Terhadap Yang Tak Pernah Lelah Menyemai Cinta

Gagal!
Berkali saya coba menuliskannya
tetap tak mampu
Sebab kata tak pernah cukup
mewakili cinta

Diksi barangkali mampu diindah-indahkan
Tapi keindahannya tak tergantikan
Meski saat ini, tak ada yang mampu kulakukan
selain mengingat dalam ketiadaan.

Memeluknya dalam rapal doa
Menghembuskan napas cinta yang telah diwariskannya
di sepanjang waktu yang tersisa

Kau tak lupa, bukan?
Bagaimana dahulu tangan tua itu
dengan sigapnya mengejawantahkan cinta?

Memegang mikrofon, mengundang namamu
sebab di ujung telpon ada yang menanti untuk berbicara denganmu
: merindukanmu,
atau sekadar menanyakan masih atau tidak sangumu.

“Yarju ilal bait, sur’an!”

Sekarang kau tak akan pernah lagi mendengarnya
Tapi sedih tak semestinya membawamu pada luka
Sebab dia sudah berkembang menjadi menjadi cinta
Dalam dada begitu banyak anak-anaknya.

WM, 2019

  Ihwal Suatu Nama #4