close

Waspadai Fitnah Dajjal Akbar Dan Dajjal Shoghir

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُُرُ الْهَرْجُ
“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, hadirnya berbagai fitnah, ditaruh kerakusan, dan banyaknya pertempuran”. (HR. Al-Bukhoriy no.989 dan Muslim no.157)
Fitnah Dajjal di Zaman Akhir
Jika ditinjau dari sisi bahasa, makna Dajjal mempunyai arti banyak berdusta dan menipu. Siapa pun yang banyak berdusta dan mendustai, ada pengikutnya ataupun tidak, maka beliau yaitu Dajjal. Demikianlah yang diistilahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal mereka. Beliau menjelaskan hal ini dalam banyak hadits mirip yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam dua tempat (no. 3340 dalam Kitabul Manaqib dan no. 6588 dalam Kitab Al-Fitan) dan Muslim rahimahullahu dalam dua daerah (no. 8 dalam Muqaddimah dan no. 5205 dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis Sa’ah) dari sobat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيْمَتَانِ يَكُوْنُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيْمَةٌ دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ وَحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُوْنَ كَذَّابُوْنَ قَرِيْبٌ مِنْ ثَلاَثِيْنَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُوْلُ اللهِ وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيْكُمُ الْمَالُ فَيَفِيْضَ حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ الْمَالِ مَنْ يَقْبَلُ صَدَقَتَهُ وَحَتَّى يَعْرِضَهُ عَلَيْهِ فَيَقُوْلَ الَّذِي يَعْرِضُهُ عَلَيْهِ: لاَ أَرَبَ لِي بِهِ؛ وَحَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبُنْيَانِ وَحَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُوْلُ: يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ؛ وَحَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ يَعْنِي آمَنُوا أَجْمَعُوْنَ فَذَلِكَ حِيْنَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا
“Tidak akan terjadi hari akhir zaman sehingga dua kalangan besar saling berperang dan banyak terbunuh di antara dua kelompok tersebut, yang seruan mereka yakni satu. Dan sampai dibangkitkannya para Dajjal lagi pendusta hampir 30 orang, seluruhnya mengaku bahwa dirinya Rasulullah, dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi timbul, banyak terjadi pembunuhan, berlimpah ruahnya harta di tengah kalian sehingga para pemilik harta galau terhadap orang yang akan menerima shadaqahnya. Sampai ia berupaya menawarkannya terhadap seseorang tetapi orang tersebut berkata: ‘Saya tidak membutuhkannya’; orang berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan. Ketika seseorang melalui pada sebuah kuburan ia berkata: ‘Aduhai kalau aku berada di sana’; terbitnya matahari dari sebelah barat dan kalau terbit dari sebelah barat di ketika orang-orang melihatnya, mereka beriman semuanya (maka itulah waktu yang tidak berguna keimanan bagi setiap orang yang sebelumnya beliau tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dengan keimanannya).”
Dari informasi di atas jelaslah bahwa kata Dajjal sering digunakan untuk menamai seseorang yang banyak berdusta dan banyak menipu umat. Para dedengkot kesesatan yang memproklamirkan diri sebagai nabi sehabis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Dajjal (Dajjal Shogir). Dan bila disebutkan Dajjal secara mutlak (tanpa keterangan tambahan, red.) maka tidak ada yang tergambar dalam pikiran setiap orang melainkan Ad-Dajjal Al-Akbar (yang terbesar), yang hendak timbul di akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari akhir zaman dengan sifat-sifat yang telah jelas sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mengimani Munculnya Dajjal Al-Akbar
Tidak ada keraguan bagi orang yang beriman kepada segala info yang tiba dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, masuk nalar ataupun tidak. Karena mereka meyakini bahwa segala yang diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sepanjang riwayatnya shahih, ialah info wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan segala perkara yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkait dengan Dajjal –mirip sifat-sifatnya, kejadian-kejadian luar biasa yang diperbuatnya, periode tinggalnya di atas dunia, para pengikutnya, tempat turunnya, siapa yang hendak membunuhnya dan sebagainya– bagi orang yang beriman bukanlah sebuah khurafat dan tahayul yang menjajah logika serta hati mereka. Bukan pula sebuah ketaknormalan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menimbulkan keluarbiasaan pada diri Dajjal. Dan ini tidak akan meminimalisir kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala sedikitpun. Mereka menjadikan segala yang terkait dengan Dajjal selaku kasus yang akan memperbesar dan mengokohkan keimanan mereka kepada kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta kebenaran gosip Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka akan menimbulkan segala yang terkait dengan Dajjal selaku ujian yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menambah kebajikan mereka di atas kebajikan. Tidak ada ucapan yang keluar dari orang-orang yang beriman melainkan:
آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا “Kami beriman kepadanya, semuanya itu dari segi Rabb kami.” (Ali ‘Imran: 7)
سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا “Kami mendengar dan kami patuh.” (Al-Baqarah: 285)
Dajjal sebagai Tanda Hari Kiamat
Munculnya Dajjal merupakan salah satu tanda hari akhir zaman kubra (tanda-tanda yang besar). Artinya, tanda-tanda yang muncul mendekati hari kiamat dan bukan tanda yang biasa terjadi. Seperti munculnya Dajjal, turunnya ‘Isa, hadirnya Ya’juj dan Ma’juj, serta terbitnya matahari dari sebelah barat. (Lihat At-Tadzkirah karya Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu hal. 264, Fathul Bari 13/485, dan Ikmal Mu’allim Syarah Shahih Muslim, 1/70)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah memberitakan akan munculnya Dajjal di dalam banyak hadits. Di antaranya yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 5228) dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu:
ذَكَرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ فَخَفَّضَ فِيْهِ وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِيْنَا. فَقَالَ: مَا شَأْنُكُمْ؟ قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً فَخَفَّضْتَ فِيْهِ وَرَفَّعْتَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ. فَقَالَ: غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَيْكُمْ، إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيْكُمْ فَأَنَا حَجِيْجُهُ دُوْنَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيْكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيْجُ نَفْسِهِ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkisah ihwal Dajjal pada pagi hari dan beliau mengangkat dan merendahkan suaranya seperti kami menduga beliau (Dajjal) berada di sebagian pohon korma. Lalu kami berpaling dari sisi Rasulullah. Kemudian kami kembali terhadap dia dan dia mengetahui hal ini, lalu beliau berkata: ‘Ada apa dengan kalian?’ Kami berkata: ‘Ya Rasulullah, engkau bercerita tentang Dajjal pada pagi hari dan engkau mengangkat serta merendahkan bunyi, sehingga kami menduga bahwa ia berada di antara pepohonan korma.’ Rasulullah lantas bersabda: ‘Bukan Dajjal yang saya khawatirkan atas kalian. Dan kalau ia keluar dan aku berada di tengah kalian maka akulah yang hendak menuntaskan urusannya. Dan jikalau beliau keluar dan saya tidak berada di tengah kalian, maka setiap orang menuntaskan urusannya masing-masing’.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah rahimahullahu dalam Kitabul Fitan (no. 4045) dari Hudzaifah bin Usaid Abu Suraihah radhiyallahu ‘anhu:
كُنَّا قُعُوْدًا نَتَحَدَّثُ فِي ظِلِّ غُرْفَةٍ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَا السَّاعَةَ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَنْ تَكُوْنَ – أَوْ لَنْ تَقُوْمَ – السَّاعَةُ حَتَّى يَكُوْنَ قَبْلَهَا عَشْرُ آيَاتٍ طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوْجُ الدَّابَّةِ وَخُرُوْجُ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ وَالدَّجَّالُ وَعِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَالدُّخَانُ وَثَلاَثَةُ خُسُوْفٍ خَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِجَزِيْرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ تَخْرُجُ نَارٌ مِنْ الْيَمَنِ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَسُوْقُ النَّاسَ إِلَى الْمَحْشَرِ
“Kami sedang duduk-duduk berbicara di bayang-bayang salah satu kamar Rasulullah. Kami berbincang perihal hari kiamat, dan suara kami pun menjadi meninggi. Lalu ia bersabda: ‘Tidak akan terjadi hari akhir zaman sehingga timbul sepuluh tanda; yaitu terbitnya matahari dari sebelah barat, munculnya Dajjal, munculnya asap, keluarnya binatang, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Isa putra Maryam, dan tiga khusuf (terbenam ke dalam bumi), satu di timur, satu di barat dan satu di Jazirah Arab, dan api yang keluar dari arah Yaman dari dataran terendah ‘Adn yang menggiring manusia ke tempat mahsyar’.”
Berita wacana munculnya Dajjal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang wajib diimani dengan sifat-sifat yang telah disebutkan dengan terang dan terang yang tidak perlu penakwilan apapun, di antaranya:
1. Dia dari Bani Adam
2. Laki-laki
3. Pemuda
4. Pendek
5. Berkulit merah
6. Keriting rambutnya
7. Dahinya lebar
8. Lehernya lebar
9. Matanya buta sebelah kanan
10.Tertulis di antara dua matanya ك ف ر (yang berarti kafir)
11.Tidak berketurunan
12.Pada matanya sebelah kiri terdapat daging tumbuh.
Sifat-sifat di atas disebutkan di dalam banyak hadits baik dalam Ash-Shahihain (Al-Bukhari dan Muslim) atau selain keduanya.
Dajjal adalah dari Bani Adam, Bukan Lambang Kejahatan dan Kerusakan
Termasuk benarnya keimanan seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya yakni mengimani bahwa Dajjal yaitu dari Bani Adam, dan bukan sebuah lambang kejahatan dan lambang khurafat, mirip yang telah dikatakan oleh Muhammad Abduh dalam kitab tafsirnya Al-Manar (3/317), lalu disertai oleh Abu ‘Ubayyah yang menyampaikan bahwa Dajjal yakni sebuah lambang dari kejahatan dan bukan salah seorang Bani Adam. (Asyrathus Sa’ah, hal. 316)
Penakwilan ini tergolong perilaku memalingkan makna lahiriah (tekstual) nash-nash.
Asal Dajjal dari Bani Adam sudah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits. Dari klarifikasi nash tersebut tidaklah masuk nalar jika dimaknakan terhadap suatu lambang. Coba perhatikan hadits di bawah ini yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu (no. 6484) dan Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
ذَكَرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَيْنَ ظَهْرَانَيِ النَّاسِ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ أَلاَ إِنَّ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ. قَالَ: وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَانِي اللَّيْلَةَ فِي الْمَنَامِ عِنْدَ الْكَعْبَةِ فَإِذَا رَجُلٌ آدَمُ كَأَحْسَنِ مَا تَرَى مِنْ أُدْمِ الرِّجَالِ تَضْرِبُ لِمَّتُهُ بَيْنَ مَنْكِبَيْهِ، رَجِلُ الشَّعْرِ يَقْطُرُ رَأْسُهُ مَاءً، وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى مَنْكِبَيْ رَجُلَيْنِ وَهُوَ بَيْنَهُمَا يَطُوْفُ بِالْبَيْتِ فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالُوا: الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ. وَرَأَيْتُ وَرَاءَهُ رَجُلاً جَعْدًا قَطَطًا أَعْوَرَ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَشْبَهِ مَنْ رَأَيْتُ مِنْ النَّاسِ بِابْنِ قَطَنٍ، وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى مَنْكِبَيْ رَجُلَيْنِ يَطُوْفُ بِالْبَيْتِ. فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذَا الْمَسِيْحُ الدَّجَّالُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan pada suatu hari di tengah hiruk pikuk perihal Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah, dan ketahuilah Al-Masih Ad-Dajjal ialah buta mata sebelah kanannya, mirip buah anggur yang menonjol.” Ibnu ‘Umar berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Diperlihatkan dalam mimpiku pada sebuah malam dikala saya berada di Ka’bah, kehadiran secara datang-tiba seseorang dari Bani Adam yang terlihat sungguh manis, berkulit sawo matang dari Bani Adam, rambutnya tersisir di antara kedua pundaknya, dalam kondisi menaruh kedua tangannya di atas dua pundak dua laki-laki dan dia melakukan thawaf di antara keduanya saya berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka berkata: ‘Al-Masih bin Maryam.’ Dan aku menyaksikan di belakangnya ada seseorang yang sangat keriting rambutnya dan buta matanya sebelah kanan dan serupa dengan Ibnu Qathan. Dia menaruh tangannya di atas pundak dua laki-laki dan thawaf di Ka’bah. Lalu aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab: ‘Ini yaitu Al-Masih Ad-Dajjal’.”
Kenapa Tidak Disebutkan Dajjal Di dalam Al-Qur`an dengan Jelas Sebagaimana dalam Hadits-hadits?
Mungkin orang-orang akan bertanya kenapa tidak disebutkan di dalam Al-Qur`an dengan terang tentang Dajjal sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits? Padahal kasus Dajjal tidaklah jauh lebih besar dari masalah Ya’juj dan Ma’juj, sementara problem Ya’juj dan Ma’juj disebutkan di dalam Al-Qur`an?
Telah disebutkan alasannya adalah oleh para ulama dalam banyak usulan. Di antaranya:
1. Penyebutan Dajjal di dalam Al-Qur`an termasuk dalam kandungan ayat:
هَلْ يَنْظُرُوْنَ إِلاَّ أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلاَئِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيْمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُوْنَ
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kehadiran malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kehadiran (siksa) Rabbmu atau kehadiran beberapa ayat Rabbmu. Pada hari hadirnya ayat dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi akidah seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau ia (belum) mengusahakan kebaikan dalam era imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu, bekerjsama kamipun menunggu (pula)’.” (Al-An’am: 158)‎
Yang dimaksud dengan ‘gejala Rabbmu’ dalam ayat ini yakni hadirnya Dajjal, terbitnya matahari dari sebelah barat, dan munculnya daabbah (binatang). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menjelaskan di dalam sebuah sabdanya:
ثَلاَثَةٌ إِذَا خَرَجْنَ لَمْ يَنْفَعْ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ: الدَّجَّالُ وَالدَّابَّةُ وَطُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Tiga hal bila telah muncul (terjadi) maka tiada bermanfaat lagi sebuah keimanan bagi seorang jiwa yang belum beriman (sebelumnya): Dajjal, daabbah, dan terbitnya matahari dari arah barat.”
2. Al-Qur`an menyebutkan akan turunnya Nabi ‘Isa ‘alaihissalam dan dialah yang akan membunuh Dajjal.Maka dengan menyebutkan Masihil Huda (Nabi ‘Isa ‘alaihissalam) sudah cukup dari penyebutan Masihidh Dhalal (Dajjal). Dan kebiasaan orang Arab ialah mencukupkan diri dengan menyebutkan salah satu yang berlawanan.
3. Bahwa munculnya Dajjal disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan namun pada umumnya manusia tidak mengetahui.” (Al-Mu`min: 57)
Yang dimaksud kata “insan” di dalam ayat ini yaitu Dajjal. Dalam istilah kaidah bahasa tergolong dalam bagian penyebutan secara biasa sedangkan yang dimaksud yakni khusus, ialah Dajjal. Abu ‘Aliyah berkata: “Artinya lebih besar dari penciptaan Dajjal yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi.”(Tafsir Al-Qurthubi, 15/325)
Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Ini, jika memang benar, adalah sebaik-baik balasan. Dan ini tergolong perkara-perkara yang ditugaskan kepada Rasul-Nya untuk dijelaskan. Dan ilmunya ada di segi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Fathul Bari, 13/92)
4. Al-Qur`an tidak menyebutkan Dajjal selaku bentuk penghinaan terhadapnya. Di mana ia menobatkan dirinya sebagai Tuhan, padahal ia yakni manusia. Tentu sikapnya ini menafikan kemahaagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemahasempurnaan-Nya serta kesucian-Nya dari sifat-sifat kelemahan. Oleh alasannya itu, persoalan Dajjal di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sangat hina dan kecil untuk disebutkan.
Jika demikian, mengapa perihal Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan disebutkan di dalam Al-Qur`an? Jawabannya yaitu: “Perkara Fir’aun sudah final dan habis masanya, dan disebutkan sebagai peringatan bagi insan. Adapun permasalahan Dajjal, akan timbul di akhir zaman sebagai cobaan bagi insan.”
Dan sering kali, sesuatu itu tidak disebutkan sebab terang dan nyata perkaranya.
Inilah beberapa usulan dari tanggapan dan alasan ulama wacana mengapa tidak disebutkan masalah Dajjal di dalam Al-Qur`an. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu masuk akal jika timbul, risikonya Ibnu Hajar rahimahullahu menerangkan: “Pertanyaan tentang tidak disebutkannya Dajjal di dalam Al-Qur`an akan terus muncul. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan masalah Ya`juj dan Ma`juj, sementara fitnah mereka sama dengan fitnahnya Dajjal.” (Fathul Bari, 13/91-92)
Pengarang kitab Asyrathus Sa’ah menguatkan pendapat yang pertama adalah Dajjal sudah disebutkan di dalam Al-Qur`an sebagaimana kandungan ayat dalam surat Al-An’am di atas secara global, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diamanatkan untuk menjelaskannya (secara rinci). (Asyrathus Sa’ah, hal. 333)
Fitnah Dajjal
Tidak ada yang mengingkari bahwa fitnah Dajjal yakni fitnah besar sepanjang perjalanan hidup Bani Adam di atas dunia ini hingga pada hari akhir zaman. Hal ini disebabkan aneka macam bentuk kecacatan yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang bisa diperbuat oleh Dajjal tersebut, sebagaimana diterangkan dalam banyak riwayat. Dua fitnah yang bantu-membantu diusung oleh Dajjal untuk merekrut pengikut itulah fitnah syahwat dan fitnah syubuhat. 
Ketika Dajjal akan muncul, jumlah kaum muslimin diseluruh dunia amatlah banyak dan makin bertambah kuat. Hal ini bisa kita lihat di sebagian daerah eropa, dimana semakin tingginya animo masyarakat barat memeluk islam. Namun mendekati keluarnya Dajjal, kaum muslimin ditimpa bala’ yang amat berat. Hujan tidak kunjung turun. Tanaman pun tidak berkembang. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
وَإِنَّ قَبْلَ خُرُوجِ الدَّجَّالِ ثَلاَثَ سَنَوَاتٍ شِدَادٍ يُصِيبُ النَّاسَ فِيهَا جُوعٌ شَدِيدٌ يَأْمُرُ اللَّهُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الأُولَى أَنْ تَحْبِسَ ثُلُثَ مَطَرِهَا وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ ثُلُثَ نَبَاتِهَا ثُمَّ يَأْمُرُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الثَّانِيَةِ فَتَحْبِسُ ثُلُثَىْ مَطَرِهَا وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ ثُلُثَىْ نَبَاتِهَا ثُمَّ يَأْمُرُ اللَّهُ السَّمَاءَ فِى السَّنَةِ الثَّالِثَةِ فَتَحْبِسُ مَطَرَهَا كُلَّهُ فَلاَ تَقْطُرُ قَطْرَةٌ وَيَأْمُرُ الأَرْضَ فَتَحْبِسُ نَبَاتَهَا كُلَّهُ فَلاَ تُنْبِتُ خَضْرَاءَ فَلاَ تَبْقَى ذَاتُ ظِلْفٍ إِلاَّ هَلَكَتْ إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ ». قِيلَ فَمَا يُعِيشُ النَّاسَ فِى ذَلِكَ الزَّمَانِ قَالَ «
التَّهْلِيلُ وَالتَّكْبِيرُ وَالتَّسْبِيحُ وَالتَّحْمِيدُ وَيُجْرَى ذَلِكَ عَلَيْهِمْ مَجْرَى الطَّعَامِ
“Sesungguhnya tiga tahun sebelum hadirnya Dajjal, adalah waktu yang sangat sukar, di mana manusia
akan ditimpa kekurangan materi kuliner dan kelaparan yang amat sangat, Allah akan memerintahkan terhadap langit pada tahun pertama untuk menahan sepertiga dari hujannya, dan memerintahkan terhadap bumi untuk menahan sepertiga dari tanaman-tanamannya. 
Dan pada tahun kedua Allah akan menyuruh kepada langit untuk menahan dua pertiga dari hujannya dan memerintahkan kepada bumi untuk menahan duapertiga dari tumbuh-tumbuhannya. Kemudian di tahun yang ketiga, Allah memerintahkan kepada langit untuk menahan semua air hujannya, maka beliau tidak meneteskan setetes air pun dan Allah memerintahkan kepada bumi untuk menahan semua tumbuhan-tanamannya, maka sesudah itu tidak dijumpai satu tanaman hijau yang tumbuh dan semua binatang yang berkuku akan mati, kecuali yang tidak diharapkan oleh Allah.” Kemudian para teman bertanya, “Dengan apakah insan akan hidup pada ketika itu?” Beliau menjawab, “Tahlil, takbir dan tahmid akan sama artinya bagi mereka dengan masakan.”
Ditengah segala kekurangan dan kekecauan dunia tersebut datanglah ad dajjal memperlihatkan surganya, dia bukan hanya bisa mendatangkan hujan bahkan mampu menghidupkan kembali orang yang sudah wafat. 
“…Dia datang terhadap satu kaum kemudian mendakwahi mereka. Merekapun beriman kepadanya, menerima dakwahnya. Maka Dajjal menyuruh langit untuk hujan dan menyuruh bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka turunlah hujan dan tumbuhlah flora….” (HR. Muslim no. 2937)
Di bawah ini akan diterangkan beberapa fitnah besar Dajjal terhadap umat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
1. Bersama Dajjal ada surga dan neraka
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya (no. 2934) dari teman Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الدَّجَّالُ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى جُفَالُ الشَّعَرِ مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ
“Dajjal ialah buta sebelah kiri, sangat keriting rambutnya, dan bersamanya nirwana dan neraka. Namun nerakanya yaitu surga dan surganya yakni neraka.”
Disinilah umat muslim kembali lagi diuji keimanannya untuk lebih mengetahui lagi mana yang bisa bertahan dari bujuk rayu dajjal dan mana yang mau menukarkan imannya dengan surganya dajjal.
2. Bersamanya ada sungai-sungai yang sarat air
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu (no. 2934) dari shahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا مَعَ الدَّجَّالِ، مِنْهُ مَعَهُ نَهْرَانِ يَجْرِيَانِ أَحَدُهُمَا رَأْيَ الْعَيْنِ مَاءٌ أَبْيَضُ وَاْلآخَرُ رَأْيَ الْعَيْنِ نَارٌ تَأَجَّجُ فَإِمَّا أَدْرَكَنَّ أَحَدٌ فَلْيَأْتِ النَّهْرَ الَّذِي يَرَاهُ نَارًا وَلْيُغَمِّضْ ثُمَّ لْيُطَأْطِئْ رَأْسَهُ فَيَشْرَبَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مَاءٌ بَارِدٌ، وَإِنَّ الدَّجَّالَ مَمْسُوْحُ الْعَيْنِ عَلَيْهَا ظَفَرَةٌ غَلِيْظَةٌ مَكْتُوْبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang menyertai Dajjal. Yaitu, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Dengan pandangan mata, salah satunya ialah air yang putih dan yang lain api yang berkobar. Maka barangsiapa menjumpai yang demikian hendaklah ia mendatangi sungai yang dia lihat selaku api dan pejamkan matanya kemudian tundukkan kepalanya dan minumlah darinya, sebab bekerjsama itu yaitu air yang cuek. Sesungguhnya Dajjal buta dan pada matanya ada daging berkembang yang tebal serta tertulis di antara dua matanya kafir, yang mau dibaca oleh setiap orang yang beriman baik yang bisa menulis atau tidak.”
3. Memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan bumi menumbuhkan tanamannya
Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam riwayat Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih beliau (no. 2937) dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu:
قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا لَبْثُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ:أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِيْنَا فِيْهِ صَلاَةُ يَوْمٍ؟ قَالَ: لاَ، اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا إِسْرَاعُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ: كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيْحُ، فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوْهُمْ فَيُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَيَسْتَجِيْبُوْنَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَاْلأَرْضَ فَتُنْبِتُ
Kami berkata: “Ya Rasulullah, berapa lama masa tinggalnya di atas dunia?” Beliau bersabda: “40 hari. Satu hari bagaikan satu tahun, satu hari bagaikan satu bulan, dan satu hari bagaikan satu minggu dan disamping itu harinya sama dengan hari biasa.” Kami menyampaikan: “Ya Rasulullah, bagaimana jika satu hari bagaikan satu tahun, apakah cukup bagi kita untuk melaksanakan shalat satu hari?” Rasulullah bersabda: “Tidak, tetapi ukurlah kadarnya.” Kami berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana ihwal kecepatannya di wajah bumi?” Beliau bersabda: “Bagaikan hujan yang ditiup oleh angin kemudian beliau mengunjungi kaum dan menyerukan mereka sehingga mereka beriman kepadanya dan mendapatkan seruannya. Dia juga menyuruh langit untuk menurunkan hujan dan lalu hujan turun; dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tumbuhan maka kemudian tumbuh.”
4. Bersamanya segala perbendaharaan bumi, dan bisa menempuh arah dengan cepat bagaikan hujan yang ditiup oleh angin. Sebagaimana dalil yang disebutkan di atas.
5. Menghidupkan dan mematikan.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dari sobat Abu Sai’d Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu (no. 2938) berkata:
حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا حَدِيْثًا طَوِيْلاً عَنِ الدَّجَّالِ فَكَانَ فِيْمَا حَدَّثَنَا قَالَ: يَأْتِي وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْمَدِيْنَةِ فَيَنْتَهِي إِلَى بَعْضِ السِّبَاخِ الَّتِي تَلِي الْمَدِيْنَةَ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ فَيَقُوْلُ لَهُ: أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيْثَهُ. فَيَقُوْلُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ أَتَشُكُّوْنَ فِي اْلأَمْرِ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: لاَ. قَالَ: فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيْهِ فَيَقُوْلُ حِيْنَ يُحْيِيْهِ: وَاللهِ مَا كُنْتُ فِيْكَ قَطُّ أَشَدَّ بَصِيْرَةً مِنِّي اْلآنَ. قَالَ: فَيُرِيْدُ الدَّجَّالُ أَنْ يَقْتُلَهُ فَلاَ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami suatu hadits yang panjang ihwal Dajjal pada sebuah hari. Di antara apa yang ia sampaikan yakni: “Dajjal tiba dan dia diharamkan untuk masuk ke kota Madinah, maka ia rampung di kawasan yang tanahnya bergaram yang berada di sekeliling Madinah. Maka keluarlah kepadanya seorang yang paling baik dan ia berkata: ‘Aku bersaksi bahwa kau yaitu Dajjal yang sudah diceritakan oleh Rasulullah.’ Lalu Dajjal berkata (kepada pengikutnya): ‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini kemudian menghidupkannya, apakah kalian masih tetap ragu ihwal urusanku?’ Mereka berkata: ‘Tidak.’ Dia pun membunuhnya lalu menghidupkannya. Orang yang baik itu berkata sesudah dihidupkan: ‘Demi Allah, saya kian percaya tentang dirimu.’ Rasulullah berkata: ‘Lalu Dajjal ingin membunuhnya lagi namun ia tidak sanggup melakukannya’.”
Orang tersebut tidaklah bisa dibunuh lagi oleh sang dajjal untuk kedua kalinya, alasannya iktikad dan keyakinannya kepada Allah Ta’ala, maka Allah tidak mengizinkan hal itu terjadi.
Adapun keadaan dunia pada dikala ini sudah berada pada kondisi sangat jelasnya tingkat keimanan setiap orang, bagi yang imannya setengah-setengah, maka dengan gampang dia akan terjerumus dalam tipu daya dajjal lalu mengikuti setiap langkah sang dajjal, namun kalau keadaan keyakinan seorang muslim sejati, maka beliau akan semakin menguatkan imamnya dan kian mendekatkan diri terhadap Allah SWT.
6. Melakukan penipuan dengan mengubah wujud seseorang
Demikianlah beberapa bentuk dari sekian fitnah Dajjal yang sangat dahsyat. Tidak ada seorang pun yang mau selamat melainkan orang-orang yang berupaya menyelamatkan dirinya kemudian dijemput oleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia selamat dari fitnah Dajjal yang amat sangat dahsyat.
Bentuk fitnah yang juga diusung oleh Dajjal dalam rangka mencari pengikut ialah fitnah syahwat. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah menguji kita dengan sedikit harta benda dunia dan kita berguguran menjadi budak kesesatan. Bisa dibayangkan kalau si Dajjal mengusung surga dan neraka, membunuh dan membangkitkan, di tangannya ada perbendaharaan bumi, memerintahkan langit untuk menurunkan hujan kemudian turun. Dan memerintahkan bumi menumbuhkan tanam-tumbuhan lalu tumbuh, lalu menawarkannya kepada kita. Ke manakah kita akan menginjakkan kaki? Apakah menjadi pengikut Dajjal yang di tangannya kenikmatan semu, atau menjadi kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.
Jadi mengapa fitnah dajjal itu disebut sebagai fitnah yang paling mengerikan bagi sebagian ulama, alasannya  pada ketika itu sedemikian gampangnya orang beriman mengganti keyakinannya dalam hitungan hari bahkan jam menjadi seorang kafir, dajjal tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk membelokkan iktikad seseorang, beliau cuma menunjukkan bukti bahwa beliau bisa menurunkan hujan dan menghidupkan kembali orang yng telah mati, maka berpindahlah iktikad orang tersebut menjadi kafir. 
Apa yang kita lihat kini ini di sekeliling kita mungkin telah menyerupai kondisi tersebut. Kondisi ekonomi yang kian susah, pekerjaan kian langka, materi kuliner kian mahal, dan iklim dan cuaca yang makin tidak menentu, memudahkan seseorang memutuskan untuk mengganti pendiriannya, bahkan merubah keyakinannya perihal kepercayaannya atau bahkan keyakinannya.
Lalu apakah benar kita telah memasuki 3 tahun pertama kehadiran dajjal mirip yang telah disebutkan diatas? yang niscaya, Allah telah mengisyaratkan bahwa di tahun pertama jumlah masyarakatmuslim sudahlah dalam jumlah amat banyak dan Allah telah menyuruh langit untuk menahan sepertiga dari hujannya dan memerintahkan terhadap bumi untuk menahan sepertiga dari flora-tanamannya. 
Jika kondisi itu telah kita rasakan, maka mulailah kita banyak-banyak bertahlil, takbir dan tahmid dan memohon pemberian kepada Allah. Semoga kita terhindar dari fitnah dajjal yang seram itu.‎
‎Ucapan Ulama tentang Kejadian Luar Biasa pada Dajjal
Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu berkata: “Hadits-hadits ini yang disebutkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dan selain dia ihwal dongeng Dajjal yakni hujjah bagi ahlul haq wacana kebenarannya. Dia ialah manusia lazimyang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesanggupan kepadanya berbentukhal-hal yang merupakan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, mirip membangkitkan mayit yang dibunuhnya, serta bersamanya ada segala kenikmatan dunia, nirwana dan neraka, perbendaharaan dunia, beliau memerintahkan langit untuk menurunkan hujan kemudian terjadi dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan lalu terealisasi. Semuanya terjadi dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kehendak-Nya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menunjukkan kepadanya ketidaksanggupan untuk membunuh orang tersebut (sesudah dia menghidupkannya) dan selain orang tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga membatilkan urusannya lalu dia dibunuh oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkan orang-orang yang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah dan seluruh jago hadits serta para fuqaha dan para peneliti. Berbeda dengan orang-orang yang mengingkarinya dan menolak perkaranya, seperti Khawarij, Jahmiyyah, sebagian Mu’tazilah serta selain mereka, ialah bahwa Dajjal itu benar adanya, namun kejadian-kejadian luar biasa pada diri Dajjal yakni imajinasi yang tidak mempunyai hakikat. Mereka menduga, bila hal itu benar pasti tidak ada perbedaan dengan mukjizat yang terjadi pada diri nabi. Cara berfikir mirip ini termasuk kesalahan mereka semuanya, sebab Dajjal tidak mengaku selaku nabi dan apa yang terjadi pada dirinya cuma sebatas selaku bukti bahwa ia Dajjal. Dia justru mengaku selaku Rabb, meski pada kenyataannya beliau berdusta dalam pengakuannya, dari segi penampilannya sendiri, sesuatu yang gres terjadi, kekurangan dalam hal penciptaan, ketidaksanggupannya untuk menghilangkan kebutaan matanya dan menghilangkan tulisan kafir yang terdapat di antara dua matanya.
Karena bukti-bukti ini dan selainnya pada diri Dajjal, maka tidak tertipu dengannya kecuali orang-orang rendahan. Ini semata-mata untuk menutupi cita-cita dan kemiskinan, berharap untuk memenuhi keperluan hidup, atau menyelamatkan dirinya, atau takut dari gangguannya, alasannya fitnahnya yang dahsyat dan membingungkan nalar.
Oleh alasannya adalah itulah, para nabi memperingatkan dari fitnahnya serta menerangkan ihwal kekurangan dan bukti kedustaannya. Adapun orang yang diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka tidak akan tertipu dan kesengsem dengan apa yang menyertainya dari bukti-bukti yang sarat kedustaan bersamaan dengan apa yang sudah dijelaskan tentang keadaannya. Pantaslah orang yang sudah dibunuhnya berkata: “Tidak menambahku perihal dirimu kecuali iman.” (Syarah Shahih Muslim 18/58-59 dan Fathul Bari 13/105)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya Dajjal dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala selaku cobaan bagi hamba-hamba-Nya dengan kejadian-kejadian luar biasa yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat tangannya yang bisa disaksikan pada masanya. Dan bagi orang yang memenuhi panggilannya; menyuruh langit untuk menurunkan hujan kemudian turun dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanamannya kemudian terealisasi yang bisa dikonsumsi oleh binatang-hewan ternak dan dimanfaatkan oleh mereka sendiri lalu mereka bisa mengambil manfaat dari binatang ternak baik daging ataupun susunya. Dan orang yang tidak memenuhi panggilannya serta menolak seruannya akan ditimpa oleh paceklik penuh kekurangan, hewan-hewan ternak mereka habis mati, kekurangan pada harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Bersamanya juga ada perbendaharaan bagaikan mayang kurma dan beliau membunuh seseorang lalu menghidupkannya. Ini semua bukan penipuan melainkan hakikat yang faktual yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya pada akhir zaman nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyesatkan banyak orang dan memberikan hidayah kepada mereka. Orang-orang yang ragu, pasti mereka akan kafir. Dan akan bertambahlah iman orang-orang yang beriman.” (An-Nihayah/Al-Fitan Wal Malahim 1/121)
Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Pada diri Dajjal terdapat bukti faktual atas kedustaannya di hadapan orang-orang yang berakal. Karena dia memiliki wujud fisik serta memiliki bukti dari perbuatannya. Bersamaan dengan kelemahan pada dirinya bahwa ia yaitu orang yang buta sebelah matanya. Jika ia menyeru insan untuk mempertuhankannya itu menawarkan keadaannya yang paling buruk. Bagi orang yang berilmu mengetahui bahwa beliau mustahil akan bisa menciptakan selainnya, memperbaiki dan memperbagus serta dia tidak sanggup untuk menghilangkan kekurangan (seperti: matanya yang buta, tulisan kafir di dahinya, dll) yang ada pada dirinya. Maka ucapan yang paling ringan untuk dikatakan yaitu: ‘Wahai orang yang menyangka mampu membuat langit dan bumi, bentuklah dirimu, perbaguslah dan hilangkan sifat kekurangan pada dirimu. Dan bila kamu menduga bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang gres pada diri Rabb, maka hilangkan apa yang tertulis di antara kedua matamu’.” (Fathul Bari 13/103)
Ibnul ‘Arabi rahimahullahu berkata: “Segala tanda-tanda kebesaran yang terjadi pada tangan Dajjal, dari turunnya hujan serta tanah menjadi subur bagi orang yang memercayainya, dan ketandusan atas orang yang mengingkarinya, dan segala yang bersamanya berbentukperbendaharaan bumi, bersamanya surga dan neraka dan air yang mengalir, seluruhnya ialah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar orang-orang yang ragu menjadi binasa dan orang-orang yang bertakwa menjadi selamat. Semuanya merupakan masalah yang sangat angker. Oleh alasannya adalah itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada fitnah yang paling besar dari fitnah Dajjal.” (Fathul Bari 13/103)
Demikianlah beberapa ucapan para ulama bahwa peristiwa-insiden luar biasa pada diri Dajjal ialah kasus yang hakiki, bukan khayalan atau suatu kamuflase. Dan demikianlah informasi-informasi nash yang wajib diimani.
Kiat-Kiat Terhindar dari Fitnah Dajjal
Sebagaimana dalam pembahasan di atas sangat jelas bahwa fitnah Dajjal amat sangat berat dan besar sehingga tidaklah heran jikalau Dajjal memiliki banyak pengikut. Dan pengikut Dajjal yang terbanyak ialah dari kalangan Yahudi, orang ajam (orang-orang non Arab), bangsa Turki, orang-orang A’rabi (orang Badui yang dikuasai kejahilan), dan kaum wanita. Hal ini sudah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti sabda dia:
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
“Yang akan mengikuti Dajjal yakni Yahudi Ashbahan dan 70.000 dari mereka menggunakan busana yang tebal dan bergaris.” (HR. Muslim no. 5237 dari sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu)
Dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu no. 11290 disebutkan: “70.000 dari mereka memakai mahkota.”
Begitu juga dari kaum ‘ajam, sudah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat Al-Bukhari (no. 3323) dari sobat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Adapun bangsa Turki disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu: “Yang nampak, wallahu ‘alam, yang dimaksud dengan orang-orang Turki ialah para pembela Dajjal.” (An-Nihayah 1/117)
Tentang kondisi orang-orang Badui selaku pengikut Dajjal terbanyak disebabkan kejahilan menguasai mereka, sebagaimana dalam riwayat Muslim rahimahullahu dari teman Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu.
Adapun kebanyakan pengikut mereka dari kaum wanita sebab kondisi mereka lebih buruk dari kaum Badui, alasannya adalah cepatnya mereka terpengaruh dan mereka dikuasai kejahilan, sebagaimana dalam riwayat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullahu dan dishahihkan sanadnya oleh Ahmad Syakir rahimahullahu.
Kalaulah demikian besar fitnahnya dan banyak yang mengikutinya, maka telah barang pasti kita mesti berusaha menyelamatkan diri dari fitnahnya. Dan inilah beberapa tips untuk menyelamatkan diri dari fitnah-fitnah Dajjal.
Pertama: Berpegang teguh dengan Islam dan bersenjatakan doktrin serta mengetahui nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya yang mulia yang tidak ada seorangpun menyamai-Nya dalam duduk perkara ini. Diketahui bahwa Dajjal yaitu insan lazimyang makan dan minum, dan Maha Suci Allah dari hal itu. Dajjal buta sebelah sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak demikian. Dan tidak ada seorang pun mampu melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga mati, sementara Dajjal dilihat ketika keluarnya baik oleh orang-orang kafir atau mukmin.
Kedua: Berlindung dari fitnah Dajjal, apalagi ketika shalat sebagaimana yang banyak diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga: Membaca sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi baik awal ataupun balasannya di hadapan Dajjal, sebagaimana yang sudah disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keempat: Lari dari Dajjal dan mencari kawasan pemberian, seperti kota Makkah dan Madinah. Karena keduanya yaitu kawasan yang tidak akan dimasuki oleh Dajjal, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim dari teman ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu.‎
Dajjal Shoghir mesti Diwaspadai
Hendaknya kita besar hati selaku Muslim. Hindari perilaku Fanatik Golongan. Ingat azab kubur dan siksa neraka. Jangan sampai semua ciri2 khawarij / pengikut Dajjal yang disebut Nabi ada pada diri kita. Mau masuk neraka?
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Suatu ketika wacana Dajjal disebutkan di hadapan Rasulullah shallallahu ’alaih wa sallam lalu dia bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih saya takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang mampu selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah yang dibuat semenjak adanya dunia ini – baik kecil ataupun besar – kecuali untuk fitnah Dajjal.” (HR. Ahmad 22215)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
“Allah tidak menurunkan ke wajah bumi fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal.” (HR. Thabrani 1672)
لَا يَخْرُجُ الدَّجَّالُ حَتَّى يَذْهَلَ النَّاسُ عَنْ ذِكْرِهِ وَحَتَّى تَتْرُكَ الْأَئِمَّةُ ذِكْرَهُ عَلَى الْمَنَابِرِ
“Dajjal tidak akan timbul sehingga sekalian insan sudah lupa untuk mengingatnya dan sehingga para Imam tidak lagi menyebut-nyebutnya di atas mimbar-mimbar.” (HR. Ahmad 16073)
Kemunculan Dajjal ialah puncak dari munculnya fitnah terbesar dan menyeramkan di muka bumi ini bagi umat insan terutama umat Muslim. Kemunculannya di kiamat, di periode imam Mahdi dan Nabi Isa ‘alaihis salam, akan banyak menghipnotis besar bagi umat muslim sehingga banyak yang mengikutinya kecuali orang-orang yang Allah jaga dari fitnahnya.
Dalam hadits disebutkan :
قام رسول الله صلى الله عليه و سلم في الناس فأثنى على الله بما هو أهله، ثم ذكر الدجال فقال: ” إني لأنذركموه، وما من نبي إلا وقد أنذر قومه
“ Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di hadapan insan dan memuji keagungan Allah, kemudianbeliau menyebutkan Dajjal kemudian mengatakan : “ Sesungguhnya aku memperingatkan kalian akan dajjal,tidak ada satu pun seorang nabi, kecuali telah memperingatkan umatnya akan dajjal “. (HR. Bukhari : 6705)
Dalam hadits lain, Nabi bersabda :
ليس من بلد إلا سيطؤه الدجال
“ Tidak ada satu pun negeri, kecuali akan didatangi oleh dajjal “. (HR. Bukhari : 1782)
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إنَّ مِن بعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمًا يَقْرَؤُنَ اْلقُرآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَلاَقِمَهُمْ يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ اْلإسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ اْلإسْلاَمِ كمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مَنَ الرَّمِيَّةِ، لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ
“ Sesungguhnya sehabis wafatku kelak akan ada kaum yang cerdik membaca al-Alquran namun tidak hingga melewati kerongkongan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala,mereka lepas dari Islam mirip panah yang lepas dari busurnya seandainya (usiaku panjang dan) menjumpai mereka (kelak), maka aku akan memerangi mereka seperti memerangi (Nabi Hud) kepada kaum ‘Aad “.(HR. Abu Daud, kitab Al-Adab bab Qitaalul Khawaarij : 4738)
Nabi juga bersabda :
سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ لاَ يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّ عَلَى فُوقِهِ هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ وَقَتَلُوهُ يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ
“ Akan ada pertengkaran dan perseteruan pada umatku, suatu kaum yang memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan, mereka membaca Al-Alquran tetapi tidak melewati kerongkongan, mereka lepas dari Islam sebagaimana anak panah lepas dari busurnya, mereka tidak akan kembali (pada Islam) sampai panah itu kembali pada busurnya. Mereka seburuk-buruknya makhluk. Beruntunglah orang yang membunuh mereka atau dibunuh mereka. Mereka mengajak pada kitab Allah namun justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka, maka orang yang memerangi lebih baik di segi Allah dari mereka “, para sahabat bertanya “ Wahai Rasul Allah, apa cirri khas mereka? Rasul menjawab “ Bercukur botak “. (Sunan Abu Daud : 4765)
Nabi juga bersabda :
سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمانِ قَومٌ أَحْدَاثُ اْلأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ قَوْلَ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنَ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، فَإذَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ ، فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْراً لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَة
“ Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap dengan ucapan sbeaik-baik insan (Hadits Nabi), membaca Al-Alquran tetapi tidak melalui kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya, maka kalau kalian berjumpa dengan mereka, perangilah mereka, alasannya adalah memerangi mereka menuai pahala di segi Allah kelak di hari kiamat “. (HR. Imam Bukhari 3342)
Dalam hadits lain Nabi bersabda :
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ
“ Akan timbul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membaca al-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (periode / generasi) mereka putus, maka muncul generasi selanjutnya hingga generasi final mereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya)
Ketika sayyidina Ali dan para pengikutnya tamat berperang di Nahrawain, seseorang berkata :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَبَادَهُمْ وَأَرَاحَنَا مِنْهُمْ
“ Alhamdulillah yang sudah membinasakan mereka dan mengistirahatkan kita dari mereka “, maka sayyidina Ali menyautinya :
كَلاَّ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ مِنْهُمْ لَمَنْ هُوَ فِي أَصْلاَبِ الرِّجَالِ لَمْ تَحْمِلْهُ النِّسَاءُ وَلِيَكُوْنَنَّ آخِرَهُمْ مَعَ اْلمَسِيْحِ الدَّجَّال
“ Sungguh tidak demikian, demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, bergotong-royong akan ada keturunan dari mereka yang masih berada di sulbi-sulbi ayahnya dan kelak keturunan akhir mereka akan bareng dajjal “.
Penjelasan :‎
Dalam hadits di atas Nabi menginformasikan pada kita bantu-membantu akan ada sekelompok manusia dari umat Nabi yang lepas dari agama Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya dengan sifat dan ciri-ciri yang Nabi sebutkan dalam hadits-haditsnya di atas sebagai berikut :‎
1. Senantiasa membaca al-Alquran, Namun kata Nabi bacaanya tidak hingga melewati tenggorokannyaartinya tidak membawa bekas dalam hatinya.
2. Suka memerangi umat Islam.
3. Membiarkan orang-orang kafir.
4. Memperbagus ucapan, tetapi parkteknya buruk.
5. Selalu mengajak kembali pada al-Alquran, tetapi sejatinya al-Alquran berlepas darinya.
6. Bercukur botak.
7. Berusia muda.
8. Lemahnya akal.
9. Kemunculannya di akhir zaman.
10. Generasi mereka akan terus berlanjut dan eksis hingga menajdi pengikut dajjal.
إني حدثتكم عن الدجال، حتى خشيت أن لا تعقلوا ، إن المسيح الدجال قصير أفحج ، جعد أعور ، مطموس العين ، ليست بناتئة ، ولا جحراء ، فإن التبس عليكم ، فاعلموا أن ربكم ليس بأعور
“ Sesungguhnya aku ceritkan pada kalian ihwal dajjal, alasannya adalah aku cemas kalian tidak mampu mengenalinya, bergotong-royong dajjal itu pendek lagi congkak, ranbutnya keriting (kribo), matanya buta sebelah dan tidak mencolokdan cengkung, bila kalian masih samar, maka ketahuilah bahwasanya Tuhan kalian tidaklah buta sebelah matanya “. (HR. Abu Dawud)
يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَ اْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّى يَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ
“ Akan timbul sekelompok insan dari arah Timur, yang membaca al-Alquran tetapi tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn ( masa / generasi ) mereka putus, maka timbul generasi berikutnya hingga generasi akhir mereka akan bareng dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalam Al-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalam musnadnya).
Arah Timur yang Nabi maksud tidak ada lain adalah arah Timur kota Madinah yaitu Najd sebab Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sudah menspesifikasikan letak posisinya ialah tempat dimana ciri-ciri khas penduduknya orang-orang yang mempunyai banyak unta dan baduwi yang berwatak keras dan berhati kasar dan daerah di mana menetapnya suku Mudhar dan Rabi’ah, dan semua itu hanya ada di Najd Saudi Arabia,Nabi bersabda :
مِنْ هَا هُنَا جَاءَتِ اْلفِتَنُ ، نَحْوَ اْلمَشْرِقِ ، وَاْلجَفَاءُ وَغِلَظُ اْلقُلوْبِ فيِ اْلفَدَّادِينَ أَهْلُ اْلوَبَرِ ، عِنْدَ أُصُوْلِ أَذْنَابِ اْلإِبِلِ وَاْلَبقَرِ ،فِي رَبِيْعَةْ وَمُضَرً
“Dari sinilah fitnah-fitnah akan bermunculan, dari arah Timur, dan sifat kasar juga kerasnya hati pada orang-orang yang sibuk mengelola onta dan sapi, kaum Baduwi yakni pada kaum Rabi’ah dan Mudhar “.(HR. Bukhari)
Nabi saw memprediksi bakal hadirnya kepingan zaman yang sungguh mirip dengan keadaan yang kita hadapi sampaumur ini. Fitnah menyelimuti segenap aspek kehidupan sehingga dunia menjadi laksana sepenggalan malam yang gelap gulita. Sulit memperoleh orang yang istiqomah. Sangat gampang melihat inkonsistensi manusia, termasuk mereka yang mengaku muslim sekalipun. Muslim melaksanakan dosa-dosa yang tidak sekedar menimbulkan dirinya dipandang sebagai bermaksiat di mata Allah walau imannya masih tetap diakui. Namun ada pula mereka yang bahkan melakukan dosa-dosa yang mengakibatkan batalnya akidah-syahadatain pelakunya di mata Allah.
Fitnah mencakup aspek budaya, media, sosial, politik, ekonomi, jual beli, keuangan, hukum, ideologi, agama, pendidikan, medis, olah-raga, militer dan pertahanan-keamanan. Pendek kata seseorang mampu dengan gampang terperosok ke dalam fitnah sebab berbagai faktor kehidupan dunia sampaumur ini tidak berjalan berlandaskan isyarat Ilahi. Nilai-nilai yang bersumber dari Allah dan RasulNya tidak dijunjung tinggi. Nilai-nilai produk insan-lah yang mendominasi. Tinggal pilih saja. Apakah mau terjebak ke dalam fitnah media, fitnah politik, fitnah aturan, fitnah budaya, fitnah pendidikan atau fitnah ekonomi? Atau bahkan mau borong beberapa fitnah sekaligus? Silahkan, tinggal pilih…! Na’udzubillahi min dzaalika.
Pantaslah bilamana Ahmad Thomson menyebut kondisi dunia di kurun modern ini sudah menjadi bak suatu Sistem Dajjal. Penulis muslim berkebangsaan Inggris ini berkeyakinan bahwa seiring dengan semakin hegemoniknya Sistem Dajjal dunia global, maka kian matang dan compatible(sesuai) keadaannya untuk keluarnya Ad-Dajjal. Bahkan begitu Ad-Dajjal muncul beliau bakal secepatnya dinobatkan sebagai pemimpin Sistem Dajjal yang memang disediakan semenjak usang untuk The Arrival (kehadiran) sang “Pemimpin Dunia” tersebut.
اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari azab jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan akhir hayat serta dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal” (HR Muslim 924)‎

Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq‎