Pinsip kerja teknik konseling behavioral :
1) Memodifikasi tingkah laku melalui perlindungan penguatan. Agar klien terdorong untuk mengganti tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup besar lengan berkuasa dan dilaksanakan secara sistematis dan positif-kasatmata ditampilkan lewat tingkah laku klien.
2) Memengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laris yang tidak diharapkan.
3) Memberikan peguatan kepada suatu respon yang akan menimbulkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diharapkan.
4) Memberikan pola atau Pendekatan lewat : film, tape recorder, atau contoh faktual eksklusif.
5) Merencanakan prosedur pertolongan penguatan terhadap tingkah laris yang dikehendaki. Penguatannya mampu berbentuk ganjaran yang berbentuk bahan maupun laba sosial. Syarat-syarat persetujuan yang bagus yaitu : (1) kejelasan ihwal hal-hal yang diperlukan dari kedua belah pihak (konselor dan klien), (2) kejelasan dalam tingkat kemunculan tingkah laku dan ganjarannya, (3) kejelasan metode monitoringnya, (4) kejelasan tata cara sanksinya, (5) ada ketentuan tertulis, dan (6) kejelasan sistem bonus, utamanya untuk persetujuan jangka panjang.
6) Memberikan penjelasan rasional tentang banyak sekali hal.
Beberapa teknik khusus :
1) Latihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesusahan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya yakni layak atau benar. Latihan ini terutama memiliki kegunaan di antaranya untuk menolong individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, emngungkapkan afeksi dan tanggapanposistif yang lain. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan panduan konselor. Diskusi-diskusi kalangan juga mampu diterapkan dalam latihan asertif ini.
2) Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis ialah teknik konseling behavioral yang memfokukskan sumbangan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menetralisir tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak diinginkan mampu dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk meniadakan tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya ialah kecemasan, dan dia menyertakan tanggapanyang bertentangan dengan tingkah laris yang mau dihilangkan.
3) Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan jelek. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien biar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disuguhkan tersebut diberikan secara bersamaan dengan hadirnya tingkah laku yang tidak diharapkan kemunculannya. Pengkondisian ini diperlukan terbentuk perkumpulan antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak mengasyikkan.
4) Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku gres pada klien, dan memperkuat tingkah laris yang telah terbentuk. Dalam hal ini konselor menawarkan terhadap klien ihwal tingkah laris model, mampu menggunakan versi audio, versi fisik, versi hidup atau lainnya yang teramati dan dimengerti jenis tingkah laku yang mau dicontoh. Tingkah laris yang berhasil dicontoh mendapatkan ganjaran dari konselor. Ganjaran mampu berupa pujian selaku ganjaran sosial.