Kitab Fathul Izar merupakan karya ulama Indonesia, yakni KH Abdullah Fauzi dari Pasuruan. Kitab Fathul Izar memuat bimbingan seks Islami, mulai dari bagian etika kekerabatan intim, rahasia waktu-waktunya, hingga diam-diam keperawanan. Panduan ini bisa dipakai bagi pengantin gres menjelang malam pertama. Bisa juga untuk pengantin usang yang ingin menggunakan tata cara relasi tubuh secara Islami sebagaimana diajarkan dalam kitab Fathul Izar.
Penulis menampung kitab beserta terjemahannya secara bersiklus, dengan tujuan selaku edukasi via situs web bagi semua orang yang bersedia mempelajarinya. Berikut bagian 6 – Penjelasan wacana doa besenggama.
قَالَ تَعَالى وَقَدِّمُوا لِأنْفُسِكُم الآية. أَيْ قَدِّمُوا مَا يُدَّخَرُ لَكُم مِنَ الثَّوَابِ كَالتَّسْمِيَةِ عِنْدَ الجِمَاعِ وَطَلَبِ الوَلَد. رُوِيَ أَنَّ النَّبِي صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ قَالَ بِسم الله عِندَ الجِمَاع فَأتَاهُ وَلَدٌ فَلَهُ حَسَنَاتٌ بِعَدَدِ أَنْفَاسِ ذَلِكَ الوَلَدِ وَعَدَدِ عَقِبِه إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. وَقَالَ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّم خِيَارُكُم خِيَارُكُم لِنِسَائِهِم الحَدِيث أَوْ كَمَا قَال
Allah SWT. Berfirman: Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk diri kalian. tujuannya: Carilah pahala yang tersedia untuk kalian, seperi membaca basmalah ketika bersenggama dan meminta anak. Diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yang membaca basmalah ketika berhubungan intim lalu ia dikaruniai anak maka dia mendapat pahala sebanyak nafas anak tersebut dan keturunannya hingga hari akhir zaman. Nabi bersabda: Sebaik-baik kalian yakni yang paling baik terhadap isterinya.
وَلِبَعْضِهِم فِيهَا تَرْتِيبٌ عَجِيب. وَهُوَ أَنَّ الرَّجُلَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُجَامِعَ زَوْجَتَهُ يَنْبِغِي أَنْ يَقُولَ أَوَّلًا السَّلَامُ عَلَيكُم يَا بَابَ الرَّحْمَة. فَتَقُولُ زَوْجَتُهُ مُجِيبَةً لَهُ وَعَلَيْكُمُ السَّلَام يَا سَيِّدَ الأَمِين. فَيَأخُذُ يَدَيْهَا وَيَقُولُ رَضِيتُ بِالله رَبَّا. ثُمَّ يَغْمِزُ ثَدْيَيْهَا وَيَقُول اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد. ثُمَّ يَقَبِّلُ نَاصِيَتَهَا قَائِلًا يَا لَطِيف الله نُورٌ عَلَى نُور شَهِدَ النُّورُ عَلَى مَنْ يَشَاء. ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ يُمِيلُ رَأْسَهَا إِلَى الجَانِبِ الأَيْسَرِ وَيَقُولُ فِي سَمْعِكَ الله سَمِيع مُقَبِّلًا وَنَافِخَا أُذُنَهَا اليُمْنَى نَفْخًا يَسِيرًا. ثُمَّ يُمِيلُ رَأْسَهَا إِمَالَةً لَطِيفةً إِلَى الأَيْمَنِ وَيَقُولُ مَا ذُكِرَ فِي أُذُنِهَا اليُسْرَى كَذَلِك.
Dalam problem ini sebagian ulama’ memiliki urut-urutan yang fantastis, ialah saat suami akan meniduri isterinya hendaknya apalagi dahulu dia mengucapkan: “Assalamu’alaikum yaa baabar rahmah”, (keselamatan bagi kalian wahai pintu rahmat). Lalu isteri menjawab: “Wa’alaikumus salam yaa sayyidal ‘aamin” (keamanan bagi kalian wahai junjungan orang yang terpercaya). Selanjutnya suami meraih kedua tangan isterinya seraya mengucap: Aku telah ridho Allah selaku Tuhanku. Kemudian beliau meremas-remas kedua payudara isterinya sambil membaca: “Allahumma sholli ‘alaa sayyidina Muhammadin wa ‘alaa ‘aali sayyidina Muhammad” (Wahai Allah bersalawatlah atas junjungan kita Muhammad dan atas keluarga junjungan kita Muhammad). Kemudian mengecup kening isterinya seraya mengucapkan: wahai Dzat Yang Maha Halus, Cahaya Allah Di atas segala cahaya. Cahaya itu telah menerangi semua orang yang dikehendakinya. Kemudian sesudah itu suami memiringkan kepala isteri ke arah kiri sambil mengucapkan: “Fii sam’ika samii’un muqabbilun” (Di dalam pendengaranmu Allah Maha Mendengar). Seraya mencium dan meniup telinga sebelah kanan dengan tiupan ringan. Kemudian suami memiringkan kepala isteri dengan pelan pelan ke kanan sambil mengucapkan apa yang telah disebut di indera pendengaran kiri
ثُمَّ يُقَبِّلُ عَيْنَيِهَا اليُمْنَى فَاليُسْرَى قَائِلًا اللَّهُمَّ إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينَا. ثُمَّ يُقَبِّلُ خَدَّيْهَا اليُمْنَى فَاليُسْرَى يَقُولُ يَا كَرِيم يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيم يَا الله. ثُمَّ يُقَبِّلُ أَنْفَهَا قَائِلًا عِنْدَ ذَلِكَ فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيم. ثُمَّ يُقَبِّلُ كَتِفَهَا وَيَقُولُ يَا رَحْمَنُ الدُّنْيَا يَا رَحِيمَ الآخِرَة. ثُمَّ يُقَبِّلُ رَقَبَتِهَا وَيَقُولُ الله نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأرْض.
Kemudian ia mengecup kedua mata isterinya yang kanan kemudian yang kiri sambil mengucapkan: Ya Allah, sebetulnya kami bukakan untukmu kemenangan yang faktual. Kemudian suami mencium kedua pipi isteri, yang kanan kemudian yang kiri sambil membaca: “Yaa Kariim, Yaa Rahmaan, Yaa Rahiim, Yaa Allaah” (Wahai Maha Mulia, Wahai Maha Pengasih, Wahai Maha Penyayang, Wahai Allah). Kemudian mengecup hidungnya seraya mengucapkan: “Farauhun wa Raihaanun wa Jannatun Na’iimun” (Maka beliau memperoleh kenyamanan dan keharuman serta nirwana kenikmatan). Kemudian mengecup pundaknya sambil membaca: “Yaa Rahmaanud Dun’ya Yaa Rahiimal ‘Aakhirah” (Wahai Maha Pengasih di dunia, Wahai Penyayang di akhirat). Kemudian mengecup lehernya sambil membaca: “Yaa Nuurus Samawaati wal ‘Ard” (Allah itu cahaya langit dan bumi).
ثُمَّ يُقَبِّلُ ذَقَنَهَا وَيَقُولُ نُورُ حَبِيبُ الإيمَان مِن عِبَادِكَ الصَّالِحِين. ثُمَّ يُقَبِّلُ رَاحَتَيْهَا اليُمْنَى فَاليُسْرَى قَائِلًا عِنْدَ ذَلِكَ مَا كَذَبَ الفُؤَادُ مَا رَأى. ثُمَّ يُقَبِّلُ مَا بَيْنَ ثَدْيَيْهَا وَيَقُولُ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِنِّي. ثُمَّ يُقَبِّلُ صَدْرَهَا اليُسْرَى بِحِذَاءِ قَلْبِهَا وَيَقُولُ يَا حَيُّ يَا قَيُّوم. ثُمَّ يُجُامِع.
Kemudian mengecup dagunya sambil membaca: “Nuuru Habiibul ‘Amiin min ‘iibaadikas shoolihiin” (Cahaya kekasih iktikad di antara hamba-hamba-Mu yang saleh). Kemudian mengecup kedua telapak tanganya, yang kanan lalu yang kiri sambil membaca: “Maa Kadzdzabal Fuaadu Maa Ra’aa” (Hati tidak berdusta kepada apa yang dilihatnya). Kemudian mengecup bagian diantara kedua payudara sambil membaca: “Wa’alqaitu ‘alaika mahabbatan minnii” (Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang ketimbang-Ku). Kemudian mengecup dadanya bagian kiri sempurna pada hatinya sambil mengucap: “Yaa Hayyu Yaa Qayyuumu” (Wahai Maha Hidup, Wahai maha bangun pada dirinya sendiri). Lalu beliau berhubungan intim.