Mayoritas ulama setuju bahwa khotbah Jumat ialah syarat sahnya salat Jumat. Hal ini merujuk pada firman Allah, “Hai orang-orang beriman, bila diseru untuk salat Jumat, maka segeralah untuk mengenang Allah.“ (Al-Jumu’ah 62:9). Yang dimaksud “mengingat Allah” ialah khotbah Jumat (Al-Mughni II/74), dikuatkan pula dengan teladan Rasulullah SAW yang tidak pernah meninggalkan khotbah Jumat dikala melaksanakan salat Jumat. Rasulullah SAW apabila sedang khotbah Jumat tidak pernah panjang lebar atau bertele-tele. Khotbahnya singkat, padat, fokus tetapi bisa menggetarkan jiwa (Lihat hadits riwayat Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad dalam Bab Khotbah Jumat). Bahkan khotbah Jumat Nabi Muhammad lebih cepat dibandingkan bacaan shalatnya.
Ammar bin Yasir R.A. berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya khotbah Jumat yang pendek memberikan kecerdasan dan kearifan khatib (orang yang khotbah). Maka perpanjanglah bacaan shalat dan pendekkanlah khutbahnya. Yang penting penjelasan dalam khotbah itu memperlihatkan efek pada jiwa.’” (HR. Muslim, Ahmad dan Ad-Daarimi)
Keterangan ini memberikan bahwa khatib Jumat yang bijak tidak akan bertele-tele dalam khotbahnya, terlebih di kota-kota besar yang lebih banyak didominasi jamaahnya karyawan yang mempunyai waktu yang terbatas. Khotbah Jumat itu cukup 15 menit, tetapi materinya fokus, singkat, padat, mampu menjamah kesadaran beragama sehingga iktikad dan amal mengalami progresivitas.
Khotbah Jumat yang disampaikan secara singkat, sistematis dan konsentrasi diperlukan akan menunjukkan dampak positif pada jamaah. Betapa banyak jamaah salat Jumat yang tertidur alasannya khatibnya bertele-tele dan membahas sesuatu yang tidak urgent.
Khatib harus bisa mengangkat tema yang diperlukan jamaah. Isi khotbahnya harus menunjukkan solusi bukan mengakibatkan keresahan, mesti melahirkan pencerahan bukan menyebabkan kejumudan, harus menumbuhkan persaudaraan dan kebersamaan bukan menyebabkan perpecahan dan permusuhan. Karena itu Allah mengingatkan biar kita mampu mengajak manusia ke jalan Allah dengan penuh pesan tersirat dan kearifan dengan memakai bahasa yang santun dan menyentuh (An-Nahl 6:125)
sumber : Yahoo Indonesia