Terobosan Bersejarah Penyusunan MP3EI : Awal Perjalanan Percepatan Transformasi Ekonomi Indonesia
MP3EI memiliki semangat Not Business as Usual. Semangat ini tercermin dari semenjak proses penyusunannya di mana rumusan strategi dan kebijakan yang awalnya disusun oleh Pemerintah diperkaya dengan mendengarkan pandangan dan masukan dari banyak sekali pemangku kepentingan, terutama dari dunia perjuangan, lewat serial dialog intensif, interaktif dan partisipatif.
Proses penyusunan MP3EI ini diawali dari direktif Presiden RI, pada Retreat Kabinet Terbatas pada tanggal 30 Desember 2010, yang memberikan bahwa tantangan pembangunan ke depan kian berat. Dinamika ekonomi regional dan global mewajibkan Indonesia untuk selalu siap menghadapi pergantian. Keberadaan Indonesia di sentra baru gravitasi ekonomi regional dan global, ialah daerah Timur Asia, mewajibkan Indonesia merencanakan diri lebih baik lagi untuk mempercepat terwujudnya negara maju dengan hasil pembangunan yang mampu dicicipi secara merata oleh seluruh masyarakat. Dengan memikirkan banyak sekali peluangdan keunggulan yang dimiliki, serta tantangan pembangunan yang harus dihadapi, Indonesia memerlukan suatu transformasi ekonomi berbentukpercepatan dan ekspansi pembangunan ekonomi menuju negara maju sehingga Indonesia dapat meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan kemakmuran untuk seluruh rakyat Indonesia.
Menindaklanjuti direktif Presiden tersebut, Pemerintah berkolaborasi dengan Komite Ekonomi Nasional (KEN) dan Komite Inovasi Nasional (KIN) menyelenggarakan sejumlah pertemuan yang diawali dengan penyerapan aspirasi pengembangan sektor. Serial konferensi aspirasi sektor tersebut terutama bertujuan untuk mengidentifikasi aneka macam tantangan dan hambatan yang dihadapi dunia perjuangan di dalam pengembangan sektor serta menyerap banyak sekali seni manajemen dan harapan pengembangan sektor yang bersangkutan di kurun yang mau tiba.
Pada konferensi ini, perkumpulan profesi dan usaha memegang peranan penting dalam menawarkan masukan tersebut di atas. Pertemuan ini didatangi oleh lebih dari 500 peserta yang sebagian besar merupakan wakil dari asosiasi profesi dan perjuangan. Berdasarkan masukan yang diperoleh dari pertemuan aspirasi sektor tersebut, dikerjakan serial pembahasan lebih lanjut dalam lembaga Gugus Tugas, yang secara simultan terbagi ke dalam enam Gugus Tugas Koridor Ekonomi. Pertemuan Gugus Tugas ini bertujuan untuk menyusun taktik pengembangan sektor dengan memasukan dimensi spasial sehingga diperlukan dapat diperoleh taktik pengembangan sektor yang kasatmata dan spesifik sesuai dengan potensi dan kelebihan masing-masing koridor ekonomi. Dengan demikian, seni manajemen pengembangan koridor ekonomi telah mengintegrasikan faktor sektoral maupun regional. Pertemuan tersebut juga membicarakan kebutuhan infrastruktur untuk mendukung penguatan konektivitas yang diharapkan bagi pengembangan masing-masing sektor dan juga diidentifikasi keperluan pengembangan SDM dan penguatan inovasi yang diperlukan bagi peningkatan daya saing sektor terkait. Pembahasan Gugus Tugas Koridor Ekonomi ini dipimpin oleh para pejabat senior pemerintah yang kompeten dalam bidang pengembangan ekonomi daerah, dan didatangi oleh lebih dari 600 akseptor yang berisikan pimpinan pelaku perjuangan (CEO), para ahli dan akademisi, serta pejabat senior pemerintah.
Hasil dari penyempurnaan MP3EI ini lalu dilaporkan kepada Presiden RI dalam Rapat Kerja Pemerintah dengan BUMN dan Pemda pada tanggal 21-22 Februari 2011 di Istana Kepresidenan Bogor. Rapat Kerja ini dipimpin pribadi oleh Presiden RI dan didatangi oleh Wapres RI, seluruh Menteri Kabinet Pembangunan Indonesia Bersatu Kedua, dan lebih dari 400 akseptor yang berisikan para Direksi dan Komisaris BUMN, Ketua dan para anggota KEN dan KIN, para Gubernur seluruh Indonesia, serta pejabat senior pemerintah. Hasil Rapat Kerja tersebut menjadi materi perbaikan, penajaman, dan penyempurnaan lebih lanjut kepada Rancangan MP3EI.
Menjelang penyusunan selesai Rancangan MP3EI, hasil penyempurnaan Rancangan MP3EI yang telah tertuntaskan, dilaporkan kembali kepada Presiden RI pada Rapat Kerja Akbar antara Pemerintah dengan Dunia Usaha yang diselenggarakan pada tanggal 18-19 April 2011 di Istana Kepresidenan Bogor. Rapat Kerja Akbar ini juga dipimpin eksklusif oleh Presiden RI, dan dihadiri oleh Wapres RI, para Menteri
Kabinet Indonesia Bersatu Kedua, para Wakil Menteri, para pejabat Lembaga Tinggi Negara, Ketua dan anggota KEN dan KIN serta lebih dari 500 penerima dari aneka macam pemangku kepentingan, yang terdiri dari pimpinan perusahaan swasta, pejabat senior pemerintah sentra, para Gubernur dan DPRD, serta BUMN. Berdasarkan arahan lebih lanjut dari Presiden RI, Wapres RI, serta hasil seluruh pembahasan selama Rapat Kerja tersebut, lalu dilakukan perbaikan, penajaman, dan penyempurnaan selesai terhadap Rancangan MP3EI.
Dengan semua proses yang interaktif dan partisipatif ini, dibutuhkan terbentuk sebuah ownership yang tinggi terhadap MP3EI serta terbangunnya kesepakatan bersama dari berbagai pihak pemangku kepentingan untuk mensukseskan kesuksesan MP3EI. Dengan demikian, semangat Not Business as Usual akan terus berlanjut untuk terus melaksanakan aneka macam terobosan dalam rangka percepatan transformasi ekonomi Indonesia demi meraih visi Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang berdikari, maju, adil, makmur.
Indonesia Mandiri, Maju, Adil dan Makmur
Sepanjang sejarah kemerdekaan selama lebih dari enam dasawarsa, Indonesia sudah mengalami bermacam-macam kemajuan di bidang pembangunan ekonomi. Bermula dari suatu negara yang perekonomiannya berbasis aktivitas pertanian tradisional, dikala ini Indonesia sudah menjelma menjadi negara dengan proporsi industri manufaktur dan jasa yang lebih besar. Kemajuan ekonomi juga sudah menjinjing peningkatan kesejahteraan penduduk , yang tercermin tidak saja dalam peningkatan pemasukan per kapita, tetapi juga dalam perbaikan banyak sekali indikator sosial dan ekonomi lainnya termasuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam masa 1980 dan 2010, Indeks Pembangunan Manusia berkembangdari 0,39 ke 0,60.
Indonesia juga memainkan peran yang kian besar di perekonomian global. Saat ini Indonesia menempati urutan ekonomi ke-17 paling besar di dunia. Keterlibatan Indonesia pun sungguh diperlukan dalam berbagai lembaga global dan regional seperti ASEAN, APEC, G-20, dan banyak sekali kerjasama bilateral yang lain.
Keberhasilan Indonesia melewati krisis ekonomi global tahun 2008, mendapatkan apresiasi kasatmata dari aneka macam lembaga internasional. Hal ini tercermin dengan perbaikan peringkat hutang Indonesia di saat peringkat negara-negara lain justru mengalami penurunan.
Di segi lain, tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk terselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap perubahan. Keberadaan Indonesia di pusat gres gravitasi ekonomi global, adalah daerah Asia Timur dan Asia Tenggara, mewajibkan Indonesia merencanakan diri lebih baik lagi untuk mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang mampu dirasakan secara merata oleh seluruh masyarakat.
Dalam konteks inilah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyadari perlunya penyusunan MP3EI untuk menawarkan arah pembangunan ekonomi Indonesia sampai 2025. Melalui percepatan dan ekspansi pembangunan ekonomi ini, perwujudan mutu Pembangunan Manusia Indonesia selaku bangsa yang maju tidak saja lewat peningkatan pemasukan dan daya beli semata, namun disertai dengan membaiknya pemerataan dan kualitas hidup seluruh bangsa.
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yakni “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan ekspansi pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pemasukan per kapita yang berkisar antara USD 14.250 – USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0 – 4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan kemajuan ekonomi riil sebesar 6,4 – 7,5 persen pada kala 2011 – 2014, dan sekitar 8,0 – 9,0 persen pada masa 2015 – 2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan disertai oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada abad 2011 – 2014 menjadi 3,0 persen pada 2025. Kombinasi perkembangan dan inflasi mirip itu mencerminkan karakteristik negara maju.
Posisi Indonesia Dalam Dinamika Regional dan Global
Pembangunan Indonesia tidak lepas dari posisi Indonesia dalam dinamika regional dan global. Secara geografis Indonesia terletak di jantung pertumbuhan ekonomi dunia. Kawasan Timur Asia memiliki tingkat perkembangan ekonomi yang jauh di atas rata-rata kawasan lain di dunia.
Ketika tren jangka panjang (1970 – 2000) pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan, tren pertumbuhan ekonomi tempat Timur Asia menunjukkan peningkatan.
Sebagai sentra gravitasi perekonomian global, Kawasan Timur Asia (tergolong Asia Tenggara) mempunyai jumlah masyarakatsekitar 50 persen dari masyarakatdunia. Cina memiliki sekitar 1,3 miliar penduduk, sementara India menyumbang sekitar 1,2 miliar orang, dan ASEAN dihuni oleh sekitar 600 juta jiwa. Secara geografis, kedudukan Indonesia berada di tengah-tengah Kawasan Timur Asia yang memiliki peluangekonomi sangat besar.
Dalam faktor perdagangan global, dewasa ini jual beli South to South, tergolong transaksi antara India – Cina – Indonesia, menawarkan kenaikan yang cepat. Sejak 2008, kemajuan ekspor negara meningkat yang didorong oleh usul negara meningkat lainnya berkembangsungguh signifikan (kontribusinya mencapai 54 persen). Hal ini berlawanan jauh dengan keadaan tahun 1998 yang kontribusinya hanya 12 persen. Pertumbuhan yang berpengaruh dari Cina, baik ekspor maupun impor memperlihatkan imbas yang sangat penting bagi kemajuan perdagangan regional dan global. Impor Cina berkembangtajam selama dan sesudah krisis ekonomi global 2008. Di samping itu, konsumsi Cina yang besar mampu menyerap ekspor yang besar dari negara-negara di sekitarnya termasuk Indonesia.
Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas daerah terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai kekuatan utama negara-negara di Asia Tenggara. Di sisi lain, konsekuensi dari akan diimplementasikannya komunitas ekonomi ASEAN dan terdapatnya Asean – China Free Trade Area (ACFTA) mengharuskan Indonesia meningkatkan daya saingnya guna menerima manfaat konkret dari adanya integrasi ekonomi tersebut. Oleh karena itu, percepatan transformasi ekonomi yang dirumuskan dalam MP3EI ini menjadi sungguh penting dalam rangka menunjukkan daya dorong dan daya angkat bagi daya saing Indonesia.
Dengan menyaksikan dinamika global yang terjadi serta mengamati potensi dan potensi kelebihan geografi dan sumber daya yang ada di Indonesia, serta menimbang-nimbang prinsip pembangunan yang berkelanjutan, dalam kerangka MP3EI, Indonesia perlu memposisikan dirinya sebagai basis ketahanan pangan dunia, sentra pembuatan produk pertanian, perkebunan, perikanan, dan sumber daya mineral serta sentra mobilitas logistik global.