close

Tulisan Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun, Arti, dan Keutamaannya

Kita niscaya sering mendengar ucapan innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Terutama dikala ada orang meninggal atau kabar sedih. Bagaimana goresan pena yg benar, serta apa arti & keutamaan mengucapkannya?

Selain itu, kapan waktu-waktu mengucapkannya? Apakah cuma untuk orang muslim atau boleh pula untuk non muslim?

Kalimat Thayyibah Istirja’

Ucapan innalillahi wa inna ilaihi raji’un merupakan salah satu kalimat thayyibah. Namanya yaitu istirja’ atau kalimat tarji’. Istirja’ (الاسترجاع) artinya yakni mengembalikan. Maksudnya, mengembalikan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala selaku Pemilik sejati atas segala sesuatu.

Seseorang yg mengucapkan kalimat istirja’ memperlihatkan bahwa ia bersabar atas musibah yg menimpanya. Baik itu terjadi pada dirinya berupa kehilangan orang yg ia cintai, kehilangan barang atau harta, maupun tertimpa petaka yang lain.

Ketika menyaksikan atau mengetahui petaka, ucapan istirja’ pula menunjukkan kesabaran sekaligus keinsafan bahwa semuanya milik Allah & terhadap-Nya semua akan kembali.

Tulisan Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun & Artinya

Tulisan Arab kalimat istirja’ ada pada Surat Al Baqarah ayat 156, yakni sebagai berikut:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Artinya: Sesungguhnya kami milik Allah & terhadap-Nyalah kami kembali.

Ada pun tulisan latin, kita jumpai beberapa kombinasi. Antara lain:

  • innalillahi wa inna ilaihi rajiun
  • inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
  • innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun

Mana pun di antara tulisan itu, yg penting pengucapannya benar sebagaimana goresan pena Arab dlm Al-Qur’an. Yakni Surat Al Baqarah ayat 156.

innalillahi wa inna ilaihi rajiun

Kapan Mengucapkan Kalimat Istirja’

Kapan waktu yg tepat mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun? Istirja’ merupakan kalimat thayyibah yg sunnah bagi kaum muslimin mengucapkannya tatkala mengalami musibah, mendengar kabar duka atau ada seseorang yg meninggal dunia.

Makara, pengucapan kalimat istirja’ ini bukan cuma dikala ada orang meninggal. Terkadang ada yg salah paham. Seseorang mengabarkan si fulan HP-nya jatuh & rusak karena tersenggol motor. Teman di depannya eksklusif mengucapkan, “innalillahi wa inna ilaihi rajiun.”

“Itu HP-nya yg rusak. Orangnya tak meninggal. Cuma lecet sedikit saja.”

“Iya, Bro. Ucapan istirja’ itu bukan bermakna untuk orang meninggal. Namun untuk semua bencana alam.”

“O, begitu, ya?”  

Ya, menyaksikan atau mendengar petaka meskipun menimpa orang lain, sunnah bagi kita mengucapkan kalimat istirja’ ini. Meskipun ada pula doa khusus tatkala melihat orang lain tertimpa petaka. Namun, istirja’ mengingatkan kita tentang ketabahan. Bahwa kita milik Allah & akan kembali terhadap-Nya.

Pengucapan Istirja’ ini pula bukan cuma tatkala mengetahui kerabat sesama muslim wafat. Tatkala ada non muslim yg meninggal dunia pun, kita boleh mengucapkannya. Sebab ucapan ini bukan doa melainkan pengakuan bahwa kita yaitu milik Allah & akan kembali terhadap-Nya.

Makna Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun

Ibnu Katsir menerangkan, kalimat istirja’ mengandung makna kesadaran bahwa setiap hamba adalah milik Allah & akan kembali terhadap-Nya.

“Ucapan ini menanamkan di dlm hati mereka sebuah pengesahan yg menyatakan bahwa diri mereka yakni hamba-hamba-Nya & mereka pasti akan kembali kepada-Nya di hari darul baka nanti. Karena itulah maka Allah mengumumkan tentang pahala yg akan ia berikan pada mereka sebagai imbalan dr hal tersebut,” terang Ibnu Katsir dlm Tafsirnya.

Sayyid Qutb dlm Tafsir Fi Zhilalil Quran menerangkan, “Kita adalah milik Allah. Kita semua & segala sesuatu yg ada pada kita. Eksistensi kita & zat kita yakni kepunyaan Allah. Dan kepada-Nya kita kembali & menghadap dlm setiap masalah. Maka kita mesti pasrah & mengalah dengan-cara mutlak. Menyerah sebagai perlindungan terakhir yg bersumber dr konferensi vis a vis dgn satu hakikat & dgn persepsi yg benar.”

Keutamaan Ucapan Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun

Ucapan istirja’ memiliki banyak keutamaan. Dari Al-Qur’an & hadits, kita mendapatkan klarifikasi mengenai keutamaan mengucapkan istirja’. Di antaranya adalah selaku berikut:

1. Bukti Kesabaran

Orang yg mengumpat & mengeluarkan kata-kata kotor saat mendapat petaka, terlebih menyalahkan Allah, bukanlah orang yg sabar. Demikian pula orang yg menangis meraung-raung sambil menampar pipi atau melukai tubuh dikala mendapat bencana alam, bukanlah orang yg sabar. Bahkan itu termasuk sikap jahiliyah.

Sebaliknya, orang yg mengucapkan kalimat istirja’ ketika mendapat bencana alam, insya Allah ia yakni orang yg tabah. Ia menyadari dirinya milik Allah & akan kembali terhadap-Nya. Demikian pula semua miliknya, pada hakikatnya yaitu milik Allah & akan kembali kepada-Nya.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ . الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dgn sedikit cemas, kelaparan, kelemahan harta, jiwa & buah-buahan. Dan berikanlah berita bangga pada orang-orang yg sabar. (yaitu) orang-orang yg apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” (QS. Al Baqarah: 155-156)

2. Mendapatkan Pahala

Orang yg mengucapkan kalimat istirja’ ketika mendapat bencana alam, ia menerima pahala dr Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Kemudian Allah membuktikan bahwa orang-orang yg sabar, yg mendapat pahala dr Allah, ialah mereka yg Allah sebutkan dlm firman-Nya, Surat Al Baqarah ayat 156,” kata Ibnu Katsir saat menerangkan tafsir ayat di atas.

“Yakni mereka menghibur dirinya dgn mengucapkan kalimat istirja’ manakala mereka tertimpa musibah & mereka percaya bahwa diri mereka yaitu milik Allah. ia memperlakukan terhadap hamba-hamba-Nya berdasarkan apa yg ia kehendaki. Mereka meyakini bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan pahala di sisi-Nya seberat biji sawi pun kelak di hari kiamat.”

3. Pahala Tanpa Batas

Bukan cuma pahala biasa, orang yg sabar & mengucapkan istirja’ dikala mendapat bencana alam, ia akan mendapatkan pahala tanpa batas. Sebagaimana firman-Nya:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yg bersabarlah yg dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az Zumar: 10)

4. Mendapatkan Maiyatullah

Orang yg sabar & mengucapkan istirja’ ketika mendapat musibah, ia pula akan menerima maiyatullah. Allah akan membersamainya.

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yg sabar. (QS. Al-Baqarah : 153)

وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

Dan Allah beserta orang-orang yg sabar. (QS. Al-Anfal : 66)

5. Mendapatkan Keberkahan

Orang yg mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun saat mendapat musibah, Allah akan memberinya keberkahan. Bahkan keberkahan yg tepat. Sebagaimana ayat selanjutnya:

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Mereka itulah yg mendapat keberkahan yg tepat & rahmat dr Tuhan mereka & mereka itulah orang-orang yg mendapat isyarat . (QS. Al Baqarah: 157)

Ayat ini memakai kata sholawat. Umumnya, istilah ini untuk Rasulullah; sholawat Nabi. Dan sholawat ini ada tiga macam. Pertama, sholawat dr Allah. Kedua, sholawat dr malaikat. Ketiga, sholawat dr insan atau umatnya.

Menurut Ibnu Katsir, sholawat dr Allah artinya adalah santunan rahmat & kemuliaan. Jika dr malaikat, artinya adalah memohonkan ampunan. Dan jika dr umatnya artinya ialah doa agar dia mendapat limpahan rahmat & kemuliaan.

Maka sholawat dr Allah pada manusia selain Rasulullah mampu bermakna rahmat, kemuliaan, & keberkahan. Namun alasannya rahmat pula ada pada ayat ini, maka maknanya ialah keberkahan.

6. Mendapatkan Rahmat

Sebagaimana Surat Al Baqarah ayat 157 di atas, orang yg mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun saat mendapat bencana alam, Allah akan memberinya rahmat. Rahmat ini sungguh kita butuhkan baik di dunia maupun di alam baka. Dengan rahmat-Nya kita bisa masuk nirwana. Sebab pada hakikatnya, amal-amal kita tidaklah cukup untuk ‘membayar’ lezat-lezat-Nya di dunia.

7. Mendapatkan Petunjuk

Orang yg mengucapkan istirja’ dikala mendapat musibah, pula akan menerima isyarat dr Allah sebagaimana ayat tersebut. Dengan petunjuk-Nya, kita akan tetap berada di atas dogma & kebenaran. Dengan isyarat -Nya, kita akan terbimbing & selamat dr kesesatan.

8. Mendapat Ganti yg Lebih Baik

Orang yg kehilangan sesuatu sebab musibah lalu ia mengucapkan istirja’ & doa yg Rasulullah ajarkan, Allah akan memberikan ganti yg lebih baik. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Imam Muslim:

مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

Tidaklah seorang hamba tertimpa musibah lalu ia menyampaikan (yang artinya): “Sesungguhnya kami ini milik Allah & akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah tanggapan pahala atas musibahku ini & gantilah dgn yg lebih baik” melainkan Allah memberinya pahala atas bencana alam tersebut & mengubah kehilangannya dgn sesuatu yg lebih baik. (HR. Muslim)

Demikian klarifikasi mengenai kalimat istirja’; innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Mulai dr tulisan yg benar, apa arti & maknanya, kapan mengucapkannya, & apa saja keutamaannya. Semoga bermanfaat & memotivasi kita untuk mengamalkan. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Wargamasyarakat]

  Membaca Zaman: Menaksir Bilangan Umur Umat Islam hingga Hari Kiamat