Lanjutan dr Tidak Ada Amalan Khusus di Bulan Rajab
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menyampaikan,
“Tidak terbukti adanya hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam wacana kemuliaan bulan Rajab, bahkan dengan-cara biasa hadits yg beredar ialah merupakan suatu kebohongan (imitasi).”
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
“Tidak terdapat hadits shahih yg dapat dijadikan landasan, yg menyebutkan kemuliaan bulan Rajab, baik untuk berpuasa pada bulan tersebut, atau pun berpuasa pada hari tertentu, & pula qiyamullail pada malam tertentu.”
Jika seseorang yg berpuasa pada hari-hari tertentu pada bulan Rajab, dgn berlandaskan hadits-hadits lain, mirip berpuasa ayyamul bidh (13,14,15 bulan hijriyah), hari senin & kamis, atau sehari berpuasa & sehari berbuka (puasa Nabi daud), tanpa mengkhususkannya pada bulan tersebut, maka hal itu tak mengapa.
Mengenai umrah pada bulan Rajab, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah melakukannya & pula tak menganjurkannya.
Diriwayatkan dr Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata,
وَمَا اعْتَمَرَ فِي رَجَبٍ قَطُّ
“Dan tidaklah ia -Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam– pernah melaksanakan umrah pada bulan Rajab.” (HR. Muslim).
Semua umrah yg dikerjakan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yakni pada bulan Dzulqa’dah.
Di dlm masyarakat pula menyebar suatu pengertian, bahwa insiden Isra’ Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab.
Keyakinan ini tak mampu dibenarkan, karena tak ada dalil yg tegas & shahih dr Al-Qur`an, hadits & pernyataan dr kelompok salaf ihwal itu.
Namun, seandainya hal tersebut benar, maka kaum muslimin tak disyariatkan untuk memperingatinya dgn ibadah tertentu, atau dgn menghimpun penduduk untuk acara tertentu, alasannya adalah tak ada dalil yg memerintahkan hal tersebut.
Kita yakin, bahwa insiden Isra’ Mi’raj merupakan salah satu dr kemuliaan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yg paling utama, cukuplah bagi seorang mukmin untuk mengikuti yg datang dr Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menyampaikan,
”Tidak terdapat satu dalil pun yg diketahui untuk memuliakan bulan ini, berpuasa pada tanggal 10, atau sebulan penuh.
Akan tetapi dalil-dalil yg ada, sanadnya terputus, berlainan-beda, tak ada yg pasti.
Tidak disyariatkan bagi kaum muslimin untuk mengkhususkan suatu malam yg diduga selaku malam Isra` Mi’raj, dgn mengadakan ibadah shalat atau, lainnya kecuali pada lailatul qadar.”
Ya Allah, datangkanlah bulan ini pada kami dgn ketenteraman & keimanan, keamanan & keislaman, & petunjuk untuk melaksanakan amala yg kau-sekalian cintai & ridhai wahai Dzat Yang Maha Penyayang.
Demikian ditulis kembali dr Durus Al-Am karya Abdul Malik Al-Qasim.
[Abu Syafiq/Wargamasyarakat]