Selain puasa tasu’a (9 Muharram) & puasa asyura (10 Muharram), tak sedikit ulama yg menerangkan puasa sunnah pada tanggal 11 Muharram. Misalnya dijelaskan dlm Fikih Manhaji mazhab Syafi’i & Fiqih Sunnah.
Sayyid Sabiq menuliskan dlm Fiqih Sunnah, para ulama menyebutkan bahwa puasa Asyura ada tiga tingkatan. Pertama, berpuasa selama tiga hari, yakni hari kesembilan, kesepuluh & kesebelas. Kedua, berpuasa pada hari kesembilan & kesepuluh. Dan ketiga, berpuasa cuma pada hari kesepuluh.
Syaikh DR. Mushthafa Al Bugha, Syaikh DR. Mushthafa Al Khann, & Syaikh Ali al Syurbaji dlm Fikih Manhaji menjelaskan, bagi muslim yg pada hari kesembilan terlanjur tak puasa, ia direkomendasikan berpuasa pada hari kesebelas sehingga puasanya tak hanya pada hari asyura. (Baca: Jika Terlanjur Tidak Puasa 9 Muharram)
“Adapun nasihat kenapa disunnakan berpuasa pada hari ke-9 & ke-10 yaitu demi mempertahankan kehati-hatian, sebab adakalanya terjadi kekeliruan dikala menentukan permulaan bulan. Selain itu, puasa pada hari ke-9 pula sebagai pembeda antara umat Islam dgn orang Yahudi, karena orang Yahudi biasa berpuasa pada hari ke-10. Oleh lantaran itu, disunnahkan berpuasa pada dua hari. Dan jika seseorang luput melaksanakan puasa pada hari ke-9, maka dianjurkan baginya untuk berpuasa pada hari ke-11 demi mempertahankan perbedaan dgn orang Yahudi.”
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan,
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari Asyura & menyuruh orang biar berpuasa padanya, mereka berkata, “Ya Rasulullah, ia yaitu suatu hari yg dibesarkan oleh orang Yahudi & Kristen.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika datang tahun depan, insya Allah kita berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas berkata, “Maka belum lagi tiba tahun berikutnya itu, Rasulullah SAW pun wafat.” (HR. Muslim & Abu Dawud).
Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/wargamasyarakat]