Teladan Pendidikan Kurun Rasulullah


PENDAHULUAN
Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan dan rahmatan lil’alamin bagi orang yang menginginkan rahmat dan kedatangan hari akhir zaman dan banyak menyebut Allah (al-ahzaab : 21) yaitu pendidik pertama dan utamanya dalam dunia pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spitualisme dan panduan emosional yang dilaksanakan Rasulullah mampu dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang insan apa dan dimana pun tidak mampu melakukan hal yang sama.
Hasil pendidikan Islam abad Rasulullah terlihat dari kesanggupan murid-muridnya (para teman) yang hebat, misalnya : umat ibn Khotab hebat hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah Ahli Hadis, Salman al-Farisi andal Perbandingan Agama : Majusi, Yahudi, Nasrani dan Islam dan Ali ibn Abi Thalib ahli hukum dan tafsir al-Qur’an, lalu muri dari para sobat dikemudian hari, tabi’-tabi’in, banyak yang hebat dalam banyak sekali bidang ilmu pengetahuan sains, teknologi, astronomi, filsafat yang mengirimkan Islam pintu gerbang zaman keemasan. Hanya abad Rasulullah, fase Makkah dan Fase Madinah, para penggerak pendidikan mampu menyerap banyak sekali teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-teladan pendidikan dan interaksi sosial yang umum dilakukan dalam setiap administrasi pendidikan Islam.

Gambaran dan contoh pendidikan Islam diperiode Rasulullah SAW di Makka dan Madinah yakni sejarah masa kemudian yang perlu kita ungkapkan kembali, sebagai bahan perbandingan, sumber gagasan, gambaran strategi mensukseskan pelaksanaan proses pendidikan Islam. Pola pendidikan dimasa Rasulullah SAW, tidak terlepas dari sistem, penilaian, bahan, kurikulum, pendidikan, penerima ajar. Lembaga, dasar, tujuan dan sebagainya yang bertalian dengan pelaksanaan pendidikan Islam, baik secara teoristis maupun praktis.
PEMBAHASAN
POLA PENDIDIKAN ISLAM ERA RASULULLAH
Kondisi sosio-kultural penduduk Arab pra Islam Terutama pada penduduk Makkah dan Madinah sungguh mensugesti teladan pendidikan abad Rasulullah di Makkah dan Madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Makkah lebih minim dari pada orang-orang yang masuk Islam pada fase Madinah. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh budpekerti dan budaya nenek moyang mereka sedangkan masyarakat Madinah lebih mudah dimasuki anutan Islam alasannya adalah ketika kondisi masyarakat, utamanya Aus dan Khazraj, sungguh membutuhkan seorang pemimpin, untuk melenturkan pertengkaran sesame mereka dan selaku “pelindung” dari bahaya kaun Yahudi, disamping sifat orangnya yang lebih ramah yang dlatarbelakangi keadaan geografis yang lebih nyaman dan subur. Penulis mencoba mengungkapkan contoh pendidikan Islam kurun Rasulullah SAW yang dapat dibedakan menjadi dua fase yaitu (1) fase Mekkah; (2) fase Madinah.
A.    Fase Makkah
Allah Maha bijaksana, selaku kandidat panutan umat insan, Muhammad ibn Abdullah semenjak “awal sekali” sudah disiapkan Allah, dengan menjaganya dari sikap-sikap jahiliyah Dengan akhlaknya yang terpuji, syarat dengan nilai-nilai humanisme dan spiritualisme detengah-tengah umat yang hamper saja tidak berprikemanusiaan, Muhammad ibn Abdullah, masih sempat mendapat gelar penghargaan tertinggi, ialah al-Amiin.1IbnAbdullah, seorang yang teguh mempertahankan tradisi Nabi Ibrahim, tabah dalam mencari kebenaran hakiki, menjatuhkan diri dari hiruk pikuk dan perilaku hedonisme dengan berkontenplasi (bertahannus) di Gua hira.
 Pada tanggal 17 Ramadhan turunlah wahyu Allah yang pertama,suratal’Alaq ayat 1-5 selaku fase pendidikan Islam Makkah.
1.      Tahapan Pendidikan Islam pada fase Makkah
Pola pendidikan yang dilaksanakan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikannya terhadap kaum Quraisy. Dalam hal ini penulis membaginya terhadap tiga tahap:
a.      Tahap Pendidikan Islam secara Rahasia dan Perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama (the first revelation) al-Qur’an surat 96 ayat 5, acuan pendidikan yang dijalankan yakni secara sembunyi-sembunyi, mengingat keadaan sosial politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah untuk beriman kepada dan mendapatkan isyarat dari Allah, lalu disertai oleh anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang lalu diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara beransur-ansur seruan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat dari suku Qurays saja mirip Usman ibn Affan, Zubair ibn Awan, Sa’ad ibn Abi waqas, Bdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap permulaan ini disebut Assabiquna al awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan sentra kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era permulaan ini adalah rumah Arqam ibn Arqam.2
b.      Tahap Pendidikan islam secara terperinci-terangan
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berjalan selama tiga tahun, hingga turun waktu selanjutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan.3 Ketika wahyu tersebut turu, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul dibukt Shafa, menyerukan semoga berhati-hati terhadap azab yang keras dikemudian hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah selaku Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai delegasi-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab, Celakalah kau Muhammad ! untuk inikah kami mengumpulkan kami ?. saat itu turun wahyu menerangkan ihwal Abu Lahab dan Isterinya.4
Perintah dakwah secara jelas-terangan dilaksanakan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sobat yang kian banyak dan untuk meningkatkan jangkauan undangan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang mau masuk agama Islam. Disamping itu, eksistensi rumah Arqam ibn Arqam selaku sentra dan lembaga pendidikan Islam telah dimengerti oleh Kuffar Qrays.
c.       Tahap Pendidikan Islam untuk Umum
Hasil undangan dakwah secara terperinci-terangan yang terfokus kepada keluarga akrab, nampaknya belum optimal sesuaid engan apa yang diperlukan. Maka rasulullah mengganti taktik dakwahnya dari usul yang terkonsentrasi terhadap keluarga erat beralih terhadap ajakan umu, umat insan secara keseluruhan. Seruan dalam skala “internasional” tersebut didasarkan terhadap perintah allah, surat al-Hijr ayat 94-95.
Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada demam isu haji rasulullah mendatangi kemah-kemah pada jamaah haji. Pada mulanya tidak banyak yang mendapatkan, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yastrib, Kabiulah Khazraj yang mendapatkan dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam menyembur keluar Makkah.
Penerimaan penduduk Yatsrib kepada anutan Islam secara antusias tersebut dikarenakan beberapa aspek, (1) adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul ; (2) Suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan bahaya dari golongan yahudi ; (3) Komplik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang telah usang, oleh sebab itu mereka menginginkan seorang pimpinan yang bisa melindungi dan mendamaikan mereka.
Berikutnya, dimusim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad SAW, Rasulullah dihadiri dua belas orang pria dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan, yang dikenal dengan “Bai’ah al’Aqabah I” mereka berjanji tidak akan menyembah selain terhadap Allah SWT, tidak akan mencuri dan berzina : tidak akan membunuh bawah umur, dan menjauhkan tindakan-perbuatan keji serta fitnah, selalu taat terhadap Rasulullah dalam yang benar, dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang mereka tidak harapkan.
Berkat semangat yang tinggi yang dimiliki para teman dalam mendakwahkan fatwa Islam, sehingga seluruh penduduk Yastrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi. Musin haji selanjutnya 73 orang jamaah haji dari Yastrib mengunjungi Rasulullah SAW dan menetapkan keimanan terhadap Allah dan Rasul-Nya ditempat yang sama dengan pelaksanaan “Baiah al-Aqabah I” tahun kemudian, yang dikenal dengan “Baiah al-Aqabah II” dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib.
2.      Materi Pendidikan Islam
Materi pendidik pada fase Makkah dapat dibagi terhadap dua bagian, yaitu (1) pendidikan tauhid ; (2) pengajaran al-Qur’an. Pertama, matei pendidikan tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan anutan agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahin, yang telah diselewengkan oleh penduduk jahiliyah. Secara teoris intisari pemikiran tauhid terdapat dalam kandungan surat al-Fatihah ayat 1-7 dan surat al-Ikhlas, ayat 1-5. secara simpel pendidikan tauhid diberikan malaui cara-cara yang bijaksana, menuntun akan anggapan dengan mengajak umatnya untuk pembaca, mengamati dan mempertimbangkan kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri insan sendiri. Kemudian dia mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pemahaman tauhid tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah langsung menjadi pola bagi umatnya. Hasilnya, kebiasaan penduduk Arab yang memulai tindakan atas nama berhala, diganti dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim.kebiasaan menyembah berhala, maka diganti dengan menggagungkan dan menyembah Allah SWT.5
Kedua, bahan pengajaran al-Qur’an. Materi inidapat dirinci kepada : (1) bahan tulis baca al-Qur’an, untuk kini ini disebut dengan bahan imla’ dan iqra’. Dengan matei ini diharapkan supaya kebiasaan orang Arab yang sering membaca syair-syair indah, diganti dengan membaca al-Qur’an selaku bacaan yang lebih tinggi nilai sastranya (2) Matei menghafal ayat-ayat al-Qur’an, yang kemudian hari disebut dengan menghafalkan ayat-ayat suci al-Qur’an, (3) Materi pengertian al-Qur’an, ketika ini disebut dengan bahan fahmi al-Qur’an atau tafsir al-Qur’an : tujuan bahan ini yakni meluruskan pola piker umat Islam yang dipengaruhi pola piker jahiliyah. Disinilah letaknya fungsi hadis selaku bacaan al-Qur’an.
3.      Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam membidik sahabatnya antara lain  : (1) metode ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memperlihatkan klarifikasi-klarifikasi serta keterangan-keterangannya ; (2) dialog, contohnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az ibn Jabal saat Mu’az akan diutus selaku Ahadi ke negeri Yaman, dialog antara Rasulullah dengan para sobat untuk mengatur seni manajemen perang, (3) diskusi atau Tanya jawab ; sering sobat bartanya kepada Rasulullah wacana suatu aturan, lalu rasul menjawab, (4) sistem perumpanaan : contohnya orang mukmin itu laksana satu badan, jika sakit salah satu anggota tubuh maka anggota badan lainnya akan turut merasakannya. (5) tata cara kisah, contohnya kisah beliau dalam perjalanan isra` dan miraj dan cerita tentang pertemuan anatara nabi Musa dengan nabi Khaidir (6) sistem pembiasaan : membiasakankaum muslimin shalat berjemaah (8) tata cara hafalanmisalnya para sahabat direkomendasikan untuk mempertahankan al-Quran dengan menghafalnya.
Dalam buku “Tarbiyah Islamiyah” yang ditulis oleh Najb Khalid al-Amar, menyampaikan bahwa tata cara pendidikan Islam yang dilakukan Nabi Muhammad Saw pada kala Makkah dan Madinah, ialah (1) melalui teguran eksklusif   misalnyahadist Rasulullah Saw : Umar ibn Salmah r.a”dahulu akan menjadi pembantu di rumah Rasulullah Saw, saat makan misalnya saya mengulurkan tanganku ke banyak sekali penjuru. Melihat itu beliau berkata, Hai ghulam bacalah bismillah, makanlah dengan kananmu, dan makanlah apa yang ada didekatmu” (2) melalui sindiran Rasulullah bersabda : “apa keinginan kaum yang menyampaikan begini begitu? Sesungguhnya saya shalat dan tidur, aku berpuasa dan berbuka dan aku menikahi wanita maka barangsiapa yang tidak senang dengasn sunnahku memiliki arti beliau bukan golonganku. ( lihat Shahirul  Jami` Ash Shaghir, jus 5 hadis no 5448 ( 3) pemutusan dari jamaah. Pernah Ka`ab ibn Malik tidak ikut beserta Rasullah Saw dalam perang Tabuk. Dia berkata Nabi melarang sobat yang lain berbicara dengan saya, disebutkan Rasulullah Saw bersabda perintahkanlah anak-anakmu shalat dari usia tujuh tahun dan pukullah mereka jikalau enggan mengerjakannya pada usia sepuluh tahun, serta pisahkan merka dari tempat tidur ( HR Abu Daun dan Hakim),6 (5) lewat perbandingan cerita orang-orang terdahulu;  menggunakan kata isyarat: contohnya merapatkan kedua jarinya sebagai aba-aba perlunya menggelang persatuan; keteladanan setiap apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw maka yang menjadi uswahnya yaitu Rasulullah sendiri.
4.      Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum pendidikan Islam pada priode Rasululah baik di makkah maupun madinah ialah al-Alquran yang Allah wahyukan sesuai dengan keadaan dan suasana, insiden dan peristiwa yag dialami umat Islam pada ketika itu, alasannya adalah itu dalam prakteknya tidak saja logis dan rasional namun juga fitra dan pragmatis. Hasilcara yang demikian mampu dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya.
5.      Lembaga Pendidikan Islam
Menurut hemat penulis lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ada dua macam kawasan ialah rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttah Rumah Arqam ibn Arqammerupakan daerah pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta Rasulullah untuk belajar aturan-hukum dan dasar-dasar pedoman Islam. Rumah ini merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam adapun yang mengajar dalam forum tersebut ialah Rasulullah sendiri.
Kuttab, Pendidiksan di kuttab tidak sama dengan pendidikan yang diadakandi rumah Arqam ibn Arqam, pendidikan di rumah Arqam ibn Arqam kandungan materi ihwal hukum Islam dan Dasar –dasar agama Islam , sedangkan pendidikan di kuttab pada mulanya lebih terkonsentrasi pada materi tulis baca sastra, syair arab dan pembelajaran berhitung namun sesudah tiba Islam materinya ditambah dengan bahan tulis baca al-Quran dan memahami hukum-hukum Islam. Adapun guru yang mengajar di Kuttab pada kala awal Islam yaitu orang-orang non Islam. Dalam sejarah pendidikan Islam istilah kuttab telah dikenal dikalangan bangsa arab pra Islam, secara etimologi kuttab berasal dari bahasa Arab adalah kataba, yaktubu, kitaaban yang artinya telah menulis, sedang menulis dan tulisan sedangkan maktab artinya meja atau tempat menulis
B.     Fase Madinah
Kedatangan Nabi Muhammad Saw bersama kaum muslimin Makkah, disambut oleh masyarakatMadinah dengan bangga dan penuh rasa persaudaraan. Maka Islam mendapat lingkungan baru yang bebas dari bahaya para penguasa Quraisy Makkah, lingkungan yang da`wahnya, memberikan pedoman Islam dan menjabarkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wahyu secara beruntun selama masa Madinah akal Nabi Muhammad Saw dalam mengajarkan al-Quran adalah menganjurkan pengikutnya untuk menghafal dan menuliskan ayat-ayat al-Quran sebagaimana diajarkannya. Beliau sering menyelenggarakan ulangan-ulangan dalam pembacaan al-Quran dalam salat,dalam pidato-pidato, dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain peluang.
1.      Lembaga Pendidikan Islam
Ketika Rasulullah dan para sobat hijra ke Madinah salah satu program pertama yang ia lakukan yaitu pembangunan suatu masjid. Setelah final pembangunan masjid, maka nabi Muhammad Saw pindah menempati sebagian ruangannya yang memang khusus ditawarkan untuknya. Demikian pula di antara kaum Muhajirin yang miskin yang tidak mampu membangun daerah tinggalnya sendiri.
Masjid itulah pusat aktivitas Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin, untuk secara bersama-sama membina penduduk gres, penduduk yang disinari oleh tauhid dan memcerminkan persatuan dan kesatuan umat. Dimasjid itulah dia bermusyawarah perihal banyak sekali persoalan, mendirikan shalat berjemaah, membacakan al-Quran, maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan. Dengan demikian masjid itu merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.
Suatu budi yang sangat efektif dalam pelatihan dan pengembangan masyarakat gres di Madinah, adalah disyari`atkannya media komunikasi menurut wahyu, yakni shalat Jumat yang dijalankan secara berjemaah dan adzan. Dengan shalat Jumat tersebut hampir seluruh warga penduduk berkumpul untuk secara eksklusif mendengar khutbah dari nabi Muhammad Saw dan shalat Jumat berjemaah.7
2.      Materi Pendidikan Islam di Madinah
Pada fase Madinah materi pendidikan yang diberikan cakupannya lebih komplek dibandingkan dengan amteri pendidikan fase Makkah. Di antara pelaksanaan pendidikan Islam di Madinah ialah :
a.       Pendidikan ukhwah ( persaudaraan) antara kaum muslimimin
Dalam melaksanakan pendidikan ukhwah ini, nabi Muhammad saw bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada kala itu. Untuk mempersatukan keluarga itu nabi Muhammad saw berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu. Mereka dipesaudarakan karena Allah bukan sebab yang lain-lain. Sesuai dengan isi kontitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman, dihentikan membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang berat di antara sesama mereka. Anatara orang yang beriman satu sama yang lain harusla saling bantu menolong dalam menghadapi segala duduk perkara hidup. Mereka harus melakukan pekerjaan sama dalam menghadirkan kebaikan, mengorganisir kepentingan bareng dan menolak kemudaratan atau kejahatan yang hendak menimpa.8
b.      Pendidikan kesejahteraan sosial
Terjaminnya kemakmuran sosial, tergantung pertama-tama pada terpenuhinya kebutuhan utama daripada kehidupan sehari-hari. Untuk itu setiap orang mesti bekerja mencari nafkah. Untuk mengatasi duduk perkara pekerjaan tersebut, nabi Muhammad Saw menyuruh kepada kaum Muhajirin yang telah dipersaudarakan dengan kaum Ansor, semoga mereka bekerja bareng dengan kerabat-saudaranya tersebut.mereka kaum Muhajirin yang umum betani silakan mengikuti pertanian, yang umum berdaganga silakan mengikuti kerabat yang berdagang. Untuk penjagaan nabi Muhammad Saw membentuk satuan-satuan pengamat yang menerima peran untuk menjaga kemungkinan-kemungkinban terjadinya serangan dan gangguan terhadap kehidupan kaum muslimin. Satuan-satuan ini adalah ialah embrio dari pasukan yang bertugas untuk mengamankan dan mempertahankan serta mendukung peran-peran da`wah Islam lebih lanjut.
c.       Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum saudara
Yang dimaksud dengan keluarga yakni suami, istri dan anak-anaknya. Nabi Muhammad Saw berupaya untuk memperbaiki keadaan itu dengan memperkenalkan dan sekaligus menerapkan metode kekeluargaan relasi baru, yang berdasarkan taqwa terhadap Allah. Diperkenalkannya metode kekeluargaan dan relasi yang berdasarkan pada pengukuhan hak-hak individu, hak-hak keluarga dan kemurniaan keturunannya dalam kehidupan korelasi dan kemasyarakatan yang adil dan seimbang, mirip yang terlihat dalam surat al-Hujarat ayat 13 :
Hai manusia sebetulnya kami menciptakan kamu dari seorang pria dan seorang wanita, dan menyebabkan kau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku semoga kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kau di segi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu
Hubungan kekerabatan, terbentuk dengan sendirinya selaku akibat dari hukum perihal muhrim dan ahli waris bagi seorang yang meninggal dunia serta hukum perwalian. Dalam relasi hubungan ini, ciri-ciri individu dan keluarga terlihat jelas dan mencolokdengan hak milik kepada harta kekeyaan, sedangkan ciri korelasi cuma nampak pada hakekatnya korelasi antar individu yang ditandai dengan tidak boleh melaksanakan perkawinan intern saudara.
d.      Pendidikan hamkam (pertahanan dan keamanan ) dakwah Islam
Masyarakat kaum muslimin merupakan satu state (negara)  di bawah bimbingan nabi Muhammad saw yang memiliki kedaulatan. Ini ialah dasar bagi usaha dakwahnya untuk menyampaikan pemikiran Islam kepada seluruh umat manusia secara sedikit demi sedikit. Oleh alasannya adalah itu setelah masyarakat kaum muslimin di Madinah bangkit dan berdaulat, perjuangan nabi Muhammad Saw selanjutnya yaitu memperluas pengukuhan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah. Ajakan tersebut disampaikan dengan baik-baik dan bijaksana.
Untuk mereka yang tak inginmengikat perjanjian tenang ada dua kemungkinan tindakan nabi Muhammad Saw adalah (1) kalau mererka tidak menyatakan permusuhan atau tidak menyerang kaum muslimin atau kaum kabilah yang sudah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka mereka dibiarkan saja; (2) namun kalau mereka menyatakan permusuhan dan menyerang kaum muslimin atau menyerang mereka yang sudah mengikat perjanjian damai dengan kaum muslimin, maka mesti ditundukan/diperangi, sehingga merka menyatakan tunduk dan mengakui kedaulatan kaum muslimin.9
PENUTUP
Polapendidikan Islam abad Rasulullah Saw fase makkah-Madinah belum seluruhnya penulis buisa termuat dalam makalah. Paling tidak dari pembahasan tersebut akan didapatkan benang merah bahwa pola pendidikan fase Makkah dan Madinah memiliki persamaan dan perbedaan, fase Makkah ada dua lembaga pendidikan ialah rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttab, sedangkan di Madinah forum pendidikan rumah para sahabat dan Masjid yang multi guna
Materi pendidikan di madinah adalah selaku berikut:
a.       Pendidikan ukhwah (persaudaraan) antara kaum muslimimin
b.      Pendidikan kesejahteraan sosial
c.       Pendidikan kesejahteraan keluarga kaum kerabat
d.      Pendidikan hamkam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam
Kuriukulum yang digunakan Makkah dan Madinah yaitu sama yaitu al-Quran yang dijelaskan dengan hadis nabi Muhammad Saw yang diturunkan secara berangsur-angsur, hanya kurikulum di Madinah lebih komplit, seirama dengan bertambahnya wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah Saw

 

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Haekal, 1972, Sejarah Hidup Muhammad, Penrj. Ali Audah Jakarta : Balai Pustaka
Zuhairini dkk., 1997, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Buni Aksara : melakukan pekerjaan sama dengan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama
al-Amar. Najb Khalid, 1996, Tarbiyah Rasulullah, penjrj. Ibn Muhammad, Fakhrudin Nursyam Jakarta : Gema Insani Prres

Hasan. Hasan Ibrahim, 2002, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Penerj. H.A. Baharudin) Jakarta : Kalam Mulia


  Dikotomi Pendidikan