Wakalah Dalam Fiqih Muamalah

A. Pengertian Wakalah

Secara etimologi wakalah mempunyai arti, al-hifdh (pemeliharaan) mirip, firman Allah dalam QS. Ali Imran/3: 173.

اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

Terjemah :

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang menyampaikan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) sudah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kau, karena itu takutlah terhadap mereka,” ternyata (ucapan) itu memperbesar (berpengaruh) doktrin mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

Wakalah juga memiliki arti tafwidh (penyerahan), pendelegasian, atau pertolongan mandat. Sebagaimana tertuang dalam QS. Hud/11: 56.

اِنِّيْ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللّٰهِ رَبِّيْ وَرَبِّكُمْ ۗمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ اِلَّا هُوَ اٰخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَا ۗاِنَّ رَبِّيْ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ

Terjemah :

Sesungguhnya aku bertawakal terhadap Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak satu pun makhluk bergerak yang bernyawa melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya). Sungguh, Tuhanku di jalan yang lurus (adil).

Sedangkan berdasarkan para mahir fiqih, wakalah bermakna: “tunjangan kewenangan/kuasa kepada pihak lain perihal apa yang mesti dilakukannya dan beliau (peserta kuasa) secara syar’i menjadi pengganti pemberi kuasa selama tenggat waktu yang diputuskan.

B. Dasar aturan

Al-Qur’an

QS. al-Kahfi/18: 19.

وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا

Terjemah :

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, supaya di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (lainnya lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa usang kau berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan menenteng uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah masakan yang lebih baik, dan bawalah sebagian kuliner itu untukmu, dan hendaklah beliau berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa saja.

  Kafalah Dalam Fiqih Muamalah

QS. al-Nisa/4: 35.

وَاِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِّنْ اَهْلِهٖ وَحَكَمًا مِّنْ اَهْلِهَا ۚ اِنْ يُّرِيْدَآ اِصْلَاحًا يُّوَفِّقِ اللّٰهُ بَيْنَهُمَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا خَبِيْرًا

Terjemah :

Dan jikalau kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga pria dan seorang juru tenang dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru tenang itu) berencana mengadakan perbaikan, pasti Allah memberi taufik terhadap suami-istri itu. Sungguh, Allah Mahateliti, Maha Mengenal.

QS. Yusuf/12: 55.

قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

Terjemah :

Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); alasannya bantu-membantu saya yakni orang yang berakal mempertahankan, dan berpengetahuan.”

Hadis

Dalam kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad saw. pernah mengutus kepada para teman untuk banyak sekali permasalahan. Di antaranya untuk membayarkan utangnya, memutuskan hukuman-hukuman dan melaksanakannya, dan lain-lain.

Ijtihad

Para ulama sudah setuju (ijma’) atas diperbolehkannya wakalah sebab kebutuhan ummat terhadapnya. Wakalah termasuk jenis ta’awun atau tolong membantu atas dasar kebaikan dan taqwa.

C. Ketentuan

Wakalah boleh dilaksanakan dengan menerima bayaran atau tanpa bayaran. Nabi Muhammad saw. memberi komisi kepada para petugas penarik zakat. Dari Bisr Ibnu Said dari Ibnu Al-Sa’idi berkata, “Umar ra. Pernah mempekerjakan aku untuk mempesona zakat (sedekah). Setelah pekerjaanku simpulan Umar memberikanku upah, maka saya protes: “aku bekerja ini cuma untuk Allah”, Umar menjawab, “Ambil saja apa yang diberikan kepadamu. Sungguh saya pernah dipekerjakan oleh Rasulullah saw. dan Beliau memberiku upah”. Imam Abu Daud juga meriwayatkan ihwal sobat yang mendapatkan bantuan  (upah), sumbangan dari kepala kampung yang sudah disembuhkannya dari sengatan binatang (kalajengking) lewat bacaan surat al-fatihah. Jika diperhatikan, dua perkara di atas yaitu tergolong amal tabarru’ (sukarela dan sosial) tetapi dalam masalah ini diperkenankan menerima fee. Seiring dengan kemajuan zaman, aktivitas yang terkait dengan jasa seperti mengajar, pengobatan, dan lain-lain dinilai selaku sebuah pekerjaan yang dapat menghasilkan uang atau imbalan.

Secara lazim wakalah ada dua macam, yaitu sebagai berikut:

  Kafalah Dalam Fiqih Muamalah

  1. Wakalah muqayyadah (khusus), yaitu pendelegasian terhadap pekerjaan tertentu. Dalam hal ini seorang wakil tidak boleh keluar dari wakalah yang diputuskan.
  2. Wakalah muthlaqah, adalah pendelegasian secara mutlaq, misalnya selaku wakil dalam banyak sekali pekerjaan. Maka, seseorang wakil mampu melaksanakan wakalah secara luas.

Ada beberapa hal yang membuat wakalah itu rampung kala berlakunya, di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Muwakkil mencabut wakalahnya terhadap wakil. Sebagian ulama Hanafi fan Maliki berpendapat hendaklah wakil mengenali pencabutan kesepakatan tersebut.
  • Wakil mengundurkan diri dari komitmen wakalah. Menurut mazhab Maliki bila dalam komitmen wakalah tak ada janji fee, maka wakil boleh mencabut atau mengundurkan diri dari janji tersebut.
  • Muwakkil meninggal dunia, maka kesepakatan wakalah itu selsai ketika gosip akhir hayat itu sampai terhadap wakil.
  • Waktu kesepakatannya telah rampung.
  • Ketika tujuan wakalah terlaksana
  • Ketika sesuatu atau barang yang menjadi objek wakalah tidak menjadi milik muwakkil. Misalnya, barang itu diambil alih oleh negara.