Faktor-Faktor Pendorong & Penghambat Integrasi Nasional (Pelajaran Antropologi Sekolah Menengan Atas/ MA Kelas XI) √ Tujuan pembelajaran pada sub bab ini yaitu kita bisa mengidentifikasi faktor-faktor yg menjadi pendorong & penghambat integrasi nasional. Perwujudan integrasi nasional penduduk & budaya bangsa Indonesia yg heterogen ( beraneka ragam) itu dinyatakan dlm sebuah semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yg memeiliki arti berbeda – beda suku bangsa, agama, budaya tempat, namun tetap satu bangsa. Istilah Bhinneka Tunggal Ika untuk pertama kalinya diungkapkan oleh seorang Mpu yg sangat populer dr Kerajaan Majapahit, yakni Mpu Tantular yakni dlm kitab Sutasoma.
Faktor-Faktor Pendorong & Penghambat Integrasi Nasional
Kata Integrasi nasional berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai dua macam arti, yakni:
- Arti integrasi nasional apabila dilihat dr sisi politis yakni suatu proses penyatuan banyak sekali kalangan budaya & sosial ke dlm kesatuan wilayah nasional yg membentuk suatu identitas nasional.
- Arti integrasi nasional apabila dilihat dr antropologis yaitu suatu proses pembiasaan di antara unsur-unsur kebudayaan yg berlawanan, sehingga mencapai suatu keselarasan fungsi di dlm kehidupan bermasyarakat & pula berbangsa.
Faktor-faktor pendorong integrasi nasional antara lain.
- Faktor sejarah bisa menghidupkan kembali rasa senasib & seperjuangan.
- Adanya keinginan untuk bersatu di lingkungan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dlm Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
- Rasa cinta kepada tanah air di penduduk Indonesia, sebagaimana telah dibuktikan pada ketika melaksanakan usaha merebut, menegakkan, & mengisi kemerdekaan.
- Rasa rela untuk berkorban demi kepentingan bangsa & Negara, sebagaimana dibuktikan oleh para hero bangsa yg gugur mengorbankan jiwa & raga di medan perjuangan.
- Kesepakatan atau konsensus nasional dlm perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila & UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
- Terdapat lambang kenegaraan yg berbentukburung Garuda Pancasila, dgn semboyannya yakni Bhinneka Tunggal Ika.
- Pengembangan budaya bantu-membantu yg merupakan ciri khas kepribadian dr bangsa Indonesia dengan-cara turun temurun.
Faktor-aspek penghambat integrasi nasional antara lain:
- Indonesia mempunyai masyarakat yg heterogen dlm hal suku bangsa dgn masing-masing kebudayaan daerahnya, agama yg dianutnya, bahasa daerahnya, ras & lain – lainya.
- Wilayah negara yg sungguh luas, terdiri dr ribuan kepulauan yg dikelilingi oleh lautan luas.
- Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, kendala & pula gangguan yg merongrong atas keutuhan, kesatuan & persatuan bangsa, baik itu yg berasal dr dlm ataupun yg berasal dr luar negeri.
- Ketimpangan dimasyarakat masih terjadi & tak meratanya dlm pembangunan & hasil-hasil pembangunan menimbulkan terjadinya rasa kekecewaan & keputusasaan di dilema SARA ( Suku, Agama, Ras, & Antargolongan), gerakan separatisme & kedaerahan, demonstrasi & unjuk rasa.
- Adanya paham “etnosentrisme” yaitu suatu paham yg lebih menonjolkan keunggulan-keunggulan atas budaya yg dimilikinya & menilai rendah terhadap budaya suku bangsa yg lain.
- Nilai-nilai budaya bangsa yg lemah sebagai akibat dr kuatnya pengaruh budaya gila yg masuk dimana budaya ajaib tersebut tak sesuai dgn kepribadian bangsa, baik melalui kontak langsung ataupun kontak tak eksklusif. Kontak eksklusif, contohnya sana melelui bidang pariwisata, sedangkan unuk kontak tak pribadi, contohnya melaui perantara media cetak (mirip majalah, tabloid), atau media elektronik (seperti televisi, radio, film, internet, telepon seluler yg mempunyai fitur atau akomodasi lengkap). dr situ kita mengenal perumpamaan westernisasi yakni suatu pola hidup yg kebarat-baratan/meniru gaya hidup orang Eropa/Amerika, melaksanakan pergaulan bebas, penyalahgunaan narkotika, minum – minuman keras, & lain sebagainya.
Contoh wujud integrasi nasional, contohnya:
- Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yg peresmiannya yakni pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat adanya anjungan dr seluruh propinsi yg ada di Indonesia (pada ketika itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menawarkan rumah akhlak beserta aneka macam hasil budaya di provinsi tersebut, misalnya saja akhlak, tarian kawasan, alat musik khas tempat, & lain sebagainya.
- Sikap toleransi antarumat beragama, meskipun kita beda agama antar sahabat, tetangga atau saudara, namun kita mesti tetap saling menghormati.
- Sikap menghargai & merasa ikut memiliki atas kebudayan kawasan yg lain, bahkan terdapat cita-cita untuk mempelajari budaya kawasan lain tersebut, contohnya masyarakat Jawa mencar ilmu menari legong yg mana tarian tersebut merupakan salah satu tarian adab Bali. Selain anjungan dr seluruh propinsi yg ada di Indonesia, di dlm komplek Taman Mini Indonesia Indah tersebut pula ada bangunan tempat ibadah dr bagai agama-agama yg resmi di Indonesia, yakni masjid (untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen & Kristen), pura (untuk agama Hindu) & wihara (untuk agama Buddha). Pada dikala itu agama resmi di Indonesia ialah 5 (lima) macam.
- Diadakan Pekan Olahraga Nasional (PON), yg merupakan perlombaan di bidang olahraga tingkat nasional yg penyelenggaraannya dilakuakn setiap 4 (empat) tahun sekali. Melalui Pekan Olahraga Nasional maka akan terpupuk rasa persatuan Indonesia & menggali kesempatanpara atlet kawasan untuk mampu meningkat mewakili bangsa Indonesia di tingkat internasional.
- Pertukaran pelajar antarprovinsi se-Indonesia.
- Pengiriman misi kebudayaan dr para pelajar ke aneka macam tempat di wilayah Indonesia.
- Mengadakan program ekspo seni & budaya antarpelajar se-Indonesia.
- Mengadakan program perlombaan antarpelajar se-Indonesia untuk lebih mengenalkan akan budaya setempat masing-masing kawasan pada seluruh rakyat Indonesia.
Artikel yang lain: Karakteristik Dinamika Kebudayaan dan Pengaruh Budaya Asing terhadap Budaya Lokal