Teladan Khutbah Jumat Ihwal Perdagangan: Keutamaan PenjualYang Jujur


اَلْحَمْدُ للهِ الْعَزِيْزِ اْلغَفَّار، خَلَقَ اْلِإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّار، وَخَلَقَ الْجَآنَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَار، أَرْسَى الْجِبَالَ وَأَجْرَى اْلأَنْهَار، وَأَنْزَلَ الْغَيْثَ وَأَنْبَتَ اْلأَشْجَار، وَيَتُوْبُ عَلَى عَبْدِهِ كُلَّ لَيْلٍ وَنَهَار.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّار، اَلْعَظَمَةُ رِدَاءُهُ وَاْلكِبْرِيَاءُ لَهُ إِزَار ، اَللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ فَلاَ تُدْرِكُهُ اْلأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ اْلأَبْصَار.

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْـمُخْتَار، إِمَامُ الْـمُتَّقِيْنَ وَقَائِدُ اْلأَبْرَار، اَلْـمَنْصُوْرُ بِالرُّعْبِ عَلَى مَسِيْرَةِ شَهْرٍ فِـي كُلِّ اْلاَمْصَار.

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِ الْبَشَر، اِبْنِ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدٍ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْـمُخْتَارُ مِنْ بَيْنِ اْلأَخْيَار، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اْلأَطْهَار، مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَار:

أمّا بَعْدُ،فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ العَلِيِّ الْعَظِيْم، اَلْقَائِلِ فيِ كِتَابِهِ الْكَرِيْم:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ  !يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ
Hadirin rahimakumullah 
Salah satu cara untuk menerima bekal hidup duniawi ialah dengan berjualan. Dalam hal ini, Al Qur’an dan hadits Nabi telah menjelaskan aturan dan metode berjualan yang benar secara detail. Karena Islam ialah agama yang syamil dan mutakamil, maka segala hal yang berafiliasi dengan kehidupan insan di dunia dikontrol metode dan hukumnya oleh Islam.
Dalam pandangan Islam, halalnya harta adalah hisab, sedangkan haramnya adalah adzab. Sebab, setiap insan akan ditanya, darimana dia menerimanya, dan kemana beliau membelanjakannya. Jika ia menerimanya dengan cara halal, maka ia akan selamat dari adzab Allah subhanahu wataala. Dan sebaliknya, sekiranya beliau menerimanya dengan cara yang haram, maka dia akan menerima siksa dari Allah, sekalipun beliau pakai untuk kebaikan.
Oleh karena itu, seorang mukmin yang selamat yaitu: ia yang bertakwa terhadap Allah subhanahu wataala dan mengumpulkan hartanya dengan cara yang halal dan juga membelanjakannya terhadap yang halal. Maka, dalam konteks orang yang mencari rezeki dengan cara berjualan, ia mesti menjadi seorang penjualyang jujur. Rasulullah shallallahu alahi wasallam bersabda:
التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ الْأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيّينَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ

“Seorang penjualyang jujur, (kelak di hari kiamat akan dikumpulkan oleh Allah) bareng para nabi, shiddiqin, dan para syuhada’.” (Hadis Hasan Riwayat at-Tirmidzi)
 Salah satu cara untuk mendapatkan bekal hidup duniawi adalah dengan berdagang Contoh Khutbah Jumat Tentang Jual Beli: Keutamaan Pedagang yang Jujur

Hadits tersebut menawarkan besarnya keutamaan seorang pedagang yang memiliki sifat jujur, sebab beliau akan dimuliakan dengan keistimewaan besar dan kedudukan yang tinggi di sisi Allah subhanahu wataala, dengan dikumpulkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid pada hari akhir zaman. Imam Ath-Thiibi mengomentari hadis ini dengan menyampaikan: “Barang siapa yang senantiasa mengutamakan sifat jujur dan amanah, maka beliau termasuk kalangan orang-orang yang taat terhadap Allah subhanahu wataala; termasuk kalangan orang-orang shiddiq dan orang-orang yang mati syahid.  Tetapi barang siapa yang selalu memilih sifat dusta dan khianat, maka beliau termasuk golongan orang-orang yang durhaka; dari golongan orang-orang yang fasiq  atau pelaku maksiat.”

Allah subhanahu wataala berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا!   ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan (dikumpulkan) bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah sahabat yang sebaik mungkin. Yang demikian itu yakni karunia dari Allah, dan Allah cukup mengenali.” (Q.S. An-Nisaa’: 69-70)
Hadirin rahimakumullah
Ketika seorang muslim mencari rezeki dengan cara berdagang, maka pastilah beliau menghendaki laba yang didapatkannya menjadi harta yang berkah. Yaitu harta yang kemanfaatannya selalu bertambah, dan menjinjing kebaikan dan kebahagiaan kepada pemiliknya. Apalagi bila ia memiliki istri dan bawah umur yang mesti dinafkahi. Tentu beliau tidak mau menyediakan masakan dan kebutuhan hidup untuk keluarganya dari harta yang haram yang dibenci oleh Allah subhanahu wataala.
Untuk bisa memperoleh harta yang berkah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menawarkan isyarat dalam sabdanya:

اَلْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا، بُوْرِكَ لَهُمَا فِيْ بَيْعِهِمَا، وَإنْ كَتَمَا وَكَذَبَا، مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا(مُتَّفَقٌ عَلَيه)
Artinya: “Penjual dan pembeli, memiliki hak untuk meneruskan atau membatalkan akad mereka selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan (kelebihan dan kelemahan barang yang dijual) maka keduanya diberkahi dalam jual belinya. Namun sekiranya keduanya menyembunyikan (keganjilan barang yang dijual) serta berdusta, maka keberkahan jual belinya dihapus (oleh Allah subhanahau wataala).” (Muttafaq’ alaih).
Dari hadits tersebut, mampu dipetik beberapa pelajaran:
Pertama; maksud sifat jujur dan amanah dalam berdagang yaitu dalam menyampaikan berita yang berafiliasi dengan kesepakatan tersebut dan klarifikasi perihal cacat atau kelemahan pada barang dagangan yang dijual jika memang ada cacatnya. Maka hendaklah penjual dan pembeli senantiasa berkata benar dan tidak menyembunyikan sesuatu dalam rangka mengambil laba secara tidak halal dari akad tersebut.
Kedua; kejujuran dalam berjual beli inilah yang menjadi karena keberkahan dan kebaikan dalam jual beli dan jual beli. Allah akan membersamai mereka dengan mencurahkan ridha-Nya alasannya melaksanakan perintah Rasul dalam berdagang.
Ketiga; keberkahan dalam jual beli akan menenteng terhadap keberkahan harta yang dihasilkannya, sehingga dapat memperlihatkan kemanfaatan yang berlipat dari semua segi; berbentukpahala dari Allah, kebahagiaan keluarga yang menyantap harta tersebut dan akidah dari konsumen dan korelasi.
Dan yang Keempat; hilangnya keberkahan akan membawa seseorang terjatuh ke dalam dosa dan kemaksiatan dalam membelanjakan harta tersebut. Karena semua daging yang berkembang dari harta yang haram akan menjadi kayu bakar api neraka, sebagaimana dalam sabda Nabi: “Semua daging yang tumbuh dari harta yang haram, maka api neraka lebih berhak untuk membakarnya.” (H.R ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Syekh al-Albani).
Hadirin rahimakumullah
Selain memiliki sifat jujur, seorang pedagang juga harus mempunyai ilmu perihal kesepakatan atau transaksi yang halal dan yang haram. Karena ketidaktahuan akan hal itu, mempermudah seseorang terjerumus pada pelanggaran syar’i dengan melaksanakan transaksi yang tidak boleh oleh Islam. Oleh alasannya adalah itu, menjadi kewajiban setiap penjualmuslim untuk mempelajari metode berjualan yang benar dan diridhai Allah subhanahu wataala.
Diriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah berkata:
لاَ يَبِعْ فِي سُوْقِنَا إِلاَّ مَنْ قَدْ تَفَقَّهَ فِي الدِّينِ
“Janganlah berdagang di pasar kami kecuali orang yang telah mengerti dalam agama (ialah mengenai komitmen yang halal dan yang haram).” (H.R. at-Tirmidzi dan dihasankan oleh Syekh al-Albani)
Larangan Umar bin al-Khaththab tersebut, adalah suatu ketegasan seorang pemimpin dalam menjaga rakyat dan umatnya dari mudharat yang mungkin terjadi alasannya transaksi yang melanggar syariat. Dan seharusnya begitulah seorang pemimpin yang beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya. Dia harus selalu memperlihatkan panduan yang dapat menghantarkan terhadap nirwana, dan tidak membiarkan rakyatnya berada dalam keburukan.
Hadirin rahimakumullah
Demikianlah pembahasan singkat mengenai urgensi jujur dalam berjualan dan kemuliaan yang didapatkan oleh penjualyang jujur dan mengenali hukum Islam dalam problem perdagangan. Maka, bagi para pedagang dan pengusaha muslim, hendaklah mereka mengakibatkan ayat-ayat serta hadits-hadits yang telah disampaikan selaku bimbingan dalam mencari rezeki yang halal dan berkah. Semoga Allah subhanahu wataala selalu membimbing kita semua untuk senantiasa taat kepada aturan Allah dalam setiap aktifitas kita, Amin ya rabbal alamin.

اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِك، وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِك، وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ،وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْه، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَهْدِيْه، وَنَشْكُرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَه، وَمَنْ يُضلِلْ فَلَا هَادِيَ لَه.

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى خَيْرِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْـمُرْسَلِيْن، مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَىآلِهِوَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن.

أَمَّا بَعْدُ،فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُم وَنَفْسِيْ بِتَقْوى اللهِ الْعَلِيّ الْعَظِيْم، اَلْقَائِل وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Hadirin rahimakumullah
Pada khutbah kedua ini, sekali lagi kami mengingatkan untuk tetap mempertahankan ketaqwaan terhadap Allah subhanahu wataala. Dan kepada para pedagang, hendaklah mereka tetap mempertahankan kejujurannya. Semoga dengan ketaqwaan dan kejujuran tersebut, Allah subhanahu wataala melimpahkan keberkahan yang berlipat ganda, Amin.
Mari kita berdoa kepada Allah subhanahu wataala disaat yang penuh berkah ini,  biar Allah mengabulkan doa kita:

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْن، اللّهُمَّ صَلّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحًمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْم، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد.

اللّهُمَّ اغْفِر لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَات، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

اللّهُمَّ اجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِيْن، غَيْرَ ضَالِّينَ وَلَا مُضِلِّيْن

اللّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِنَا، وَآمِنْ رَوْعَاتِنَا، وَاكْفِنَا مَا أَهَمَّنَا وَقِنَا شَرَّ مَا نَتَخَوَّفُ

عبادَ الله، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ يَزِدْكُمْ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ، وَاتّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا
 وَأَقِيمِوا الصَّلاةَ