Khutbah yakni salah satu sendi pokok Dakwah Islam. Sejak awal kelahiran islam, khutbah sudah menjadi suguhan rohani yang paling banyak digemari dan dicicipi oleh kaum Muslimin. Bahkan, Rasulullah sendiri menjadi khutbah selaku sarana utama dakwah ia. Saya sudah pernah mempublish Tata Cara Pelaksanaan Khutbah Jumat yang Benar Sesuai Sunnah:
1). Khatib naik ke atas mimbar sesudah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), lalu memberi salam dan duduk.
2). Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3). Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melakukan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan kebanggaan terhadap Allah SWT serta membaca shalawat terhadap Rasulullah SAW. Kemudian menawarkan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-akad kebaikan serta bahaya-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala. Kemudian duduk sebentar
4). Khutbah kedua: Khatib mengawali khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai.
5). Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melakukan iqamat untuk melakukan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.
Adapun rukun khutbah Jumat paling tidak ada lima (5) kasus.
- 1). Rukun Pertama: Hamdalah
Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama atau khutbah kedua. Contoh bacaan:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا و مِنْ َسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Innal hamdalillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’maalinaa mayyahdihillaahu falaa mudhillalahu wa mayyudhlilfalaa haadiyalahu
- 2). Rukun Kedua: Shalawat terhadap Nabi SAW
Shalawat kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan terperinci, paling tidak ada kata shalawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad. Contoh bacaan: Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi ihsaani ilaa yaumiddiin.
- 3). Rukun Ketiga: Washiyat untuk Taqwa
Yang dimaksud dengan washiyat ini ialah perintah atau seruan atau usulan untuk bertakwa atau takut terhadap Allah SWT. Dan berdasarkan Az-Zayadi, washiyat ini yaitu perintah untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan usul untuk mengerjakan perintah Allah. Sedangkan menurut Ar-Ramli, washiyat itu harus berupa permintaan terhadap ketaatan kepada Allah.Lafadznya sendiri mampu lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah kalian terhadap Allah”. Atau kalimat: “marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang taat”.
Contoh bacaan:
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun
Ketiga rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat itu.
- 4). Rukun Keempat: Membaca ayat Al-Alquran pada salah satunya
Minimal satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar bagian yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan selaku pembacaan Al-Alquran kalau sekedar mengucapkan lafadz: “tsumma nazhar”.
Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan mesti ayat wacana perintah atau larangan atau aturan. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya. Contoh bacaan:
فَاسْتبَقُِوا اْلخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونوُا يَأْتِ بِكُمُ اللهُ جَمِيعًا إِنَّ اللهَ عَلىَ كُلِّ شَئٍ قَدِيرٌ
Fastabiqul khairooti ayna maa takuunuu ya’ tinikumullahu jamii’an innallaaha ‘alaa kulli syaiin qodiiru (QS. Al-Baqarah, 2 : 148)
أَمّا بَعْدُ
Selanjutnya berwasiat untuk diri sendiri dan jamaah semoga senantiasa dan meningkatkan taqwa kepada Allah SWT, kemudian mulai berkhutbah sesuai topiknya. Memanggil jamaah bisa dengan panggilan ayyuhal muslimun, atau ma’asyiral muslimin rahimakumullah, atau “sidang jum’at yang dirahmati Allah”.
Karakter Kemuliaan Seorang Muslim
……. isi khutbah pertama ………
Jamaah sidang jum’at yang dirahmati Allah..
.
Segala puji atas limpahan karunia Allah yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati, sebagai perumpamaan kesyukuran kita, marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan mengembangkan kualitas akidah dan taqwa terhadap Allah, mengakibatkan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoan Allah semata.
Sholawat serta salam kita hadiahkan terhadap baginda Rasulullah SAW, teladan umat semesta, panutan dalam mewujudkan ketaqwaan dalam kehidupan faktual dalam bermasyarakat dan bernegara.
Kaum muslimin rahimakumullah
Dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani, aneka macam macam cara yang ditempuh oleh manusia untuk mencari sesuatu yang dapat melegakan jiwanya, mencari kemuliaan di tengah-tengah manusia. Berbagai cara dilakukan, baik dengan cara yang terhormat ataupun bukan, yang sesuai dengan tununan syari’at ataupun bukan. Bahkan kadang tak memperdulikan nilai-nilai norma dalam agama dan masyarakat. Ketika kebutuhan jiwa terpenuhi, perasaan bahagiapun tersegarkan, kemudian merasa besar hati dan mulia, namun kadang masa kebanyakan orang melewatkan hakikat dan karakteristik kemuliaan yang sesungguhnya yang Allah SWT gambarkan di dalam Al-Alquran.
Diantara terlalu banyak nilai kemuliaan yang disampaikan di dalam Al-Alquran, ada beberapa karakter yang mau khatib sampaikan pada kesempatan khutbah jum’at kali ini. Karakteristik pertama yang diungkapkan Al-Qur’an yakni : orang-orang yang mulia yakni mereka yang berlangsung dimuka bumi dengan rendah hati, tak dibuat-buat, tak pamer, tak angkuh, tidak pula memalingkan pipi ketika bertemu. Karena berjalannya manusia sebagaimana halnya seluruh gerakan, adalah perumpamaan dari kepribadian dan perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya, sehingga jiwa yang tenang, lurus, mulia, serius, dan mempunyai tujuan, akan menampilkan sifat-sifat ini dalam cara berjalan orang tersebut. Al-Qur’an menggambarkan: “yakni orang-orang yang berlangsung di atas bumi dengan rendah hati” (Al-Furqon :63)
Maksud ayat ini sebagaimana penjelasan Ustadz Sayid Qutb :”Bukankah makna kalimat ini adalah bahwa mereka berjalan dengan gontai, kepala tertunduk, lemah dan lesuh, seperti dipahami sebagian orang yang ingin memperlihatkan ketakwaan dan kesholihan. Rasulullah sendiri jikalau berjalan maka Beliau berjalan dengan tegap,Beliau adalah orang yang paling cepat berjalan, paling baik jalannya, dan paling tenang.”
Abu Hurairoh berkata: “ aku tak melihat sesuatu yang lebih indah dari Rasulullah, seakan-akan matahari berlangsung diwajah Beliau. Saya tak menyaksikan orang yang lebih cepat jalannya dari Rasulullah., seaka-akan bumi tertekuk bagi Beliau, sehingga saat kami berusaha mengejar ritme berjalan Beliau, kami melakukannya dengan cukup sulit, padahal Beliau berjalan dengan damai tanpa kesusahan.”
Kaum muslimin jamaah shalat jum’at yang dimuliakan Allah SWT
Karakteristik kemuliaan yang kedua bagi orang beriman yaitu: mereka ialah orang-orang yang tersibukkanmalam-malam mereka dengan sujud terhadap Zat yang maha mulia. Mereka berjaga ditengah malam saat insan tidur, mereka bersujud dan bangun mengerahkan hati mereka ke Arsy Ar-Rahman yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. Allah SWT berfirman: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kau selaku suatu ibadah suplemen bagimu; gampang-mudahan Tuhan-mu mengangkat kau ketempat yang mulia” (Al-Isra ;79). Orang-orang yang mulia tak pernah menghendaki dari manusia, sebab sumber kemuliaan yakni dari Allah semata.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
karakteristik yang ketiga ialah: Kesederhanaan dan keseimbangan dalam kehidupan mereka. Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur’an sebagaimana firman Allah: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (Harta) mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan ialah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqon:67).
Ini adalah sifat Islam yang diwujudkan dalam kehidupan langsung dan masyarkat juga menjadi arah pendidikan dan aturan islam yang dibangun atas dasar keseimbangan dan keadilan. Seorang muslim tidaklah bebas mutlak dalam menginfakkan dan membelanjakan harta pribadinya sekehendak hatinya seperti yang terdapat dalam sistem kapitalis dan pada bangsa-bangsa yang hidupnya dikelola oleh hukum tuhan dalam semua bidang. tetapi penggunaan duit itu terikat dengan aturan menyeimbangkan antara dua masalah adalah, antar sikap berlebihan dalam menginfakkan dan terlalu menahan. Karena sikap berlebihan atau terlalu menahan harta menghasilkan ketidak seimbangan di tengah masyarakat dan bidang ekonomi, menahan harta menjadikan masalah-persoalan demikian juga melepaskannya tanpa kendali. Padahal harta itu ialah alat soisal untuk merealisasikan kepentingan-kepentingan sosial.
Sementara Islam menertibkan segi kehidupan ini dengan memulainya dari jiwa individu, sehingga menghapus keseimbangan itu selaku satu aksara dari abjad-abjad keimanan, Allah SWT berfirman : “ … dan yaitu ( pembellanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian)” (Al-Furqon:67)
Jama’ah yang dirahmati Allah SWT
Karakter yang keempat yakni: Orang-orang yang mulia senantiasa menjaga kemurnian tauhid di dalam dadanya. Menjaga kehormatan orang lain dan menjaga dirinya dari tindakan dosa-dosa besar. Hhal ini degambarkan oleh Allah dalam firmannya: “ dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tiidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah( membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar. Dan tidak berzina. Barang siapa yang melaksanakan yang demikian itu, pasti beliau mendapat (pembalasan dosan(nya).” (Al-Furqon:68)
Mentauhidkan Allah yakni pondasi keyakinan islamiyah menghindarkan diri dari menganiaya orang lain, membunuh insan tanpa hak adlah persimpangan jalan antara kehidupan sosial yang tenang yang padanya kehidupan manusia dihormati dan dihargai dengan kehidupan hutan yang padanya seorang tak merasa kondusif kepada nyawanya. Adapun menghalangi diri dari perbuatan zina ialah persimpangan adalah antara kehidupan yang bersih yang padanya insan merasakan peningkatan dirinya dari perasaan hewani yang hitam pekat.
Karena ketiga Sifat ini menjadi persimpangan jalan antara kehidupan yang patut bagi insan yang mulia di mata Allah dengan kehidupan yang murah dan rendah hingga ke tingkatan binatang,. Maka Allah menyebutnya dalam abjad-aksara para hamba Allah. Mereka yaitu makhluk yang paling mulia disisi Allah.
Setelah di itu menutup khutbah pertama dengan do’a untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat. Contoh bacaannya: barakallahu lii wa lakum fill quraanil azhiim wa nafa’nii wa iyyaakum bima fiihi minal aayaati wa dzikril hakiim. Aquulu qowlii hadzaa wa astaghfirullaaha lii wa lakum wa lisaa iril muslimiina min kulli danbin fastaghfiruuhu innahu huwal ghafuurur rahiimu.
Lalu duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca shalawat secara perlahan.Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali dengan bacaaan hamdallah dan disertai dengan shalawat. Contoh bacaan:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِينَ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْْْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.,
Innal hamdalillahi robbal’aalamiin wa asyhadu an laa ilaaha illahllaahu wa liyyash shalihiina wa asyhadu anna muhammadan khaatamul anbiyaai wal mursaliina allahumma shalli ‘alaa muhammadan wa ‘alaa aali muhammadin kamaa shollayta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid.Wa barok ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammadin kamaa baarokta ‘alaa ibroohiima wa ‘alaa alii ibroohiim, innaka hamiidum majiid. Ammaa ba’laga..
Selanjutnya di isi dengan khutbah baik berupa ringkasan, maupun hal-hal terkait dengan tema/isi khutbah pada khutbah pertama yang berupa washiyat taqwa.
……. isi khutbah kedua ………
ayyuhal muslimun
Diantara huruf kemuliaan yang digambarkan Al-Qur’an terhadap hamba beriman yakni : Mereka tidak memberi kesaksian palsu maupun ucapan dusta dan tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak berfaedah. Karena orang yang beriman mempunyai problem tersendiri yang menyibukkannnya dari kelalaian, hura-hura dan mengatakan kosong. Orang-orang beriman tak mempunyai waktu kosong untuk bermain-main yang tidak mempunyai arti. Karena ia direpotkan dengan permintaan keimanannya, dakwahnya dan beban-beban tugasnya yang dia tanggung. Allah berfirman: “ dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian artifisial dan apabila mereka berjumpa dengan (orang-orang) yang mengerjakan tindakan-perbuatan yang tidak berguna, mereka lalui(saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”(Q.S. Al-FurqonL: 72)
Hadirin Jamaah shalat yang berbahagia
Orang-orang yang mulia juga adalah orang-orang yang secepatnya sadar dikala diingatkan dan gampang mengambil pelajaran jikalau diberi anjuran terbuka hatinya untuk mendapatkan ayat-ayat Allah yang mereka terima dengan pengertian dan mengambil pelajaran. Sehingga mereka mengimaninya dengan keimanan yang penuh dengan kesadaran bukan fanatisme dan tidak menenggelamkan tampang! Jika mereka antusiasmembela aqidah mereka , membela agama mereka, membela saudara seiman mereka, maka hal itu mereka lakukan dengan sikap semangat seorang yang mengetahui penuh kesadaran dan hati terbuka. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang yang jika diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagi orang-orang yangg tuli dan buta.” (Q.S Al-Furqon:73)
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Karakteristik yang terakhir digambarkan oleh Al-Quran lewat firman Allah: “Dan orang-orang yang berkata:” Ya, Tuhan kami, anugerahkan terhadap kami ,istri-istri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”(AlFurqon:74).
Ini yaitu perasaan fitrah keimanan yang mendalam. Perasaan seorang untuk memperbesar bilangan orang-orang yang berlangsung di jalan Allah. Tidak cukup kesholihan yaitu milik pribadi, orang-orang beriman juga senantiasa menyenandungkan doa-doa untuk menambah jumlah orang-orang menyembah Allah, dan yang pertama yakni keturunan dann pasangan mereka. Karena mereka itu yaitu orang-orang yang terdekat dengan mereka. Mereka itu yakni amanah yang paling pertama yang hendak ditanyakan terhadap mereka.
Mereka juga berminat supaya orang-orang beriman merasakan bahwa beliau menjadi telladan bagi kebaikan dan dijadikan teladan oleh orang-orang yang ingin menuju Allah. Dalam hal ini, tidak ada indikasi arogansi atau merasa andal sebab seluruh rombongan berada dalam perjalanan menuju Allah. Itulah hamba-hamba Allah yang maha penyayang yang mau menerima kemuliaan bantu-membantu berupa nirwana di segi Allah.
- 5). Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua
Pada bab tamat, khatib mesti mengucapkan lafaz yang doa yang intinya meminta terhadap Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat Atau kalimat Allahumma ajirna minannar. Contoh bacaan do’a penutup: Allahummagh fir lilmuslimiina wal muslimaati, wal mu’miniina wal mu’minaatil ahyaa’I minhum wal amwaati, innaka samii’un qoriibun muhiibud da’waati.
Robbanaa laa tuaakhidznaa in nasiinaa aw akhtho’naa. Robbanaa walaa tahmil ‘alaynaa ishron kamaa halamtahuu ‘alalladziina min qoblinaa.Robbana walaa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bihi, wa’fua ‘annaa wagh fir lanaa war hamnaa anta maw laanaa fanshurnaa ‘alal qowmil kaafiriina. Robbana ‘aatinaa fiddunyaa hasanah wa fil aakhiroti hasanah wa qinaa ‘adzaabannaar. Walhamdulillaahi robbil ‘aalamiin.
Selanjutnya khatib turun dari mimbar yang pribadi disertai dengan iqamat untuk mengawali shalat jum’at. Shalat jum’at dapat dikerjakan dengan membaca surat al a’laa dan al ghasyiyyah, atau surat mampu juga surat al jum’ah, al kahfi atau yang yang lain.
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِ
هِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَ
نِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَ
ةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
العالمين والحمد لله رب.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحيمُ