Tawadhu (Pengertian, Dalil Hadits Tawadhu, Pola Dan Cara Sikap Tawadhu Lengkap)

1. Pengertian Tawadhu
    Tawadhu artinya sikap rendah hati. Tawadhu yaitu sikap tunduk sebab sadar bahwa semua manusia berasal dari bagian sama, adalah tanah. Derajat seseorang hanya dinilai dari ketakwaannya terhadap Sang Khalik. Dengan bertawadhu, seseorang akan terbebas dari sifat ujub (angkuh) dan takabur. Kedua sifat tersebut ialah kebalikan dari tawadhu (Al-Jaza’iri, 2009:229–300). Sikap tawadhu ialah perilaku seseorang yang tidak mau menonjolkan diri dengan sesuatu yang ada pada dirinya. Kebaikan yang dikaruniakan Allah Swt. kepadanya baik berbentukharta, kepandaian, keelokan fisik, dan bermacam-macam karunia Allah Swt lainnya tidak membuat dirinya lupa.

2. Dalil Ayat dalam Al-Alquran dan Hadis Tentang Sifat Tawadhu
    Beberapa ayat yang menunjukan keistimewaan sifat tawadhu antara lain Surah al-Furqan: 63, Surah an-Nahl: 22-23, dan Surah Luqman:19.
a. Surat al-Furqan ayat 63

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Artinya: Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu ialah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan bila orang-orang ndeso menyapa mereka (dengan kata-kata yang mencibir), mereka mengucapkan, “salam”. (QS. al-Furqan [25]:63)
b. Surat an-Nahl ayat 22-23

إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ فَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ قُلُوبُهُم مُّنكِرَةٌ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَ
لَا جَرَمَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ

Artinya: Tuhan kau yakni Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang yang tidak beriman terhadap alam baka, hati mereka mengingkari (keesaan Allah), dan mereka adalah orang yang sombong. (QS. an-Nahl [16]:22)
Tidak disangsikan lagi bahwa Allah mengenali apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Dia tidak menggemari orang yang sombong. (QS. an-Nahl [16]:23)
c. Surat Luqman ayat 19

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

Artinya: Artinya: Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk bunyi adalah suara keledai. (Q.S. Luqman [31]:19)
    Dalam ayat-ayat Al-Qur’an lainnya juga banyak didapatkan perintah untuk merendahkan diri. Kita diusulkan untuk bertawadhu dan menjauhi sikap sombong, walaupun memiliki harta kekayaan, keturunan, atau kedudukan yang tinggi (Husaini A. Majid Hasyim. 2005. Halaman 415).

d. Hadits Tentang Sifat Tawadhu
    Sebagai perilaku yang baik, sikap tawadhu pasti juga membawa akhir yang bagus. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Baihaqi yang artinya:

”Barang siapa bersikap tawadhu karena mencari rida Allah Swt. Allah akan meninggikan derajatnya. Ia akan menilai dirinya tiada berguna tetapi dalam persepsi orang lain dia sangat terhormat. Sebaliknya, barang siapa menyombongkan diri, Allah akan menghinakan dirinya. Ia menilai dirinya terhormat padahal dalam pandangan orang lain beliau sungguh hina . . . .”

3. Contoh-Contoh Perilaku Tawadhu
    Contoh perilaku tawadhu dapat ditemukan dalam uraian berikut.

Ahmad seorang anak yang pintar dan selalu menjadi juara kelas. Ahmad tidak merasa angkuh atau tinggi hati alasannya kecerdasannya. Ia senantiasa membantu sobat-temannya dengan berguru kelompok. Ia merasa bahwa kecerdasannya merupakan karunia Allah Swt. yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin.

Sikap Ahmad dikategorikan sebagai sikap tawadhu. Ia tidak merasa angkuh atas karunia kecerdasan. Justru dia merasa bahwa ilmu dan kecerdasannya belum apa-apa dibanding ilmu Allah Swt. Oleh alasannya adalah itu, beliau tidak tinggi hati dan memanfaatkan kecerdasannya untuk menolong teman-temannya.

 sikap tunduk karena sadar bahwa semua manusia berasal dari unsur sama Tawadhu (Pengertian, Dalil Hadits Tawadhu, Contoh dan Cara Perilaku Tawadhu Lengkap)

    Ketawadhuan seseorang dapat diperhatikan lewat sikap rendah hatinya. Sikap rendah hati acap kali diibaratkan mirip pohon padi. Semakin tinggi daunnya, padi justru kian merunduk. Demikian halnya dengan orang yang rendah hati. Semakin tinggi derajat ilmu, kedudukan, dan kekayaannya, beliau tetap akan tampil biasa saja di depan orang lain. Ia justru akan makin terbuka dan rendah hati dalam menerima persepsi yang berlawanan dari orang lain. Contoh lain, bila seorang hartawan memiliki mental tawadhu, dia pasti takkan bersikap sombong. Sebaliknya, ia akan gemar menolong, dan lebih suka bergaul dengan orang-orang lemah yang hidup berkekurangan (mustad’afin). Adapun jika seorang tawadhu itu yaitu pejabat, dia akan memangku jabatannya dengan perilaku amanah. Ia juga selalu rendah hati dan bersikap terbuka dalam menerima kritik serta anjuran dari bawahannya.
    Orang yang bersikap tawadhu senantiasa ingat bahwa semua yang ada padanya yaitu milik Allah Swt. semata. Oleh alasannya itu, seorang yang tawadhu tidak akan mencemooh orang lain dengan apa pun yang diamanatkan Allah Swt kepadanya Cara bicara orang yang tawadhu selalu lembut dan merendah sekaligus memiliki rasa yakin diri yang kuat. Ia senantiasa berusaha berbuat yang terbaik tanpa ingin kebaikannya dimengerti orang lain. Ia lebih senang menyampaikan kebaikan orang lain meskipun kebaikannya jauh lebih banyak. Tidak tersinggung terlebih murka saat orang lain memberikan keburukannya kepadanya. Istigfar menghiasi bibirnya jikalau ada kritikan kepadanya. Bukan sebagai tambahan bibir, melainkan muncul dari hati yang merasa teledor atau tidak berhatihati sehingga ada salah yang tanpa sengaja beliau kerjakan.

Kebalikan dari sifat Tawadhu yang harus dikesampingkan
    Sikap di atas berlawanan dari rasa rendah diri. Rasa rendah diri berasal dari ketidakmampuan menatap dirinya dan orang lain dengan benar. Ketidakmampuan itu menimbulkan orang yang rendah diri salah menilai dirinya selaku tidak baik, tidak bisa, tidak ganteng atau anggun, atau tidak pantas. Pada dikala yang serupa dia menganggap orang lain sebagai sangat bagus, sungguh berakal, lebih ganteng atau elok, dan lebih patut untuk sesuatu hal. Oleh sebab itu, orang yang salah menilai diri condong merasa minder, tidak mampu, dan tidak yakin diri. Selain berlawanan dengan rendah diri, sikap tawadhu merupakan kebalikan dengan sikap arogan.
    Sikap arogan timbul dari kesalahan menilai diri selaku lebih baik, lebih mampu, lebih kaya, atau rasa lebih lainnya. Orang yang angkuh merasa bahwa kelebihan yang ada padanya semata merupakan hasil kerja yang beliau lakukan. Ia tidak menyaksikan kehadiran Allah Swt. dalam kehidupannya. Dengan persepsi mirip itu, wajar kalau orang yang sombong bahagia membandingkan dirinya dengan orang lain. Saat beliau melihat orang lain lebih dari dirinya, dia merasa iri dan berbuat dengki. Sebaliknya, dikala dia mendapatkan orang yang beliau rasa lebih rendah darinya, beliau merasa tinggi hati dan merendahkan orang lain. Sombong ialah perilaku tercela yang harus kita jauhi. Selain mencela perilaku arogan, Allah Swt. juga menawarkan tawaran kepada kita untuk bersikap tawadhu.

  Pengertian Ilmu Kalam (Etimologi/Terminologi), Fungsi Ilmu Kalam, Peranan Ilmu Kalam, Dan Sejarah Ilmu Kalam

Baca juga: Pengertian Taat, Dalil, Taat Kepada Allah, Rasul, Ulil Amri, dan Contohnya 😊 

4. Cara Berperilaku Tawadhu
    Cara yang mudah untuk menerapkan sikap tawadhu yakni dengan menyadari dan merenungkan kembali asal-ajakan manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dari tanah, dan kelak kembali menjadi tanah. Derajat setiap manusia dibedakan oleh amal baik dan keimanannya. Apabila kita senantiasa ingat akan hal ini maka kita akan mudah menerapkan sikap tawadhu atau rendah hati.
    Tawadhu ialah perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tawadhu akan muncul dengan membiasakan perilaku-sikap terpuji. Di antara sikap terpuji yang dapat menimbulkan tawadhu sebagai berikut.

  1. Menyadari bahwa setiap insan memiliki kelebihan.
  2. Merasa cukup dengan karunia Allah Swt.
  3. Menyadari bahwa hanya Allah Swt. yang pantas untuk angkuh.
  4. Menyadari kelemahan insan.