group bagi anggota kelompok.

5) Paguyuban (Gemeinschaft) & Patembayan (Gesselschaft)

Paguyuban ialah bentuk kehidupan bareng yg para anggotanya diikat oleh korelasi batin yg murni & bersifat alamiah serta kekal. Dasar korelasi tersebut ialah rasa cinta & rasa kesatuan batin yg memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut bersifat kasatmata & organis yg bisa diibaratkan tubuh insan atau hewan. Bentuk paguyuban akan ditemui di dlm keluarga, kelompok kerabat, rukun tetangga, & sebagainya.

Suatu kelompok dinamakan paguyuban apabila mempunyai beberapa ciri berikut.
  • Intimate, hubungan menyeluruh & bersahabat.
  • Private, hubungan yg bersifat pribadi, yakni khusus untuk beberapa orang saja.
  • Exclusive, relasi tersebut cuma untuk kita saja & tak untuk orang lain di luar kita.
Di dlm paguyuban terdapat suatu kemauan bersama. Ada suatu pengertian serta kaidah-kaidah yg timbul dgn sendirinya dr kelompok tersebut. Menurut Tonnies, dlm setiap masyarakat senantiasa bisa dijumpai salah satu di antara tiga tipe paguyuban.
Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood) yakni paguyuban yg terbentuk didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Contohnya, keluarga, kelompok kekerabatan.
Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place) yakni suatu paguyuban yg terdiri atas orang-orang yg berdekatan tempat tinggalnya sehingga dapat saling menolong. Contohnya, rukun tetangga, rukun warga, atau arisan.

Paguyuban karena jiwa & pikiran (gemeinschaft of mind) merupakan suatu paguyuban yg terdiri atas orang-orang yg walaupun tak mempunyai korelasi darah ataupun tempat tinggalnya tak berdekatan, namun mereka mempunyai pikiran & ideologi yg sama.
Patembayan ialah ikatan lahir yg bersifat pokok untuk rentang waktu yg pendek, bersifat selaku suatu bentuk dlm pikiran terpola serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana bisa diumpamakan dgn suatu mesin. Bentuk gesselschaft utamanya terdapat di dlm kekerabatan perjanjian yg menurut ikatan timbal balik. Contohnya, ikatan pedagang, organisasi usahawan, atau sarikat buruh.

6) Kelompok Informal (Informal Group) & Kelompok Formal (Formal Group)

Kelompok informal merupakan kesatuan hidup insan yg tak mempunyai struktur & organisasi tertentu. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena konferensi beberapa kali & konferensi tersebut menjadi dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan & pengalaman yg sama. Contohnya, Klik (clique) yakni suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yg sering timbul dlm kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dgn adanya konferensi-konferensi timbal balik antaranggota, biasanya bersifat antara kita saja (egalitas).
Kelompok formal yakni kelompok-kelompok yg mempunyai peraturan yg tegas & sengaja diciptakan oleh angota-anggotanya untuk menertibkan hubungan antara anggota-angotanya. Hubungan antaranggota berjalan dengan-cara terkoordinasi lewat usaha-usaha untuk menjangkau tujuan berdasarkan kepingan-kepingan organisasi yg bersifat keutamaan. Kegiatannya didasarkan pada aturan-aturan yg sebelumnya sudah diputuskan. Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif. Staf administratif bertanggung jawab memelihara organisasi & mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan organisasi. Contohnya, unit kepolisian kemudian lintas terdiri atas belahan-potongan, yakni penggalan manajemen, lapangan atau patroli, logistik, pembinaan atau penyuluhan.

7) Kelompok Okupasional (Occupational Group) & Kelompok Volunter (Voluntary Group)

Kelompok okupasional yakni kelompok yg terdiri atas orang-orang yg melaksanakan pekerjaan sejenis. Kelompok okupasional biasa terdapat pada penduduk heterogen. Pada penduduk ini meningkat metode pembagian kerja yg kian didasarkan pada pengkhususan atau keutamaan. Warga penduduk melaksanakan pekerjaan sesuai dgn bakat & kemampuan masing-masing. Melalui keahliannya, mereka menolong penduduk untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu. Oleh karena itu, timbul kelompok-kelompok profesi yg terdiri atas kelompok profesional yg seakan-akan mempunyai monopoli terhadap bidang ilmu & teknologi tertentu.
Semakin berkembangnya tata cara komunikasi membuat ruang jangkau suatu penduduk kian luas. Secara mudah tak ada masyarakat yg tertutup kepada dunia luar. Hal ini menimbulkan makin heterogennya masyarakat tersebut sehingga tak semua kepentingan perorangan warga mampu dipenuhi dengan-cara mantap.
Salah satu simpulan dr tak terpenuhinya kepentingan-kepentingan tersebut, baik material maupun spiritual yaitu hadirnya kelompok -kelompok volunter. Kelompok volunter mencakup orang-orang yg mempunyai kepentingan sama, namun tak memperoleh perhatian penduduk yg daya jangkaunya makin luas. Mereka menjajal menyanggupi kepentingan anggota dgn kesanggupan yg dimilikinya sehingga tak mengusik kepentingan masyarakat dengan-cara luas.
Kelompok-kelompok volunter mungkin didasarkan pada kepentingan-kepentingan primer yg meliputi kebutuhan pangan, sandang, & papan, keselamatan jiwa & harta benda, harga diri, meningkatkan potensi diri, kasih sayang, & sebagainya. Selain itu, kepentingan primer pula didasarkan pada kepentingan sekunder, umpamanya kebutuhan rekreasi. Dengan banyak sekali landasan tersebut, timbul aneka macam kelompok volunter yg mungkin meningkat menjadi kelompok-kelompok yg mantap & diakui masyarakat biasa .

8) Kelompok Keanggotaan (Membership Group) & Kelompok Acuan (Reference Group)

Kelompok keanggotaan (membership group atau appartenance group) ialah kelompok yg memperlihatkan seseorang dengan-cara resmi & dengan-cara fisik menjadi anggota. Orang lain mampu dgn mudah & pasti menentukan dr kelompok mana orang tersebut berasal atau sebagai anggota kelompok mana lewat tanda pengenal yg dimilikinya. Contohnya, Andi berprofesi selaku guru, bukti yg memperlihatkan ia selaku anggota dr membership group merupakan Kartu Anggota PGRI yg menerangkan bahwa Andi sudah diterima dengan-cara sah sebagai anggota PGRI.
Dalam masyarakat yg belum mengenal administrasi dengan-cara baik, keanggotaan seseorang ditunjukkan dgn keberadaannya dengan-cara fisik yg senantiasa bersama-sama dgn anggota kelompok.
Kelompok contoh (reference group) adalah kelompok sosial yg menjadi contoh bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi & perilakunya. Seseorang yg bukan anggota kelompok (orang dr luar kelompok) mendapatkan imbas dr suatu kelompok, ia menjalin ikatan batin & berupaya beradaptasi serta mengidentifikasikan diri dgn kelompok tadi lantaran ia berpandangan bahwa kelompok tersebut memiliki kegunaan untuk mengembangkan kehidupannya. Contohnya, Andi selaku anggota PGRI menjalin hubungan dengan-cara tersembunyi atau terang-terangan dgn koperasi yg ada di wilayahnya. Walaupun bukan anggota koperasi tersebut, ia berusaha membuatkan prinsip-prinsip koperasi dlm kehidupannya karena terbukti bahwa koperasi sungguh berfaedah bagi pengembangan ekonomi keluarganya. Koperasi dlm hal ini merupakan reference group bagi Andi.
Kenyataan sosial memperlihatkan bahwa jumlah anggota penduduk yg menjadi reference group jumlahnya relatif banyak, utamanya dgn kelompok keagamaan. Artinya tak menjadi anggota resmi agama tertentu, namun mereka berupaya menyesuaikan diri dgn aliran agama yg dengan-cara hakiki mampu menciptakan ketenangan & kebahagiaan hidup.

Dalam kondisi tertentu, antara reference group & membership group agak sukar dipisahkan. Contohnya, seorang anggota partai politik menjadi anggota dewan legislatif. DPR merupakan membership baginya, namun jiwa & jalan pikirannya tetap terikat pada partainya. Hal ini sering menampakkan segi-segi negatif karena anggota dewan yg terhormat terlampau berpegang pada prinsip-prinsip reference group (partainya).

9) Kelompok Penekan (Pressure Group)

Kelompok penekan ialah suatu kelompok yg anggota-anggotanya berencana memperjuangkan kepentingan mereka di tengah penduduk luas dgn cara menggunakan tekanan sosial. Kelompok penekan tergolong kelompok sekunder & biasanya mempunyai anggota relatif besar, namun yg dipakai selaku penekan hanyalah sebagian kecil dr anggota kelompoknya. Mereka terdiri atas orang-orang memiliki peluang yg bisa menguasai & mengendalikan penduduk sehingga bisa mengiklankan kepentingannya. Kelompok penekan biasanya terdapat dlm masyarakat yg menganut tata cara demokrasi liberal, yaitu setiap individu selaku anggota penduduk mempunyai kebebasan yg sungguh besar untuk memberikan aspirasinya.

c. Kelompok Teritorial atau Komunitas Sosial

Kata komunitas (community) berasal dr bahasa Latin (commu-nire) atau communia yg bermakna memperkuat. Dari kata ini, dibikin perumpamaan komunitas yg artinya persatuan, persaudaraan, kumpulan, penduduk . Komunitas sosial yakni suatu kelompok teritorial yg membina kekerabatan para anggotanya dgn memakai fasilitas -fasilitas yg sama untuk menjangkau tujuan bareng . Komunitas merupakan kelompok sosial yg mempunyai ciri tersendiri dlm hal kebersamaannya. Komunitas merupakan penggalan dr masyarakat, namun berlainan dgn kolektivitas atau kerumunan.

1) Ciri-Ciri Komunitas Sosial

Kesatuan Hidup yg Tetap & Teratur Sebagai suatu kelompok sosial, komunitas merupakan kesatuan hidup insan yg tetap & teratur. Hubungan antaranggotanya berjalan dengan-cara dekat, kekeluargaan, saling mengenal (face to face), saling menolong.

Bersifat Teritorial

Unsur utama & khas yg menunjukkan suatu kelompok sosial sebagai komunitas sosial yakni wilayah yg sama tempat kelompok tersebut berada. Oleh karena itu, komunitas sering disebut penduduk setempat. Contohnya, kelompok sosial yg berdomisili di lingkungan RT, RW, desa. Satu hal yg perlu diamati bahwa dlm komunitas tak mengandung pengertian regionalisme atau wilayah yg luas mirip kabupaten atau provinsi.

2) Jenis Komunitas Sosial

Komunitas Pedesaan Orang-orang menampilkan pengertian wacana desa didasarkan pada sudut pandang masing-masing. Ditinjau dr sudut manajemen, desa adalah suatu wilayah yg ditempati sejumlah penduduk sebagai kesatuan penduduk aturan yg mempunyai organisasi pemerintahan paling rendah di bawah kepemimpinan seorang kepala desa & berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri dlm ikatan suatu negara.
Secara geografis, desa adalah hasil perpaduan antara kegiatan kelompok insan dgn lingkungan nya. Hasil dr perpaduan itu yakni suatu wujud atau penampakan di muka bumi yg ditimbulkan oleh unsur- unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik, & kultural yg saling berinteraksi dlm keterkaitannya dgn kawasan lain. Phillips Ruop mengemukakan bahwa dengan-cara sosiologis, desa merupakan selaku berikut.
  • Daerah yg sama dilihat & segi geografis & administratif;
  • Nilai sosial yg sama, artinya seluruh anggota penduduk desa menganut nilai-nilai sosial yg sama;
  1.mengapa Jepang Begitu Mudah Memasuki Kepulauan Indonesia Secara Merata?
Kegiatan yg sama khususnya dlm sistem mata pencaharian. Masyarakat desa pada biasanya di bidang pertanian yg tak lepas dr efek lingkungan alam mirip, tanah, iklim & morfologi (dataran, pegunungan, pantai); & tata kelakuan. Corak kehidupan di desa didasarkan pada kekeluargaan yg erat & termasuk pada penduduk paguyuban.

b) Komunitas Perkotaan

Para sarjana sosiologi menampilkan definisi ihwal kota dengan-cara berlawanan-beda sesuai dgn sudut pandang masing-masing.

Max Weber

Suatu tempat disebut kota apabila penduduk atau masyarakat-nya dapat menyanggupi sebagian besar keperluan ekonominya di pasar setempat.

Wright

Kota yakni pemukiman yg relatif besar, padat, & permanen, serta dihuni oleh orang-orang yg heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya kekerabatan sosial menjadi longgar, hirau tak hirau & tak bersifat pribadi.

Haris & Ulman

Kota merupakan pusat pemukiman & pemanfaatan bumi oleh insan. Kota-kota sekaligus merupakan paradoks. Pertum-buhannya cepat & luasnya kota-kota menunjukkan keunggulan dlm mengeksploitasi bumi. 
Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat beberapa aspek yg merupakan ciri kehidupan dlm komunitas perkotaan.

  • Suatu tempat disebut kota apabila penduduk atau penduduk -nya dapat menyanggupi sebagian besar keperluan ekonominya di pasar setempat.
  • Masyarakat perkotaan bertempat tinggal di tempat-tempat yg straregis untuk dua keperluan penting, yaitu perekonomian & pemerintahan. Tempat-tempat yg demikian memberi jaminan terhadap kelangsungan transportasi, komunikasi, & keterangan. Misalnya, di sepanjang jalannya, di wilayah pantai & di sekitar sungai besar.
  • Struktur hidup perkotaan yg meliputi keanekaragaman penduduk, ras, etnis & kebudayaan.
  • Kota merupakan kumpulan kelompok sekunder, seperti asosiasi pendidikan, partai politik, pemerintahan, perekonomian.
  • Pergaulan hidup penduduk kota bersifat individualisme, setiap orang tak bergantung pada orang lain. Akibatnya antar-individu tak saling mengenal, hubungan pribadi berkembang menjadi hubungan kontrak, komunikasi dilakukan lewat media komunikasi massa, mirip koran, majalah, radio, televisi, telepon & sebagainya.
  • Terdapat permukiman yg terbagi dlm beberapa lokasi atau blok sesuai dgn jenis pekerjaan orang yg menempatinya, mirip, daerah pertokoan, daerah kemiliteran, wilayah kumal (slum)
  • Kesenjangan sosial dlm kehidupan masyarakat terlihat dengan-cara terperinci yg tercermin dlm fasilitas atau prasarana kehidupan penduduk.
  • Pola berpilar bersifat rasional & condong diubahsuaikan dgn suasana yg meningkat di penduduk .
  • Memiliki jiwa urbanisme, sikap & sikap penduduk kota senantiasa berganti mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi.

Komunitas Religius

Komunitas religius yakni suatu bentuk kehidupan bareng yg didasarkan atas motif keagamaan. Setiap aspek kehidupan dilandasi nilai-nilai yg bersumber dr aliran agama. Berikut ciri-ciri yg tampak dlm komunitas religius.
  • Sikap & perilaku yg diwujudkan dlm perbuatan & interaksi sosial senantiasa memperhatikan norma-norma yg sesuai dgn agama yg dianutnya.
  • Simbol-simbol yg digunakan dlm pakaian, tempat ibadah serta benda lain diwarnai pemikiran agamanya.
  • Menciptakan keseimbangan antara kepentingan dunia & kepentingan alam baka.
  • Bertempat tinggal di lingkungan tempat-tempat ibadah atau tempat menuntut ilmu keagamaan.

Komunitas Ekonomi

Komunitas ekonomi yakni suatu bentuk hidup bareng yg sebagian besar kegiatan orangnya berorientasi di bidang ekonomi. Setiap faktor kehidupan dilandasi dgn hal-hal yg mempunyai nilai-nilai ekonomi. Komunitas ekonomi pada umumnya berada di tempat perindustrian, jual beli, & jasa. Contohnya, penduduk Cibaduyut di Kota Bandung, hampir seluruh anggota masyarakatnya berprofesi selaku pengrajin sepatu (home industry).

Beberapa andal sosiologi pula mengklasifikasikan kelompok sosial ke dlm beberapa jenis selaku berikut.

Emille Durkheim 

Membagi kelompok sosial yg didasarkan pada Solidaritas Mekanik & Solidaritas Organik. Solidaritas mekanik merupakan ciri dr penduduk yg sederhana & belum mengenal adanya pembagian kerja. Tiap-tiap kelompok bisa menyanggupi keperluan mereka sendiri tanpa memerlukan santunan atau kerja sama dgn kelompok di luarnya.
Pada penduduk dgn solidaritas mekanik, yg diutamakan yaitu persamaan sikap & sikap. Kesadaran kolektif menjadi dasar ikatan seluruh warga penduduk , yakni suatu kesadaran bareng yg meliputi keseluruhan kepercayaan & perasaan kelompok yg ada di luar warga & bersifat memaksa. Solidaritas organik merupakan bentuk solidaritas yg mengikat masyarakat yg sudah mengenal adanya pembagian kerja (penduduk kompleks) sehingga unsur-unsur di dlm penduduk tersebut saling bergantung. Pada penduduk dgn solidaritas organik, ikatan utama yg mempersatukan masyarakat adalah persetujuan yg terjalin di antara banyak sekali profesi.

Ferdinand Toennies 

Memberi penjelasan bahwa kelompok di dlm penduduk dibedakan menjadi dua jenis, yakni gemeinschaft & gesselschaft. Gemeinschaft atau paguyuban merupakan kehidupan bareng yg anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yg murni, alamiah, & baka. Contohnya, keluarga & rukun tetangga.
Adapun gesselschaft atau patembayan yakni ikatan lahir yg bersifat pokok untuk jangka waktu yg pendek & dinamis. Contohnya, ikatan antara pedagang & pembeli atau organisasi buruh dlm suatu pabrik.

Charles H. Cooley & Ellsworth Farris 

Berpendapat bahwa di dlm penduduk terdapat kelompok primer yg ditandai dgn hubungan antaranggotanya berlangsung dengan-cara bertatap paras , saling mengenal, mesra & dekat, kerja sama yg erat & bersifat pribadi. Ruang lingkup paling penting kelompok ini yakni keluarga, sobat sepermainan, rukun tetangga. Pergaulan yg intim ini membuat keterpaduan indvidu dlm satu kesatuan yg membuat seseorang hidup & memiliki tujuan kelompok bareng .

W.G. Sumner 

Membagi kelompok menjadi dua yakni in-group (kelompok dalam) & out-group (kelompok luar). Kelompok sosial yg individu mengidentifikasi dirinya merupakan in-group-nya dlm kelompok tersebut. Adapun out-group diartikan oleh individu selaku kelompok yg menjadi musuh in-group-nya. Sikap in-group biasanya didasarkan pada faktor simpati, kedekatan dgn anggota kelompok, kerja sama, keteraturan, & kedamaian. Sikap out-group senantiasa ditandai dgn suatu kelainan yg berwujud antagonisme atau antipati. Jika kelompok dlm berhubungan dgn kelompok luar maka terjadi rasa kebencian, permusuhan, perang atau perampokan. Rasa kebencian ini terus diwariskan hingga membentuk perasaan kelompok dlm (in-group feeling). Anggota kelompok dlm menganggap kelompok mereka sendiri selaku pusat seluruhnya (etnosentris).
Kajian Sumner tersebut bisa dijelaskan dlm persoalan tawuran antarsiswa. Di kelompok siswa dr suatu sekolah mampu timbul in group feeling yg besar lengan berkuasa & terwujud dlm rasa solidaritas, kesetiaan, & pengorbanan. Perasaan tersebut memunculkan etnosentrisme sehingga mereka memandang siswa dr sekolah lain dgn penuh rasa permusuhan yg terus diwariskan ke adik kelasnya.

5. Terbentuknya Norma Kelompok

Perilaku kelompok, sungguh dipengaruhi oleh norma-norma yg berlaku dlm kelompok itu. Dalam dunia sosial pada biasanya, kegiatan dlm kelompok tak muncul dengan-cara acak. Setiap kelompok mempunyai suatu pandangan wacana perilaku mana yg dianggap layak untuk dijalankan para anggotanya. Dalam hal ini, adanya pedoman atau patokan semoga seseorang dapat berperilaku sebagaimana aturan yg telah disepakati bareng berbentukaturan atau kaidah yg mengatur kehidupan anggotanya, baik berbentuksuatu kewajiban, tawaran, maupun larangan. Aturan atau kaidah tersebut sering disebut selaku norma kelompok & norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.
Norma timbul lewat proses interaksi yg perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang bertingkah tertentu, pihak lain menilai kepantasan atau ketidakpantasan sikap tersebut, atau menyarankan sikap alternatif. Norma terbentuk dr proses akumulatif interaksi kelompok. Oleh lantaran itu, tatkala seseorang masuk ke dlm suatu kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok. Contohnya, kedisiplinan dlm kelompok Paskibra di sekolah, kerja sama dlm klub sepakbola. Apabila salah seorang pemain sepakbola tak mengerti aturan kerja sama, ia dikenakan eksekusi dgn dikeluarkan dr klubnya. Dengan kata lain, norma kelompok merupakan ukuran suatu kelompok yg memutuskan apa yg mesti dilakukan, apa yg mesti dimiliki, dipercayai, & dikehendaki oleh seseorang selaku anggota kelompok tersebut.

B. Perkembangan Kelompok Sosial dlm Masyarakat Multikultural

Multikultural berasal dr kata multi yg berarti banyak (lebih dr dua) & culture artinya kebudayaan. Secara sederhana, penduduk multikultural ialah penduduk yg mempunyai lebih dr dua kebudayaan. Masyarakat multikultural tersusun atas aneka macam budaya yg menjadi sumber nilai bagi terpeliharanya kestabilan kehidupan penduduk pendukungnya. keanekaragaman budaya tersebut berfungsi untuk menjaga dasar identitas diri & integrasi sosial masyarakatnya.

Menurut Fuad Hassan, setiap penduduk penunjang kebudayaan (culture bearers) condong menjadikan kebudayaannya selaku kerangka teladan bagi perikehidupan sekaligus untuk mengukuhkan jati diri selaku kebersamaan yg unik. Oleh karena itu, perbedaan antarkebudayaan justru berharga dlm mempertahankan dasar identitas diri & integrasi sosial penduduk tersebut.

Multikultural penduduk dlm tatanan sosial agama & suku bangsa sudah ada sejak zaman nenek moyang. Kebhinekaan budaya yg mampu hidup berdampingan dengan-cara damai merupakan kekayaan yg tak ternilai dlm khazanah budaya nasional. Diunggulkannya suatu nilai oleh seseorang atau sekelompok penduduk bukan berarti tak dihiraukannya nilai-nilai lain, namun kurang dijadikan selaku pola dlm bersikap & bertingkah dibandingkan dgn nilai yg diunggulkannya. Oleh karena itu, permasalahan multikultural justru merupakan suatu keindahan apabila identitas setiap budaya dapat bermakna & diagungkan oleh penduduk pendukungnya, serta dapat dihormati oleh kelompok masyarakat lain. Hal ini untuk kebanggaan & sifat egoisme kelompok apalagi apabila diwarnai kepentingan politik tertentu ibarat digunakannya simbol-simbol budaya Jawa yg salah kaprah untuk membangun struktur & budaya politik yg sentralistik.

Keragaman atau multikulturalisme merupakan salah satu realitas utama yg dialami masyarakat & kebudayaan di masa silam, kini, & di waktu-waktu mendatang. Multikulturalisme dengan-cara sederhana mampu dipahami selaku legalisasi bahwa suatu negara atau penduduk ialah beragam & bermacam-macam. Sebaliknya, negara tak mengandung kebudayaan nasional yg tunggal.

Akan tetapi, keanekaragaman tersebut hendaklah tak ditafsirkan dengan-cara tunggal. Komitmen untuk mengakui keragaman merupakan salah satu ciri & huruf utama masyarakat, negara-bangsa. Keragaman tak lantas menjadi sumber kesemrawutan, distruksi sosial ataupun pertentangan yg berkepanjangan. Hal tersebut disebabkan adanya simbol-simbol, nilai-nilai, struktur-struktur, & lembaga-lembaga dlm kehidupan bareng .

Masyarakat Indonesia ialah gabungan semua kelompok manusia yg hidup di Indonesia. Suatu realita yg tak bisa ditolak bahwa Indonesia terdiri atas aneka macam kelompok etnis, budaya, & agama. Oleh karena itu, bangsa Indonesia sederhana bisa disebut selaku masyarakat “multikultural”. Akan tetapi, kondisi multikultural tersebut berhadapan dgn keperluan untuk menyusun suatu kebudayaan nasional Indonesia yg dapat menjadi kekuatan pemersatu bangsa.

Pandangan “multikultural” sebenarnya bukanlah hal yg gres di Indonesia. Prinsip Indonesia sebagai negara “bhinneka tunggal ika”, merefleksikan bahwa meskipun Indonesia yakni multikultural, namun tetap terintegrasi dlm kesatuan. Pembentukan penduduk multikultural Indonesia tak bisa dengan-cara taken for granted atau trial and error. Harus diupayakan dengan-cara terprogram, terintegrasi & berkelanjutan. Keragaman suku bangsa merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia yg seringkali dibanggakan. Banyak yg belum menyadari bahwa keanekaragaman tersebut pula menyimpan potensi konflik yg mampu mengancam kehidupan berbangsa & bernegara.
Semuanya ini, mempunyai fokus kepada kolaborasi, kerja sama, & perundingan perbedaan-perbedaan untuk menyelesaikan pertentangan. Sebagian besar penduduk Indonesia menekankan pada kehidupan bareng , saling mendukung, & menghormati satu sama lain dlm aneka macam hak & kewajiban personal maupun komunal.
Pada tahap ini, komitmen terhadap nilai-nilai tak mampu dipandang berhubungan cuma dgn eksklusivisme personal & sosial, atau dgn superioritas kultural, namun lebih jauh lagi dgn kemanusiaan (humanness), komitmen, & kohesi kemanusiaan tergolong di dalamnya lewat toleransi, saling menghormati hak-hak personal & komunal. Manusia, tatkala berhadapan dgn simbol-simbol, kepercayaan-kepercayaan, prinsip-prinsip & pola-pola tingkah laris, sesungguhnya mengungkapkan & sekaligus mengidealisasikan komitmen pada kemanusiaan (baik dengan-cara personal maupun komunal) & kebudayaan yg dihasilkannya.
Dalam konteks ini, multikulturalisme dapat pula dipahami sebagai “kepercayaan” pada normalitas & penerimaan keanekaragaman. Pandangan dunia multikulturalisme mirip ini dapat dipandang selaku titik tolak & fondasi bagi kewarganegaraan yg beradab. Multikulturalisme mampu dipandang sebagai landasan budaya (cultural basic) bagi kewarganegaraan & pendidikan.
Masyarakat Indonesia yaitu seluruh adonan semua kelompok manusia yg hidup di Indonesia. Suatu realita yg tak bisa ditolak bahwa negara-bangsa Indonesia terdiri atas aneka macam kelompok etnis, budaya, agama, & lain-lain sehingga bangsa Indonesia dengan-cara sederhana dapat disebut selaku penduduk “multikultural”.

Multikulturalsime yakni sebuah ideologi, alat, atau wahana untuk meningkatkan derajat insan & kemanusiaannya. Sebagai suatu inspirasi atau ideologi, multikulturalisme terserap dlm aneka macam interaksi yg ada dlm berbagai struktur kehidupan insan yg tercakup dlm kehidupan sosial, ekonomi & bisnis, politik, & aneka macam kegiatan yang lain di penduduk . Kajian mengenai corak kegiatan, yakni korelasi antarmanusia dlm aneka macam tata kelola pengelolaan sumber daya, merupakan sumbangan sangat besar & penting dlm upaya membuatkan serta memantapkan multikulturalisme dlm kehidupan bermasyarakat, berbangsa, & bernegara.
Multikulturalisme bukan hanya suatu wacana, melainkan pula suatu ideologi yg mesti diperjuangkan karena diharapkan selaku landasan bagi tegaknya demokrasi, HAM, & kesejah-teraan hidup penduduk . Multikulturalisme bukan suatu ideologi yg berdiri sendiri, terpisah dr ideologi-ideologi yang lain. Multikulturalisme memerlukan seperangkat konsep yg merupakan bangunan konsep-konsep untuk dijadikan teladan dlm mengetahui & berbagi kehidupan bermasyarakat. Untuk mampu mengerti multikulturalisme, dibutuhkan landasan pengetahuan berupa konsep-konsep yg berhubungan & mendukung keberadaan serta berfungsinya multikulturalisme dlm kehidupan insan. Konsep-konsep tersebut mesti dikomunikasikan di antara para cakap yg mempunyai perhatian ilmiah yg sama perihal multikulturalisme sehingga terdapat kesamaan pengertian & saling mendukung dlm memperjuangkan ideologi ini.
Kelompok sosial merupakan kelompok yg dinamis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami pertumbuhan serta perubahan. Untuk meneliti gejala tersebut, perlu ditelaah lebih lanjut perihal dinamika kelompok sosial tersebut. Beberapa kelompok sosial bersifat lebih stabil dibandingkan dengan kelompok-kelompok sosial yang lain atau strukturnya tak mengalami perubahan-perubahan yg mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial yg mengalami perubahan-perubahan cepat, walaupun tak ada dampak-efek dr luar. Akan namun pada umumnya, kelompok sosial mengalami perubahan selaku akibat proses gugusan ataupun reformasi dr pola-pola di dlm kelompok tersebut lantaran imbas dr luar.
Keadaan yg tak stabil dlm kelompok sosial terjadi karena kontradiksi antarindividu dlm kelompok atau lantaran adanya pertentangan antarbagian kelompok tersebut selaku jawaban tak adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan di dlm kelompok itu sendiri. Ada kepingan atau segolongan dlm kelompok itu yg ingin merebut kekuasaan dgn mengorbankan golongan yang lain; ada kepentingan yg tak sepadan sehingga timbul ketidakadilan; ada pula perbedaan paham wacana cara-cara menyanggupi tujuan kelompok & lain sebagainya. Semuanya itu menjadikan perpecahan di dlm kelompok sampai timbul perubahan struktur. Timbulnya struktur yg gres pada kesannya pula bermaksud untuk meraih keadaan yg stabil. Tercapainya keadaan yg stabil sedikit banyak pula bergantung pada faktor kepemimpinan & ideologi yg dgn berubahnya struktur, mungkin pula mengalami perubahan-perubahan. Kadang-kadang pertentangan dlm kelompok sosial mampu dikurangi atau bahkan dihapuskan, contohnya dgn menyelenggarakan “kambing hitam” (scapegoating) atau kelompok tersebut menghadapi musuh bareng dr luar.
Perubahan struktur kelompok sosial karena karena-alasannya yakni dr luar. Hal-hal tersebut yakni sebagai berikut.
Perubahan situasi atau keadaan di mana kelompok tadi hidup. Perubahan pada situasi bisa pula mengganti struktur kelompok sosial tadi. Ancaman dr luar, contohnya seringkali merupakan faktor yg mendorong terjadinya perubahan struktur kelompok sosial. Situasi membahayakan yg berasal dr luar memperkuat rasa persatuan & mengurangi harapan-harapan para anggota kelompok sosial untuk mementingkan diri sendiri.
Pergantian anggota-anggota kelompok, contohnya, personalia suatu pasukan. Angkatan bersenjata sering mengalami pergantian & hal itu tak senantiasa menimbulkan perubahan struktur dengan-cara keseluruhan. Akan tetapi, ada pula kelompok-kelompok sosial yg mengalami kegoncangan-kegoncangan apabila ditinggalkan salah seorang anggotanya, terlebih kalau anggota yg bersangkutan mempunyai kedudukan penting misalnya, dlm suatu keluarga. Apabila seorang ayah yg menjadi tulang punggung keluarga kemudian meninggal dunia, hal ini mampu memunculkan guncangan besar terhadap keluarga tersebut. Bisa saja keluarganya jatuh miskin karena tak ada lagi yg menanggung kebutuhan-kebutuhan hidup mereka.
Perubahan-perubahan yg terjadi dlm suasana sosial & ekonomi. Misalnya, dlm kondisi depresi suatu keluarga akan bersatu untuk menghadapinya walaupun anggota-anggota keluarga tersebut mempunyai agama ataupun pandangan politik yg berlawanan satu dgn yang lain.
Di dlm dinamika kelompok, mungkin terjadi kontradiksi antarkelompok. Apabila terjadi insiden tersebut maka dengan-cara hipotesis prosesnya yaitu selaku berikut.

  • Apabila dua kelompok berkompetisi, akan timbul stereotip.
  • Kontak antara kedua kelompok yg bermusuhan, tak akan mengurangi sikap bermusuhan itu sendiri.
  • Tujuan yg mesti dicapai dgn kerja sama, mampu menetralisasikan sikap bermusuhan.
  • Di dlm kerja sama meraih tujuan, stereotip yg semula negatif menjadi positif.

Konflik antarkelompok mungkin terjadi lantaran kompetisi untuk memperoleh mata pencaharian hidup yg sama atau terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan tertentu. Di samping itu, mungkin ada pemaksaan agama, dominasi politik atau adanya pertentangan tradisional yg terpendam. Contohnya, adalah korelasi antara kelompok dominan & minoritas. Reaksi golongan minoritas kelompok mungkin dlm bentuk sikap tindak mendapatkan, garang, menghindari atau asimilasi.
Masalah dinamika kelompok, pula menyangkut gerak atau sikap kolektif. Gejala tersebut merupakan suatu cara berpikir, merasa & beraksi suatu kelompok individu yg serta merta & tak berstruktur. Sebab-alasannya adalah suatu kumpulan individu menjadi bernafsu antara lain yakni:

  • putus asa selama jangka waktu yg lama;
  • tersinggung;
  • dirugikan;
  • ada ancaman dr luar;
  • dibutuhkan tak adil;
  • terkena pada bidang-bidang kehidupan yg sangat sensitif.
  Puisi Tenggelam Bersama Senja
Contoh kasusnya ialah perkembangan yg terjadi dlm dunia politik di negeri kita, yg menampilkan partai peserta pemilu dr yg semula berjumlah hanya tiga partai pada masa Orde Baru, kemudian berubah sehabis memasuki masa pasca reformasi menjadi metode multipartai yg memunculkan puluhan partai. Hal ini menandakan bahwa dinamika yg terjadi di penduduk terjadi karena perubahan pola pikir & tata cara pemerintahan. Kelompok dlm bidang politik pada risikonya mempunyai tujuan & cara yg berlainan dlm melaksanakan perkembangan masing-masing. Contoh yang lain yaitu dlm bidang pendidikan, yaitu terjadinya perubahan kurikulum yg digagas oleh kelompok pendidik yg mempunyai pemikiran gres dlm menghadapi setiap perubahan yg terjadi dlm penduduk , khususnya dlm bidang pendidikan.

C. Keanekaragaman Kelompok Sosial dlm Masyarakat Multikultural

Masyarakat multikultural merupakan masyarakat bermacam-macam yg mempunyai lebih dr dua kebudayaan yg timbul akhir adanya kegiatan & pranata khusus. Kelompok-kelompok sosial yg timbul selesai kian kompleksnya kegiatan insan & banyaknya forum-lembaga (pranata) sosial yg mewadahi keperluan & kegiatannya, sudah memunculkan keanekaragaman kelompok sosial selaku wujud dr penduduk multikultural.
Keanekaragaman merupakan salah satu realitas utama yg dialami masyarakat & kebudayaan di masa silam, kini, & di waktu-waktu mendatang. Keanekaragaman kelompok sosial terus berkembang & meningkat makin kompleks dlm kehidupan penduduk majemuk, yg tak cuma didasarkan pada perbedaan suku, agama, & ras. Keanekaragaman kelompok sosial dilatarbelakangi oleh faktor-faktor kegiatan insan yg makin kompleks & pranata-pranata sosial yg makin beragam untuk memenuhi banyak sekali keperluan insan.

Keanekaragaman kelompok sosial dlm masyarakat yg majemuk merupakan salah satu ciri masyarakat Indonesia yg seringkali dibanggakan. Banyak yg belum menyadari bahwa di balik kemajemukan pula menyimpan potensi konfl ik yg mampu mengancam kehidupan berbangsa & bernegara apabila tak pandai-pandai dlm mengelolanya. Munculnya aneka macam kontradiksi sekarang ini merupakan bukti dr adanya perbedaan tersebut.
Seseorang mengaku selaku anggota dr suatu suku bangsa karena ia dilahirkan oleh orangtua dr suku bangsa tertentu atau berasal dr tempat tertentu. Berbeda dr aneka macam jati diri yang lain (umpamanya status sosial) yg diperoleh seseorang dlm banyak sekali struktur sosial yg sewaktu-waktu bisa dibuang atau diganti, jati diri suku bangsa atau kesukubangsaan tak mampu dibuang atau diganti. Jati diri suku bangsa akan tetap menempel dlm diri seseorang sejak kelahirannya. Walaupun jati diri suku bangsa dapat disimpan atau tak dipakai dlm interaksi, ia tak mampu dibuang atau dihilangkan.
Dalam setiap interaksi, jati diri akan terlihat karena adanya atribut-atribut yg digunakan oleh pelaku dlm mengekspresikan jati dirinya sesuai dgn hubungan status sosial atau kedudukan masing-masing (Suparlan 1999). Seseorang yg dilahirkan dlm keluarga suatu suku bangsa, mau tidak ingin akan hidup berpedoman pada kebudayaan suku bangsanya.
Sadar atau tak sadar yg bersangkutan hidup berpedomankan kebudayaan suku bangsanya alasannya yakni dlm proses pembelajarannya dr masa belum dewasa sampai sampaumur ia tak mempunyai opsi lain kecuali mesti hidup berdasarkan kebudayaan suku bangsanya mirip dipunyai oleh orangtuanya.
Dalam penduduk Indonesia, suku bangsa & kesukubangsaan yakni sebuah wangsit & kenyataan yg ada dlm kehidupan sehari-hari. Dalam ruang lingkup batas-batas kesukubangsaan, stereotipe & dugaan meningkat & menjadi mantap dlm suatu kurun waktu relasi antarsuku bangsa yg tak terbatas. Akibatnya, sering terjadi salah pengertian dlm komunikasi antarsuku bangsa yg menjadikan kian lebarnya jarak & mantapnya batas-batas atau pagar-pagar yg membatasi kekerabatan antara dua suku bangsa atau lebih. Akibat lebih lanjut dr stereotipe & dugaan ini yakni terwujudnya perbuatan-perbuatan diskriminatif dlm hak & keharusan oleh suku bangsa yg secara umum dikuasai kepada mereka yg tergolong lemah & nonpribumi atau minoritas di dlm kehidupan sosial, politik, & ekonomi. Sebagai contoh, kontradiksi antara orang pribumi & orang Tionghoa yg tak pernah bisa terselesaikan.
Perpindahan & pertemuan antara kelompok penduduk yg berlainan latar belakang sosial budaya di suatu wilayah bukannya tak membawa pengaruh terhadap kehidupan sosial. Benturan-benturan antara penduduk orisinil & penduduk pendatang sungguh dimungkinkan terjadi mengingat latar belakang sosial, budaya, & agama kelompok-kelompok tersebut berlainan atau bahkan berlawanan satu sama lain. Benturan sosial budaya tersebut akan memunculkan pertentangan sosial. Jika tak secepatnya saling dipertemukan & dikelola untuk merumuskan konsensus bareng semoga terwujud integrasi sosial.
Gejala etnosentrisme, dugaan negatif & sikap diskriminatif antaretnik, yg menyangkut adat istiadat, bisa menjadi penghambat dlm interaksi serta pergaulan antaretnis. Gejala ini tak cuma dlm masyarakat tradisional, tetapi pula dlm masyarakat modern. Akibatnya, bisa memunculkan sikap tegang & berselisih. Hal ini pula ditegaskan oleh Koetjaraningrat yg menyatakan bahwa kekerabatan & interaksi antara etnik yg berlainan merupakan suatu kondisi yg mengandung potensi pertentangan. Hubungan antara warga yg berlainan biasanya pula dilatarbelakangi oleh sikap praduga etnik. Selain itu, setiap etnik biasanya sungguh terikat pada folkways masing-masing & condong memegang kuat identitas diri mereka. Keterikatan etnik atas nilai-nilai budayanya menyebabkan kian kuatnya rasa in group yg cenderung meremehkan kelompok luar. Potensi ini makin membesar dgn munculnya kristalisasi etnis yg makin memperkokoh tembok pembatas antara kekitaan & kemerekaan. Mereka merasa bahwa kepercayaan yg dimilikinya merupakan yg paling baik. Sikap ini kesannya akan memunculkan chauvinisme, intoleransi, oposisi terhadap folkways lain, penghinaan, prasangka, penafsiran sepihak, & sebagainya.
Dalam masalah Indonesia, segala konflik yg ada, baik berdasar perkiraan radikal maupun fungsionalis, mengarah pada pertentangan etnis. Konflik etnis merupakan tanda-tanda sosial politik permanen dlm dunia terbaru. Hampir tak ada negara yg bebas dr permasalahan itu. Dalam observasi yg dilakukan antara tahun 1945-1980, korban jiwa simpulan kontradiksi etnis lebih banyak jumlahnya ketimbang variasi pertentangan yang lain. Renner beropini, kontradiksi etnis dlm sebuah negara terjadi karena pemetaan atau pembagian wilayah yg dilakukan kolonialis tak memikirkan kepentingan kultural. Akibatnya, bangsa yg sama & semula satu menjadi terpisah-pisah & tergabung dgn bangsa lain yg gila dgn kultur mereka, bahkan bertentangan & kemudian terjebak dlm kontradiksi permanen.
Eksistensi negara-negara multietnis mempunyai lima kemungkinan terjadinya model regulasi kontradiksi etnis, yakni selaku berikut.
  • Partisi; yakni pemisahan dengan-cara tegas antara satu etnis & etnis lain. Model ini jarang digunakan karena cuma terjadi tatkala suatu etnis betul-betul hidup terpisah & garis demarkasi negara.
  • Dominasi satu etnis terhadap etnis lain; yaitu bentuk yg biasanya lewat kekerasan atau tindakan diskriminatif.
  • Asimilasi; merupakan bentuk halus & maju dr model kedua, namun dilakukan dgn cara yg alami.
  • Konsolidasi; Sistem yg mengakui eksistensi setiap perbedaan yg ada & mencoba untuk mengharmonikan perbedaan-perbedaan itu. Dalam model ini, kelompok dominan bukan pihak yg menentukan dlm berbagai hal, tetapi diputuskan berdasarkan konsensus & kompromi.
  • Akomodasi; yakni pengakuan terhadap semua etnis namun tak memiliki keterkaitan dgn hal-hal yg sifatnya politis. Model ini mungkin lebih tepat disebut sinkretisme; negara berupaya mengakomodasi & mengapresiasikan aneka macam perbedaan yg ada & menilai semua etnis yg ada memlliki posisi yg sama & diperlakukan dengan-cara adil.
  • Kerukunan merupakan tujuan yg diharapkan oleh semua masyarakat yg berlainan-beda dlm kelompok tersebut. Kerukunan hidup merupakan konsensus yg harus dicapai yg meliputi kerukunan politik, ekonomi, & sosial budaya. Kerukunan individu dgn individu, individu dgn kelompok, kelompok dgn kelompok; pula kerukunan antara institusi sosial & kerukunan antara penduduk & pemerintah.

Kemampuan penduduk dlm mempekerjakan organisasi & kelembagaan pada lazimnya menampilkan kondisi yg relatif masih rendah. Hal ini tampak dr masih kuatnya efek budaya tradisional, utamanya di kalangan penduduk petani, nelayan, & aneka macam komunitas lapisan bawah. Dampaknya, tatkala terjadi perubahan sosial, ekonomi, politik, serta kemajuan ilmu pengetahuan & teknologi yg demikian cepat & makin canggih, mereka mengalami goncangan budaya (cultural shock) yg hebat; indikasinya, nilai-nilal & norma lama sudah ditinggalkan sementara nilai-nilai pengganti yg bercorak terbaru belum ditemukan. Contohnya, budaya gotong royong bergeser menjadi kerja dgn tata cara upah yg setiap kegiatan senantiasa diukur dgn nilai duit (pamrih) & sikap individualistik.
Fenomena tersebut memperlihatkan masih rendahnya kesadaran & pengamalan dlm memaknai banyak sekali faktor kehidupan sehari-hari yg saling terkait, seperti faktor ideologi, ekonomi, pertentangan sosial, politik, pendidikan, kesehatan, & keamanan yg masih sarat dgn ketidakpastian & tantangan berat. Banyak peristiwa kontradiksi sosial yg saling terkait dgn politik, ekonomi, & budaya. Oleh lantaran itu, diharapkan paradigma gres untuk penyelesaian kontradiksi & penguatan ketahanan penduduk lokal. Dialog kerukunan antarkomponen penduduk makin penting diposisikan selaku subsistem dlm kerangka pembangunan penduduk . Pihak-pihak yg memegang peranan penting selaku perancang & pelaksana dialog ialah para pemimpin penduduk .

Dialog antarkomponen penduduk merupakan potongan tak terpisahkan dr kerukunan kehidupan umat manusia yg dengan-cara positif menampilkan bahwa keanekaragaman & perubahan kebudayaan atau dinamika sosial sering mengarah pada suasana pertentangan. Dialog pada penduduk multikultur mempunyai beberapa fungsi, di antaranya selaku berikut.

  • Sebagai wahana komunikasi antara orang-orang yg berada pada tingkat yg relatif sama;
  • Merupakan upaya untuk mempertemukan hati & pikiran antarsesama anggota penduduk ;
  • Dapat dijadikan jalan bareng untuk menjelaskan kebenaran atas dasar kejujuran & kerja sama dlm kegiatan sosial untuk kepentingan bareng dlm menciptakan & memelihara keseimbangan & keteraturan hidup bermasyarakat;

  • Untuk mengetahui, mengidentifikasi, & menyosialisasikan kebijakan, konsep, & tindakan kerukunan hidup bermasyarakat;
  • Untuk pembinaan kerukunan umat insan dlm rangka pengendalian kontradiksi
  • Dialog pada penduduk majemuk bertujuan untuk mencari solusi dr suatu permasalahan yg berhubungan dgn penduduk .

1. Sikap Toleransi & Empati Sosial kepada Keragaman

Berbicara wacana toleransi & empati dlm hubungan keanekaragaman & perubahan kebudayaan, dihadapkan pada dua permasalahan: Pertama, bagaimana membangun kembali semangat “saling percaya” dlm interaksi antarkomunitas atau kelompok sosial sehabis berlangsungnya pertentangan-konflik komunal yg memakai sentimen suku bangsa atau etnis, agama, ras, politik, & ekonomi di banyak sekali daerah. Kedua, bagaimana komunitas atau kelompok sosial mampu hidup berdampingan dgn diversitas budaya atau komunitas subkultur yg berlawanan, mirip budaya kosmopolitarisme, globalisme, budaya popular, budaya etnik, & budaya lokal yg dilahirkan oleh penduduk multikukural. Permasalahan tersebut sungguh berhubungan dgn makin kuatnya penggunaan politik identitas dlm aneka macam kontradiksi komunal di masa transisi seperti terjadi dlm kehidupan masyarakat pada umumnya.
Adapun di antara sikap toleransi & tenggang rasa sosial terhadap hubungan keanekaragaman & perubahan kebudayaan diwujudkan dlm sikap berikut ini.

a. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya

Seperti halnya pada penduduk Indonesia, sikap saling percaya selaku kekuatan merealisasikan komunitas humanistik atau komunitas warga (civic community) mengalami kemerosotan tatkala kekuasan rezim Orde Baru mengatasnamakan keanekaragaman komunitas atau kelompok sosial yg membatasi fleksibilitas sipil & keleluasaan politik. Kekuasaan otoriter itu pula yg membangun yg kemudian disebut ideologi SARA. Dengan demikian, sesuatu bekerjanya pengendalian politik atas pluralisme menimbulkan kesanggupan komunitas warga merealisasikan kehidupan yg demokratis lewat kesepakatan & keseteraan dengan-cara politis, soltdaritas, kepercayaan (truste), toleransi, serta struktur sosial yg kooperatif antarwarga, memudar digantikan oleh kiprah negara di seluruh sektor kehidupan. Upaya mengembalikan sikap saling percaya yg sempat goyah akibat perkelahian antarkelompok sosial, tidaklah mudah.

b. Membangun Masyarakat Anti-SARA

SARA adalah aneka macam persepsi & perbuatan yg didasarkan atas sentimen identitas yg menyangkut suku bangsa agama, ras atau keturunan, & golongan. Setiap perbuatan yg melibatkan kekerasan, diskriminasi, & pelecehan yg didasarkan atas identitas diri & golongan dapat dibilang selaku tindakan SARA. Tindakan ini mengebiri & melecehkan kemerdekaan & hak-hak asasi atau mendasar yg menempel pada diri insan. SARA yg sering terjadi dlm kehidupan penduduk digolongkan ke dlm tiga pembagian terstruktur mengenai berikut ini.

  • Personal, yakni perbuatan SARA yg dilakukan oleh individu atau kelompok. Hal yg tergolong pembagian terstruktur mengenai ini yakni perbuatan & pernyataan yg bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan, & menghina identitas seseorang atau golongan.
  • Institusional, yakni tindakan SARA yg dilakukan oleh suatu institusi sosial, tergolong negara, baik dengan-cara pribadi maupun tak langsung, sengaja atau’ tak sengaja sudah membuat peraturan diskriminatif dlm struktur organisasi maupun kebijakannya.
  • Kultural, yakni perbuatan SARA yg dilakukan oleh individu, kelompok, atau institusi sosial yg diwujudkan dlm bentuk penyebaran mitos, tradisi, & pandangan baru-gagasan diskriminatif melalul struktur budaya penduduk .
Anti-SARA yaitu suatu perbuatan sistematis untuk memerangi permasalahan SARA dlm aneka macam bentuk, tergolong tata cara & kebijakan diskriminatif serta sentimen-sentimen SARA yg dengan-cara tak sadar sudah tertanam dlm diri setiap anggota penduduk sejak usia kanak-kanak. Oleh karena itu, problem SARA sering melibatkan duduk perkara kekuatan ekonomi & politik, yg suatu kelompok sukses menguasai kekuatan ekonomi atau politik & tak bersedia mendistribusikan pada kelompok lainnya.
Gerakan moral Anti-SARA berupaya untuk mengikis ketimpangan-ketimpangan tersebut lewat suatu metode yg mengoreksi & mengakomodasi ketidakadilan sosial. Dalam implementasinya, gerakan moral Anti-SARA aktif menggalang partisipasi masyarakat untuk bareng -sama memerangi SARA. Penyakit sosial yg sudah berusia berabad-era ini akan terus merajalela jika tak segera tidak boleh. Walaupun penyebab timbulnya penyakit kronis ini bukan sepenuhnya kesalahan penduduk dikala ini, upaya penyembuhannya merupakan tanggung jawab seluruh komponen penduduk .
Masyarakat Anti-SARA yakni sekelompok insan, baik terikat dlm sebuah institusi maupun selaku publik, yg sikap & perilakunya senantiasa dilandasi dgn penuh toleransi & tenggang rasa sosial yg tinggi dlm merespon setiap perbedaan identitas, seperti suku bangsa, agama, ras atau keturunan, & golongan. Mereka senantiasa berupaya menyingkirkan segala hal yg berbau SARA, yg ditunjukkan dgn kesanggupan melakukan pekerjaan sama dgn seluruh komponen penduduk dlm banyak sekali faktor kehidupan.
Masyarakat Anti-SARA di Indonesia merupakan organisasi independen yg memperjuangkan terciptanya tatanan penduduk yg menjunjung keadilan sosial & persamaan hak bagi seluruh umat manusia tanpa mempedulikan latar belakang. Juga, dlm memperjuangkan aspirasinya, organisasi ini bersifat antikekerasan & tak mengenal batasan keanggotaan; terbuka untuk semua warga penduduk tanpa membedakan latar belakang suku bangsa agama, ras atau keturunan, & golongan.
Sebagai institusi sosial yg bersifat nirlaba, kegiatan organisasi ini didanai oleh sumbangan penduduk & usaha-usaha lain yg tak mengikat. Organisasi ini pula aktif membina kerja sama dgn banyak sekali institusi yang lain dlm menyebarkan & membuat progam sena proyek serupa, dlm rangka membangun kerukunan SARA serta persamaan hak demi terwujudnya keselarasan hidup bermasyarakat.
Di antara tujuan didirikannya Masyarakat Anti-SARA Indonesia merupakan selaku berikut.

  • Memerangi segala bentuk sikap & perbuatan yg berbau SARA.
  • Memberikan pendidikan & penerangan pada penduduk wacana pentingnya sikap toleransi & tenggang rasa sosial terhadap kekerabatan keanekaragaman & perubahan kebudayaan.
  • Menggalang partisipasi penduduk dlm merealisasikan kehidupan penduduk yg anti-SARA.
  • Mendorong terciptanya komunitas penduduk yg hidup dlm keteraturan & keseimbangan dlm keanekaragaman sosial budaya.
  • Kebijakan Masyarakat Anti-SARA Indonesia yg dijadikan landasan dlm melaksanakan kegiatan organisasinya merupakan selaku berikut
  • Masyarakat Anti-SARA Indonesia mempunyai komitmen untuk bikin komunitas sosial yg menghargai keanekaragaman sosial budaya serta menghormati persamaan hak warganya. Hak untuk tak diperlakukan dengan-cara diskriminatif menurut latar belakang suku bangsa agama, ras atau keturunan, & golongan merupakan prinsip dasar yg tercantum dlm deklarasi hak asasi insan. Hak & kemerdekaan setiap manusia mesti dijamin dlm implementasinya tanpa ada diskriminasi. Dalam konteks inilah, Masyarakat Anti-SARA Indonesia tak toleran terhadap segala perbuatan yg berbau SARA.
Masyarakat Anti-SARA Indonesia percaya bahwa perubahan cuma akan terjadi tatkala menyadari bahwa setiap manusia mempunyai hak yg sama & layak untuk dihormati, tergolong mereka yg memiliki persepsi yg sungguh jauh berlawanan dgn kita. Setiap orang mesti tetap sadar biar terhindar dr sikap yg hanya menghargai homogenitas lantaran mereka serupa, sepaham, atau sealiran. Dengan memperlakukan setiap insan dgn rasa hormat, akan tercipta perubahan.
Masyarakat Anti-SARA Indonesia mempunyai komitmen anti-kekerasan, tak saja dlm perbuatan, tetapi pula dlm sikap, kata-kata, & pemikiran. Orang-orang yg kental dgn sentimen SARA bukanlah orang yg mesti dibenci. Mereka hanyalah orang-orang yg keliru mendapatkan keterangan & gelagapan merespon keanekaragaman. Tugas utama kita yg ingin mengadakan perubahan ialah memberikan klarifikasi & keterangan yg benar pada mereka tanpa menggunakan kekerasan, kemarahan, & kebencian.

Masyarakat Anti-SARA Indonesia mempunyai peran untuk membuktikan pada mereka yg senantiasa menilai dirinya benar bahwa evaluasi mereka keliru. Hal tersebut dilakukan dgn sabar & sarat hormat agar mendapatkan peluang yg lebih baik untuk menolong mereka dlm menyadari semua sikap & perbuatannya melalui penerangan & penjelasan yg sistematis & logis. Alasannya tak ada seorang pun yg akan bereaksi positif kalau dikatakan bahwa apa yg dipercayai & dilaksanakan mereka selama ini yakni keliru. Ini merupakan reaksi yg masuk kecerdikan jikalau mereka bersikap depensif & terkadang bersikap garang. Jika kita membalasnya dgn sikap kasar kita tak akan menemukan apa-apa.
Masyarakat Anti-SARA Indonesia memiliki mekanisme terapi yg didesain untuk menjamin kerahasiaan setiap pengaduan, pula akan mendapatkan simpati & derma. Tidak akan ada perbuatan aturan yg ditempuh, kecuali kalau disetujui oleh yg bersangkutan & semua proses dijamin kerahasiaannya. Oleh karena itu, Masyarakat Anti-SARA Indonesia menerima setiap pengaduan yg mengalami perlakuan SARA atau diskriminasi.
Dengan aneka macam latar belakang tersebut, komunitas Masyarakat Anti-SARA Indonesia dibuat untuk membuat kehidupan penduduk yg lebih baik. Tidak akan pernah ada keadilan & demokrasi dlm suatu masyarakat yg memperlihatkan kesempatan timbulnya diskriminasi & agitasi atas dasar keturunan, agama, kebangsaan, kesukuan, atau golongan. Semua ini kembali pada moralitas & kesadaran setiap individu untuk ikut terpanggil & menyuarakan persamaan hak & derajat insan tanpa menyaksikan latar belakang mereka. Tidaklah cukup sekadar tak bersikap diskriminatif. Setiap orang mesti bangun & berupaya mengikis habis penyakit sosial ini dr masyarakat kita.

Sampai sudah kita pada pembahasan mengenai Kelompok Sosial  dlm Masyarakat Multikultural. Semoga berharga & kita selaku bangsa Indonesia makin menjadi bangsa yg tenang, aman, serasi, bahagia & senantiasa menjunjung PANCASILA selaku dasar utama kita selaku bangsa Indonesia.