Tuliskan Rukun Khutbah

Ada pertanyaan nih dr belum dewasa sekolahan, coba tuliskan rukun khutbah jumat. Maka jawabannya selaku berikut :

Rukun Khutbah

Apa yg dimaksud dgn rukun khutbah ? Salah satu syarat hukum pelaksanaan shalat Jum’at adalah didahului dua khutbah. Ritual khutbah ini dilakukan sebelum shalat Jumat dilaksanakan. Khutbah Jum’at dilakukan dua kali, & antara khutbah pertama & kedua dipisahkan dgn duduknya khotib.

6 Rukun Khutbah Jumat

Khutbah Jum’at memiliki lima pilar atau 5 rukun yg mesti dipenuhi. Sebagian lagi mempunyai 6 rukun. Lima rukun khutbah tersebut wajib memakai bahasa Arab & harus dijalankan dengan-cara berurutan & berkelanjutan. Berikut lima rukun khutbah Jumat beserta penjelasannya.

  • Memuji Allah
  • Membaca sholawat
  • Berwasiat pada taqwa
  • Membaca ayat Al Quran
  • Doa

Adapun yg menyatakan bahwa rukun khutbah ada 6 yakni ditambah dgn membaca syahadat.

Memuji Allah dlm dua khotbah

Pilar pertama dr khutbah ini ialah harus menambahkan penggunaan kata “hamdun” & lafadh-lafadh yg merupakan satu akar kata dengannya, contohnya “ALHAMDU”, “AHMADU”, “NAHMADU”.

Demikian pula, dlm kata-kata “ALLAH” maka harus memakai lafadh jalalah tersebut, tak cukup menggunakan nama lain dr Allah.

Contoh pengucapan yg benar contohnya: “ALHAMDU LILLÂH”, “NAHMADU LILLÂH”, “LILLAAHIlL HAMDU”, “ANA HAMIDULLÂHA”, “ALLÂHA AHMADU”. Contoh pelafalan yg salah diantaranya “ASY-SYUKRU LILLÂHI” & “ALHAMDU LIR-RAHMÂN”

Dikayakan salah karena yg pertama tak memakai akar kata “HAMDUN”, & yg ke dua lantaran tak memakai lafadh jalalah” ALLAH “.

Keterangan di atas ditulis oleh Syekh Ibn Hajar al-Haitami dlm kitabya al-Minhaj al-Qawim Hamisy Hasyiyah al-Turmusi, juz.4, hlm. 246.

Membacakan sholawat pada Nabi Muhammad di kedua khotbah

Pembacaan sholawat ini harus memakai kata “ASHSHALATU” & lafadh yg merupakan akar kata yg sama dengannya. Adapun nama-nama Nabi Muhammad SAW tak harus memakai nama “MUHAMMAD” saja, tapi mampu menggunakan kata lainnya yg semakna mirip “AR-RASUL”, “AHMAD”, “AN-NABI”, “AL-BASYIR”, “AN-NADZIR” & lain-lain, yg merujuk pada Baginda.

Hanya saja ada syarat dlm pengucapannya yakni harus memakai isim dhahir, berdasarkan pendapat yg kuat, tak diperbolehkan menggunakan isim dlamir atau kata ganti meskipun sebelumnya sudah disebutkan marji’nya. Sedangkan berdasarkan pertimbangan yg lemah, sudah cukup walaupun menggunakan isim dhomir.

  Puisi Kecewa, Kisahmu Lukak - Oleh Satria Panji Elfalah

Contoh bacaan sholawat yg benar yaitu “ASH-SHALÂTU ‘ALAN-NABI”, “ANA MUSHALLIN’ ALÂ MUHAMMAD” , “ANA USHALLI ‘ALA RASULILLAH”. Contoh membaca sholawat yg kurang tepat yakni “SALLAAMALLÂHU ‘ALAA MUHAMMAD”, “RAHIMALLÂHU MUHAMMADAN & SHALLALLÂHU ‘ALAIHI.

Dikatakan tak tepat lantaran yg pertama & ke dua tak memakai akar kata ASH-SHALÂTU  sedangkan yg ke tiga cuma menggunakan isim dlamir.

Pendapat yg tentang syarat sholawat itu merupakan pertimbangan Syekh Mahfuzh al-Tarmasi dlm kitabnya Haasyiyah al-Turmusi, juz. 4, hal. 248. Pendapat dia ini didukung pula oleh Syykhul Islam Zakariyya al-Ansari, Shaykh al-Khathib, Shaykh al-Ramli & sebagainya.

Sedangkan pendapat ke dua yg lemah yg meyatakan cukup dgn menyebut dlamir ialah usulan sekelompok ulama Yaman, antara lain Syekh Ahmad bin Muhammad al-Nasyiri & Syekh Husain bin Abdurrahman al-Ahdal.

Membuat wasiat dgn taqwa dlm dua khotbah

Pilar ketiga dr khutbah ini tak mempunyai ketentuan redaksi tertentu. Prinsipnya yaitu setiap pesan kebaikan yg mengundang ketaatan atau menjauhi ketidaktaatan. Seperti “ATHII’ULLAAHA”  taatilah allah, “ITTAQULLAAHA”, takutlah pada Allah, “INZAJIRU ‘ANIL MAKSHIAT”, jauhi maksiat.

Tidaklah cukup hanya sebatas mengingatkan akan akal busuk dunia, tanpa pesan apapun yg memanggil ketaatan atau menjauhi kejahatan. Hal ini dikutip dr pendapat Syekh Ibrahim al-Bajuri.

Menurut usulan Syekh Ibn Hajar, sudah cukup memberikan salah satu dr undangan dlm mematuhi perintah atau usul menjauhi larangan, tak harus keduanya.

Adapun undangan untuk dgn menyingkir dari dunia & segala tipuannya ialah tidaklah cukup berdasarkan persetujuan ulama.

Membaca ayat suci Alquran di salah satu dua khutbah

Ayat suci Alquran yg dibaca dlm khutbah yakni ayat Alquran yg mampu memberikan pengertian yg tepat wacana makna yg dimaksudkan. Baik itu terkait dgn komitmen, ancaman, mauizhah, dongeng & lain sebagainya.

Tidak cukup membaca ayat-ayat yg pendek yg tak ada kesempurnaan makna di dalamnya.. Seperti hanya membaca : ثُمَّ نَظَرَ , bagian dr QS. Al-Muddatsir ayat 21, tanpa membaca ayat sebelum atau sesudahnya, alasannya adalah tak mengandung makna yg dimengerti.

  Puisi Cinta Terindah dan Romantis Untuk Pacar Tersayang

Membaca ayat-ayat Alquran ini sangat utama jika dibaca pada khutbah pertama, sehingga mampu dipakai sebagai pembanding eksistensi doa bagi umat pada khutbah kedua. Pendapat ini dinukil dr Syekh Abu Bakar bin Syatha dlm kitabnya I’anatut Thalibin, juz.2, hal.66.

Mendoakan orang-orang yg beriman pada khutbah terakhir

Berdoa untuk orang-orang yg beriman di hari Jumat Khutbah mensyaratkan isi kandungan mengarah pada nuansa akhirat. Seperti “ALLAAHUMMA AJIRNÂ MINANNÂR”, ya Allah mudah-mudahan Engkau menyelamatkan kami dr neraka, “ALLÂHUMMAGHFIR LIL MUSLIMÎN WAL MUSLIMÂT”, Ya Allah ampuni umat Islam & Muslim”.

Tidak cukup doa yg mengarah pada urusan duniawi saja, seperti “ALLÂHUMMA A’THINÂ MÂLAN KATSÎRAN”, ya Allah, gampang-mudahan Engkau memberi kami banyak kekayaan”. Jika doa tersebut khusus untuk pendengar, maka doa itu dibaca pada khutbah kedua, karena mengikuti ulama salaf & khalaf.

Demikian pendapat dr Syaikh Zainuddin al-Malibari dlm kitabnya Fathul Mu’in Hamisy I’anatut Thalibin, juz.2, hal. 66. Namun Imam al-Ithfihi menyampaikan, bekerjsama doa tentang duniawi pula sudah cukup bila khotib tak hafal doa ukhrawi.

Hal ini  sama dgn persoalan yg terkait dgn kondisi seseorang yg tak mampu membaca surat al-fatihah, yg boleh diganti dgn bacaan selain Al Fatihah.

Bacaan Rukun Khutbah Jumat

Inilah beberapa pola dr bacaan rukun khutbah Jumat :

Bacaan memuji Allah

إِنّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

INNAL HAMDA LILLAAHI NAHMADUHU WA NASTA’IINUHU WA NASTAGHFIRUHU WA NA’UUDZU BILLAAHI MIN SYURUURI ANFUSINAA WA MIN SAYYIAATI A’MAALINAA MAYYAHDIHILLAAHU FALAA MUDHILLALAHU WA MAYYUDHLIL FALAA HAADIYA LAHU

Bacaan shalawat

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

ALLAHUMMA SHOLLI WA SALLAM ‘ALAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA ALIHII WA ASH HAABIHI WA MAN TABI’AHUM BI IHSAANI ILAA YAUMIDDIIN.

Washiyat untuk Taqwa

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

YAA AYYUHALLADZIINA AAMANUU ITTAQULLAAHA HAQQA TUQAATIHI WA LAA TAMUUTUNNA ILAA WA ANTUM MUSLIMUUN

Membaca ayat Al-Quran

فَاسْتبَقُوا اْلخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونوُا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيرٌ

  Puisi Kesendirian | Dalam Kesendirian

FASTABIQUL KHAIROOTI AYNA MAA TAKUUNUU YA’ TINIKUMULLAHU JAMII’AN INNALLAAHA ‘ALAA KULLI SYAIIN QODIIRU

Doa untuk umat Islam

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

ALLAHUMMAGH FIR LILMUSLIMIINA WAL MUSLIMAATI, WAL MU’MINIINA WAL MU’MINAATIL AHYAA’I MINHUM WAL AMWAATI, INNAKA SAMII’UN QORIIBUN MUHIIBUD DA’WAATI. ROBBANAA LAA TUAAKHIDZNAA IN NASIINAA AW AKHTHO’NAA. ROBBANAA WALAA TAHMIL ‘ALAYNAA ISHRON KAMAA HALAMTAHUU ‘ALALLADZIINA MIN QOBLINAA.ROBBANA WALAA TUHAMMILNAA MAA LAA THOOQOTALANAA BIHI, WA’FUA ‘ANNAA WAGH FIR LANAA WAR HAMNAA ANTA MAW LAANAA FANSHURNAA ‘ALAL QOWMIL KAAFIRIINA. ROBBANA ‘AATINAA FIDDUNYAA HASANAH WA FIL AAKHIROTI HASANAH WA QINAA ‘ADZAABANNAAR. WALHAMDULILLAAHI ROBBIL ‘AALAMIIN.

 Salah satu syarat hukum pelaksanaan shalat Jum Tuliskan Rukun Khutbah
(Gambar : nikmatislam.com)

Syarat Khutbah Jumat

Lalu ada pula pertanyaan tambahan dr para siswa, sebutkan syarat-syarat khutbah pada sholat Jumat. Syarat dua khutbah Jumat yg Saya kutip dr kitab fiqih madzhab ImamSyafi’i antara lain :

  • Suci dr hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar
  • Suci dr najis pada busana, badan & kawasan sholat
  • Menutupi aurat
  • Berdiri bagi yg kuasa
  • Khatib duduk di antara dua khutbah
  • Antara khutbah ke 1 & 2 dilaksanakan dengan-cara terus menerus, begitu juga antara khutbah ke 2 & sholat
  • Menggunakan Bahasa Arab & terdengar oleh minimal 40 jamaah
  • Khutbah dilaksanakan setelah masuk waktu dhuhur.

Adapun syarat bagi orang yg akan melaksanakan khutbah alias khotib yakni :

  • Islam.
  • Baligh.
  • Berakal sehat.
  • Mengetahui ilmu agama.

Sebutkan Sunnah Khutbah

Adapun beberapa hal sunat yg dilakukan pada dikala khutbah Jumat antara lain :

  • Khatib berdiri tatkala khutbah.
  • Mengawali khutbah dgn memberi salam.
  • Khutbah hendaknya jelas, gampang dipahami, tak terlalu panjang.
  • Khatib menghadap jamaah tatkala khutbah.
  • Menertibkan rukun khutbah.
  • Membaca surat al-Ikhlas tatkala duduk di antara dua khutbah

Demikian yg bisa Saya sampaikan seputar rukun khutbah, syarat khutbah, bacaan khutbah & sunah khutbah.