Tionghoa Setempat, Dua Budaya Makan Dan Minum

Suatu kebudayaan akan dimengerti dengan berbagai persepsi kepada tradisi yang kadang kala dilaksanakan dalam kehidupan berkeluarga. Bringasnya makan dan minum tidak berlawanan jauh dengan budaya Batak, dan Tionghoa ( Kapuas Hulu – Pontianak).

Asimilasi budaya yang melekatkan mereka pada tradisi itu memiliki kesan yang jelek bagi kehidupan di penduduk yang kadang kala menjadi duduk perkara terhadap faktor keluarga, dan penduduk , Tetapi apa yang dirasa itu buruk memang pada budaya Tionghoa dan Batak.

Suatu pengalaman yang menarik, memang mampu diketahui apa yang disantap dalam sebuah budaya dengan adanya kepentingan politik dan ekonomi. Serta kebijakan yang perlu dimengerti dari faktor budaya dan agama mereka, utamanya pada pendidikan.

Hendaknya dimengerti ketika budaya Tionghoa dan Batak  akan dimengerti dengan adanya ragam perbedaan dan keberagamaan dalam suatu agama yang melekatkan mereka untuk dikenali, dan bagaimana budaya hidup di tengah iman terhadap agama.

Kehidupan Budaya dan Agama

Pada dasarnya mereka hidup dengan aspek kehidupan sosial mereka, bagaimana mereka bertahan hidup, berbudaya dan beragama. Hal ini tidak lepas dari kebudayaan dan agama terpisah bagi mereka, terhadap kepentingan ekonomi suatu Negara (Kabupaten).

Mereka hidup dengan budaya yang mempunyai kepentingan hidup, bagaimana mereka membangun ekonomi mereka, serta faktor budaya yang mereka terima. Ternyata agama tidak melekatkan kehidupan sosial mereka, tidak berlainan jauh bagaimana mereka hidup dengan aspek penduduk Desa ( Dayak – Tionghoa – Batak)

Seringkali, hal ini dengan kepentingan ekonomi mereka, serta pendidikan dan kesehatan, yang acap kali turut campur dengan aneka macam kehidupan sosial, dan budaya mereka semasa hidupan mereka, serta perjalanan spiritual mereka yang buruk.

  TOLONG BANTU.. BESOK DIKUMPULIN.. :(

Perlakukan mereka, pastinya pada aspek ekonomi yang tidak lekat dari duduk perkara yang mirip dengan kehidupan beragama dan budaya. Dua suku itu, memiliki perbedaan dan kesamaan terhadap faktor ekonomi budaya yang dibangun. Itu menjadi mempesona ketika, membahas aneka macam hal terkait bentuk insan dalam agama dan budaya, Tionghia (Lokal, Kapuas Hulu, Indonesia).