Filsuf Herb Shepherd (Antonius, 2002:135-136) menyebutkan integritas diri selaku kesatuan yang mencakup empat nilai, yakni perspektif (spiritual), otonomi (mental), keterkaitan sosial,dan tonus (fisik). George Sheehan menjabarkan integritas diri selaku kesatuan empat tugas, yaitu menjadi hewan yang baik (fisik), jago pertukangan yang baik (mental), sahabat yang bagus (sosial), dan orang suci (spiritual).
Kedua tokoh itu, walau dengan ungkapan yang agak berlainan, namun sama-sama menyebutkan hal yang ialah komponen penting dalam diri insan, yaknifisik, sosial, dan mental-spiritual. Unsur penting tersebut merupakan dimensi dasar diri insan. Integritas diri dilihat sebagai keterpaduan sinergis dan saling mendukung antara ketiga dimensi dasar tersebut dalam kehidupan seseorang. Ketiganya meningkat secara seimbang sehingga dapat saling mendukung dalam menjalani kehidupan secara lebih manusiawi. Inilah pemahaman yang lebih luas tentang integritas diri.
Adrian Gostick & Dana Telford dalam buku mereka,Keunggulan Integritas,(2006:13-14) menyebutkanbeberapa pemahaman integritasyang mereka kumpulkan dari beberapa sumber. Disitu disebutkan bahwa Kamus Merriam-Websteryang paling mutakhir mendefinisikan integritas selaku ketaatan yang besar lengan berkuasa pada suatu kode, terutama nilai sopan santun atau nilai artistik tertentu. Definisi laindari beberapa pakar disebutkan: Jim Burke (Johson & Johson) menyebutnya sebagai ”suatu mekanisme yang membuat individu dan organisasi mempercayai Anda”; Millard Fuller (Habitat for Humanity) menggambarkan integritas sebagai ”konsistensi terhadap apa yang dianggap benar dan salah dalam hidup Anda”; Shelly Lazarus (pimpinan dan CEO Ogilvy Mather Worldwide) menerangkan orang yang berintegritassebagai “mengedepankan serangkaian kepercayaandan kemudianbertindak menurut prinsip”; Wayne Sales (presiden dan CEO Canadian Tyre) menawarkan definisi yang sederhana, yaitu “Integritas mempunyai arti melaksanakan hal yang benar”; Diane Peck (Safeway) percaya bahwa ”setiap individu harus mendefinisikan sendiri arti integritas”.
Dimensi Dasar Diri Manusia
Dimensi mental-spiritual (kejiwaan) ialah dimensi „dalam‟ dari insan yang hakikatnya ialah aspek kejiwaan, unsur-komponen kerohanian, dan hal yang berhubungan dengan mental spiritual dan komponen batiniah yang lain. Sekarang dimensi mental kejiwaan itu telah diperinci ke dalam beberapa komponen yang dapat diterangkan satu per satu, namun tetap ialah sebuah kesatuan yang saling melengkapi. Unsur tersebut tampil dalam bentuk kecerdasan, dengan detail: kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Orang yang memiliki integritas diri yaitu orang yang mempunyai kemajuan baik dan seimbang dari semua unsur-bagian kejiwaan/mental tersebut.
Kecerdasan intelektual (IQ=Intellectual Quotient) diilustrasikan dengan komputeryang mempunyai tingkat “IQ” yang tinggikarena dapat beroperasi secara cepat, nyaris tanpa kesalahan sama sekali. Namun, mesti diakui juga bahwa otak manusia jauh ebih rumit dan kompleks ketimbang komputer hasil bikinan manusia. Setepatnya kecerdasan intelektual berada di kawasan otak, merupakan bawaan lahir, yang cenderung bersifat seri dan mekanistis.
Kecerdasan emosional (EQ = Emotional Quotient)merupakan kesanggupan untuk memotivasi diri sendiriyang menciptakan seseorang mampu bertahan dalam menghadapi frustrasi, dapat mengontrol dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan, bisa mengatur suasana hati,dan mempertahankan biar beban stres tidakmelumpuhkan kemampuan berpikir (Daniel Goleman, 2002).
Kecerdasan spiritual (SQ)dimengerti sebagai kekuatan intuisi yang tajamuntuk menyaksikan kebenaran paling dalamyang menanggulangi kesanggupan intelektual semata. Kecerdasan itu lalu masuk ke kesadarandan akibatnya masuk ke penghayatan hidupyang akan membuat orang hidup lebih toleran, terbuka dan jujur, berlaku adil dan sarat cinta. Dari kecerdasan bergerak menuju ke kearifan dan meraih kebahagiaan spiritual, spiritual happiness(Sukidi, 2002:137).
Dari informasi tersebut, integritas diri dilihat selaku perkembangan seimbang dan terpadu dari berbagai dimensi penting diri insan, menyangkut fisik, psikis,dan sosial. Orang yang memiliki integritas diri ialah orang yang sudah mencapai perkembangan yang bagus, sebanding,dan terpadu dari aneka macam komponen penting dari dirinya. Oleh karena itu, ingin mempunyai integritas diri yang tinggi berarti harus memberi perhatian yang memadai bagi perkembangan dan kemajuan dirinya secara utuh. Dia mesti mengamati peningkatan kesanggupan fisiknya, mesti membuatkan kemampuan IQ-nya, mengembangkan kematangan emosinya,serta mengembangkan kemampuan SQ-nya. Juga melatih terus menerus kepekaan dan keahlian sosialnya.
Keunggulan Integritas
Menyadari bahwa Hal Kecil Itu Penting
Jarang sekali orang kehilangan integritas secara mendadak. Biasanya dimulai dengan menurunnya tolok ukur integritas secara perlahan hingga sukar disadaridan sukar dihentikansampai karenanya mencapai selesai yang mematikan. Seperti seorang anak, orang memulainya dengan mencuri permen dan bukan mobil. Dalam kaitan dengan integritas, hal kecil itu penting. Oleh alasannya adalah itu, untuk memiliki kelebihan integritas, orang dihentikan mengabaikan hal kecil, mirip berbohong untuk hal sederhanaatau mengambil sesuatu milik orang lain tanpa izin (mencuri), sekecil apa pun itu. Membangun integritas diri bermakna memulainya dan memperlihatkannya dari hal kecil.
Menemukan yang Benar (Saat Orang Lain Hanya Melihat Warna Abu-Abu)
Disini yang diperlukan bukanlah kesanggupan superuntuk mengetahui dengan pasti yang mana yang benar dan yang mana yang salah. Hal yang terutama diharapkan ialah janji untuk menghabiskan waktu dan energi untuk menemukannya. Joe Badaracco, seorang yang termasuk pakar adab bisnis dari Harvard menyampaikan bahwa tanda seorang berintegritas tinggi ialah kualitas pertimbangannya ketika mengambil keputusan yang sulit yang mungkin mampu dilihat dari kualitas keputusannya. Ia mendorong kita untuk mengkaji lebih dalam, bukan sekadar melihatnya dari sudut pandang benar salah yang terlalu mempersempit masalahkarena acap kali kita berhadapan dengan keputusan yang dapatbenar dan dapatpula salah (bubuk-debu).
Setelah mengerti semua fakta, telah mendengar masukan dari banyak sekali pihak yang dapat dipercaya (penasehat), dan percaya dapatjujur dengan keputusan Anda itu, dengarlah intuisi Anda. Anda mesti merefleksikan keputusan yang diambil. Kaisar Roma, Marcus Aurelius, seorang raja yang juga filsuf, senantiasa menyediakan waktu untuk apa yang ia namakan ‟ketika tenang‟. Ide dasarnya ialah memperlambat tempo untuk mendengarkan apa yang disuarakan oleh intuisinya.
Untuk mengambil keputusan yang benar dapatjuga dengan cara melihatnya dari pihak yang terpengaruh oleh keputusan tersebut. Hal itu mempunyai arti menempatkan diri pada posisi pihak yang kena imbas keputusan itu. Cara mirip itu sejalan dengan generalisasi norma sopan santun sebagaimanadikemukakan oleh Immanuel Kantyang umumdisebut sebagat the golden ruleatau kaidah emasyang biasa dirumuskan sebagai berikut:
Integritas Diri… (Antonius Atosökhi Gea)21”Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan” (positip). Atau secara negatif: “Jangan perbuat kepada orang lain apa yang Anda sendiri tidak kehendaki diperbuat terhadap diri Anda”(Bertens, 1997:169).
Ukuran lain untuk meyakinkan kebenaran sebuah keputusan yang diambil adalahbertanyalah terhadap diri sendiri apakah Anda ingin diingat sebagai orang yang turut serta dalam pengambilan keputusan itu. Kalau Anda ingin diingat sebagai pengambilkeputusan atau yang turut serta dalam pengambilan keputusan itumaka besar kemungkinan keputusan itu benar. Makara, orang berintegritas tidak akan bertindak sembarang pilih, tanpa didahului pendapatyang luas dan dalam.
Bertanggung Jawab Kata
“Tanggung jawab” berkaitan dengan “jawab”, berarti dapat menjawab, jika ditanyai tentang tindakan yang dilakukan. Orang yang bertanggungjawab bukan saja dia dapatmenjawab, melainkan harusmenjawab, dalam arti harus memberi dan tidak dapatmengelak tentang perbuatannya dan apayang dilakukannya. Jawaban itu harus dapatdia berikan kepada pihak yang memerlukan jawabannyadan itu dapatkepada dirinya sendiri, terhadap penduduk luas, dan bahkan kepada Tuhan, jika dia orang beragama dan beriman (Berten, 1997:125).
Arti kata tanggung jawab mampu juga dilihat lewat kata bahasa Inggris, ialah responsbility. Kata itu ialah campuran dari dua kata, ialah response, yang bermakna tanggapan, dan ability, yang bermakna kesanggupan. Secara hurufiah responsbilityatau yang kita artikan selaku tanggung jawab bermakna kemampuan memberi tanggapan. Dalam kaitan dengan pekerjaan, tanggung jawab mampu diartikan sebagai kemampuan dalam merespon dan menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan (F.X.Oerip S. Poerwopoespito, 2000:216). Kita dapatdianggap juga bertanggungjawab bila pekerjaan tidak final tetapi kita dapat memberi penjelasan yang masuk logika dan mampu diterima mengapa bahwasanya pekerjaan itu tidak selesai. Salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kegagalan memenuhi tanggung jawab ialah mengundurkan diri dari jabatan. Orang yang memiliki integritas diri tidak pernah lari dari tanggung jawabnya.
Membudayakan KepercayaanSuatu hal tertentu cuma dapatbertahan kalau telah dibudayakan. Kepercayaan ialah tali pengikat dalam kehidupan bareng , baik dalam komunitas kecil mirip keluarga dan sobat akrab, maupun dalam komunitas besar seperti organisasi bisnis dan kelompok penduduk yang lain. Orang yang dapatmemperlihatkan dirinya sebagai orang yang sanggup menerima amanah, itulah yang mempunyai integritas diri. Seorang pimpinan bukan saja hanya konsisten menerapkan aturan kalangan dengan baiktetapi dia sendiri harus dapatmemperlihatkan hal itu dalam dirinya. Dia sendiri menjadi embodiment of valuesbagi bawahan dan kelompoknya.
Menepati JanjiJanji atau kontrakdapatterjadi antara satu individu dengan individu lain, antara individu dengan kelompok, atau sebaliknya antara satu kalangan dengan individu, dan juga antara satu kelompok dengan kalangan lain. Namun, yang mendapat perhatian utama disini yaitu kesepakatan seorang eksklusif yang diarahkan, baik kepada individu atau kelompok lain. Entah terhadap semua orang hal itu diarahkan, hanya berupa lisan atau telah dituliskan di atas kertas bermaterai, komitmen terutamaadalah masalah budpekerti. Ungkapan “Janji mesti ditepati” memang ialah suatu perilaku moralkarena komitmen merupakan sebuah keharusan tabiat yang mengikat batin setiap orang yang mengucapkannya. Janji menuntut pemenuhan, entah terhadap siapa pun komitmen itu diberikan.
Janji memiliki lingkup yang sangat luas. Janji kesetiaan, misalnya kesepakatan kesetiaan suami-istri, akad kesetiaan dalam tugas kenegaraan (sumpah jabatan), komitmen dan janji untuk bekerja dengan baik, komitmen untuk tidak melanggar perintah Tuhan, akad untuk mengembalikan barang santunan, akad untuk taat pada pimpinan, akad untuk memperlihatkan yang terbaik dalam hidupnya, dan sebagainya. Selain janjiyang disebutkan, masih ada juga janji kita pada diri kita sendiri, mirip janji untuk menghentikan suatu perbuatan atau langkah-langkah yang telah kita sadari selaku berlawanan dengan kebaikan, baik terhadap diri kita sendiri, sesama,Tuhan dan dunia. Janji ialah utangyang harus dilunasi. Orang berintegritas tinggi akan setia menyanggupi janjinya, entah apa pun resiko yang harus dipikulnya.
Peduli pada Kebaikan yang Lebih Besar
Jujur dan Rendah Hati
Jujur sering diartikan secaranegatif, yakni tidak berbohong.Tidak jujur memiliki arti berbohong. Arti kata berbohong bergotong-royong cuma berarti menyampaikan sesuatu yang tidak benar. Namun, kata bohong sendiri, mirip halnya kata kejujuran, memiliki konotasi etis. Dengan demikian, berbohong berartisuatu tindakan sengaja, dengan tujuan jelek, menyampaikan berita yang salah terhadap pihak lain.
Dengan kata jujur kita diminta untuk menyampaikan yang benar dan tidak memberikan informasi yang salahyang didorong oleh tujuan buruk. Kita didesak untuk mesti berkata benartetapi tidak butuhsemua kebenaran mesti kita ungkapkan. Hal yang tidak pernah boleh kita lakukanadalah menyampaikan berita artifisial yang menyesatkan, utamanya bila hal itu dikerjakan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan jelek. Artinya, isu palsu yang kita berikan itu kita tahu bahwa menyesatkandan kita tahu juga bahwa berita salah yang kita berikan itu akan dipakai orang dan ketika digunakan akan menjinjing akibatburuk.
Bertindak Bagaikan Tengah DiawasiKalau kitasedang diawasi oleh orang laindan bahwa kita betul-betul menyadari hal itu, kita tentu akan lebih hati-hati dalam semua hal yang mau kita kerjakan. Kita akan pilih-pilih dalam mengeluarkan kata yang hendak kita ucapkan, kita akan mengatur setiap gerakan kita, dan akan berusaha mengontrol banyak sekali dorongan dan tindakan yang berdasarkan kita akan dicela jikalau kita melakukannya.Jadi, ketika sedang diawasi, orang akan mempunyai kontrol diri yang bagus dan hampir niscaya berusaha untuk tidak melakukan hal yang jelek.
Orang yang mempunyai integritas diri tidak mudah lepas kendali atas aneka macam tindakannya, utamanya untuk hal yang mempunyai dimensi etis (soal baik-buruk). Dia berlaku dan bertindak seakan-akan sedang diawasi, bukansaja oleh beberapa pasang matatetapi juga oleh mata batinnya sendiri dan bahkan mata Tuhan yang merupakan hakim, yang senantiasamenjatuhkan evaluasi pada dirinya dan pada apa yang dilakukannya.Bagi seorang yang mempunyai integritas diri, ada atau tidak ada orang, dia tetap waspadaatas apa yang akan dilakukannya. Dia selalu merasa sedang bertindak di depan hakim, yang senantiasamengetahui dengan baik segala apa yang dilakukannya. Kesadaran ini tidak hanya selaku alat kontrol atau pengekang untuk tidak melaksanakan hal Character BuildingJournal, Vol. 3No. 1, Juli2006: 16-2624yang buruk, melainkan juga sebagai pendorong untuk selalu berusaha melakukan hal yang baik dan benar. Hal itusemakin memperoleh bobot moralnya dikala dihayati bukan selaku paksaan (sebab perasaaan adanya hakim yang sedang menganggap), melainkan selaku keutamaan, sebagai ungkapan ihwal diri sendiriyang memang ialah baik.
KonsistenSecara singkat,konsisten mampu diketahui sebagai kesesuaian antara perkataan dan langkah-langkah. Orang yang konsisten tidak terpengaruh oleh pergeseran di luar dirinya, Uang, kekuasaan, dan pengaruh lainnya, dapatdatang dan pergi namun sikap, perkataan,dan tindakan orang yang konsisten tidak lepas dari nilai budbahasa yang dianutnya. Orang yang konsisten lazimnya terus terang. Mereka merasa percaya diri dalam mengatakan apa yang mereka yakini. Tanpa basa-kedaluwarsa. Mereka berani. Hal itu juga menghemat banyak waktudan ialah praktik yang bagus.
Orang yang mempunyai konsistensi biasanya nyaris dapatdiduga (keterdugaan etis), adalah orang dapatmenduga ia bertindak atau bereaksi apa nyaris dalam semua situasi. Kita tahu apa yang akan mereka lakukandan bagaimana kesudahannya. Kalau beliau seorang atasan sedang berhadapan dengan bawahan yang melanggar hukum, kita dapatduga dia akan bertindak apa. Kita tidak menyaksikan tindakannya yang lain dari apa yang selalu ia nyatakan dalam banyak kesempatan. Konsistensi mampu dilihat juga dalam banyak praktik kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis. Konsistensi terjadi bila ada kesesuaian antara yang dijanjikan dengan apa yang disampaikan dalam kenyataanyang secara faktual mampu disaksikan atau dialami oleh banyak orang. McDonald’smengalami sukses jangka panjang didalam industri makanan cepat saji karena konsistensinya. Sukses tersebut bukan khususnya alasannya adalah saus belakang layar, kuliner, tempat yang bersih, atau iklan penjualan yang mahir.
Memang semuanya itu ialah bagian dari formula belakang layar McDonald’s. Akan namun,kekuatan bahwasanya dari perusahaan itu terletak pada konsistensi yang ditunjukkan oleh setiapgerainya yang terhampar dari Hongkong sampai Wisconsin. Saat memesan Double Arches, Anda tahu persis apa yang akan Anda peroleh.Pentingnya Integritas DiriPenghargaan yang paling besar terhadapintegritas ialah salah satu warisan yang dimiliki bangsa Amerika. Hal itumengalir dari aksara para pemimpin mula-mula bangsa ini.
Dalam salah satu pidatonya, Abraham Lincoln mengambil posisi yang membuatnya kalah dalam persaingan memperebutkan dingklik Senat Amerika Serikat saat melawan Stephen Douglas. Ia mengatakan, Amerika tidak akan dapatbertahan hidup bila parlemennya terdiri dari orang yang “separuh bebas dan separuh budak”. Ia tahu persis konsekuensi kata-katanya itu, tetapi Lincoln lebih senang kalah dengan terus berpegang pada kata-kata itu dibandingkan dengan menang tanpanya. Akan namun, integritas yang membuatnya kehilangan kursi senat itu telah membuatnya memenangi kursi kepresidenan.
Integritas diri seorang presiden bertahan jauh lebih lama dibandingkan dengan kebijakan yang diambilnya. Amerika sekarang jauh lebih besar selaku penduduk , lebih berkuasa,dan sukses selaku bangsa berkat Washington, Adams, dan Lincoln; karena Eisenhower, Truman, dan Reagan. Hal yang kurang lebih sama dapatkita lihat juga dalam negara lain yang mempunyai kemantapan dan kestabilan yang makin baik dalam banyak sekali bidang kehidupan. Atau juga dalam lembagalain, mirip forum keagamaan dan lembagaswasta lainyang mempunyai kemantapan dan kestabilan yang semakin baikserta mampu bertahan dalam berbagai keadaan sosial masyarakat dan bahkan dunia sekalipun. Semua itu pastilah terkait karena integritas yang dimiliki oleh para pemimpin dari lembaga itu.
Integritas diri yang dimiliki oleh seseorang, khususnya oleh seorang pemimpin, mempunyai pengaruh sangat besar bagi kehidupan yang menyertainya. Mengecek integritas diri dapat juga meliputi pengukuran apakah seorang pemimpin dapatmemanfaatkan wewenangnya dan mengambil risiko untuk menciptakan langkah-langkah perbaikan dari yang populer sampai yang tidak terkenal sekalipun (Eileen Rachman, 2006).
Pribadi yang Memiliki Integritas
Seorang langsung yang memiliki integritas, dalam dirinya terdapat ciri-ciri berikut. Pertama, beliau mempunyai fisik yang sehat dan bugar, mempunyai kesanggupan hidup sosial yang kian baik,memiliki kekayaan rohani yang makin mendalam, dan memiliki mental yang kuat dan sehat. Kedua, kadar pertentangan dirinya rendah. Ia tidak berperang melawan dirinya sendiri (pribadinya menyatu). Dengan demikian,dia mempunyai lebih banyak energi untuk tujuanproduktif. Ketiga, mempunyai kemampuan dalam menata batin hingga mencapai tahap keleluasaan batin dalam arti tidak mudah diombang-ambing oleh gejolak emosi dan perasaan sendiri. Keempat, makin mempunyai cinta yang personal/kedekatan hidup pada Tuhan sehingga mampu menanggung risiko dan konsekuensidari pilihan hidup religiusnya. Kelima, seorang yang tidak gampang binggung tentang mana yang benar atau salah, baik atau jelek, demikianpula persepsinya perihal tingkah laris yang benar tidak mengalami banyak keraguan. Keenam, seseorang yang memiliki kesanggupan melihat hidup secara jernih, melihat hidup apa adanya,dan bukan berdasarkan keinginannya. Seseorang tidak lagi bersikap emosional, melainkan bersikap lebih objektif terhadap hasilpengamatannya. Ketujuh, orang ini juga mampu membaktikan peran, kewajiban atau panggilan tertentu yang dia pandang penting. Karena tertarikpada pekerjaannya itu, dia bekerja keras. Baginya, melakukan pekerjaan memberikan kegembiraan dan kenikmatan. Rasa bertanggungjawab atas tugas penting merupakan syarat utama bagi pertumbuhan, aktualisasi diri,serta kebahagiaan.
DAFTAR PUSTAKA;
- Bertens, K.1997.Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Gea, Antonius, dkk.2002. Character Building I: Relasi dengan Diri Sendiri. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan Emosional. Mengapa EI lebih penting ketimbang IQ(Judul orisinil: Emotional Intelligence. Alih bahasa: T. Hermaya).Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Gostick, Adrian and Dana Telford.2006. Keunggulan Integritas(Judul asli: The Integrity Advantage. Alih bahasa: Fahmi Ihsan).Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
- Poerwopoespito, F.X. Oerip S. dan T.A. Tatang Utomo. 2000. Mengatasi Krisis Manusia di Perusahaan. Jakarta: Grasindo.
- Rachman, Eileen. “Meraba Integritas, Dapatkah?”KOMPAS, Sabtu, 27 Mei, 2006, Hlm. 43, kolom 1-5
- .Sukidi.2002. Kecerdasan Spiritual. Rahasia Sukses Hidup Bahagia.Mengapa SQ Lebih Penting ketimbang IQ dan EQ. Cet. pertama.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama