Seringkali di penghujung tahun Natal untuk kedua kalinya, aku berkunjung pada periode Natal itu. Tepatnya pada tahun 2020 dan 2021, mengkonsumsi nila yang di fresto dengan bahan yang dibuat dan tulangan gede untuk bisa dinikmati dengan baik.
Suasana Natal itu, kebetulan sobat ini ialah Jawa muslim, Sentot namanya (anak magang di Jawa pos) mungkin tidak abnormal lagi, dan duduk perkara ketika berkunjung pada Idul Fitri ketika itu. Rutin tidak juga, pada tahun 2011 – 2021 pasti menjadi kunjungan tersendiri diantara banyaknya rumah yang mesti dikunjungi.
Hal ini di dikenali bahwa, tidak semua rumah untuk mampu dikunjungi. Tentunya lebih baik, ada alternative yang menempel pada setiap individu, dan insan dalam hidup beragama. Maka, kunjungan itu menjadi penting dalam mengetahui arti dari silaturami, dan bersosialisasi.
Pada hari itu juga, pastinya diharapkan aman dalam perjalanan, tidak ada orang jail, diberbagai wilayah itu pastinya. Sementara, hal ini mempesona dikala dimengerti dengan adanya pendatang gres, tidak jauh berlainan dikala mesti tinggal di Kota Pontianak ini. Jika untuk politik memang lebih pada Perjuangan PDI ( Bali ) mereka.
Perbedaan sebuah kota melalui pembangunan tentunya memiliki pengaruh pada kualitas sumber daya insan, tidak lekat dari bagian manusia itu sendiri. Ini menjadi tanggapanpermulaan bagi aku, untuk berada di rumah itu untuk merayakan Natal, dengan makanan sederhana, nuansa Jawa mirip lalapan, kerupuk, buah – buahan, dan ikan serta sop iga babi itu.
Perjalanan yang jauh melewati dua tol dari Kota Pontianak, hingga Pontianak Utara, belum lagi macetnya jalan, menjelang sore. Sementara, itu banyak sekali kebutuhan dan perlengkapan ada di tas ransel yang memang di rancang untuk metode keselamatan saya, dengan orange yang mewarna hitam.