Adakalanya otak kita sudah dipenuhi dengan masalah hidup yang kian memperlebar jarak kita dengan Allah, Sering kali sehari-hari kita tidak pernah meluangkan diri untuk menyebut nama-Nya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hati yakni alat untuk mengenang Allah. Ada hati yang lebih kuat mengenang dari hati lainnya. Maka bila kamu meminta sesuatu terhadap Allah, maka mintalah dengan penuh doktrin akan diperkenankannya, alasannya adalah Allah tidak akan memperkenankan usul orang yang hatinya lalai.”
Dalam sebuah hadist qutsi Allah Ta’ala berfirman, “Aku seperti prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku menyertainya tatkala ia mengenang-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, maka akan Aku sebut dia dalam diri-Ku. Jika dia menyebut-Ku ditengah banyak orang, Aku pun akan menyebutnya dengan sekumpulan orang yang lebih baik dari mereka. Jika ia mendekat terhadap-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika beliau mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia mengunjungi sambil berjalan, Aku mendatanganinya sambil berlari.” (HR. Bukhari)
Allah tetap Maha besar tanpa kita besarkan. Dia tetap Agung tanpa mesti kita agungkan. Dia tetap Mahasuci tanpa kita sucikan. Semua ungkapan itu pada hakikatnya hanya sebuah pengesahan dari pribadi lemah mirip kita. Manusia dengan segala keterbatasannya hanya mampu mengungkapkan segala rasa tunduk dengan memuji dan mengingat Dzat-Nya.
Nah, saat dunia terasa menyempit alasannya adalah masalah hidup yang semakin sempit, sering kali nama Tuhan selalu keluar begitu saja dari ekspresi kita. Saat tubuh mencicipi sakit, dalam tangisan kerap kali terlontar nama Allah berulang-ulang. Saat kemiskinan telah berkunjung pada keluarga kita, rintihan doa senantiasa timbul tanpa kenal lelah.
Yah… begitulah jiwa insan. Terkadang butuh diingatkan untuk mampu mengingat Tuhan yang menciptakannya. Terkadang butuh ditegur supaya mau menyapa Tuhannya. Butuh di jewer …disentil kupingnya.. agar mau menghadap terhadap Rabbnya.
Mari kita sama-sama untuk berguru dan berupaya membiasaka diri biar selalu ingat kepadaNya. Jangan cuma mengingatNya saat dilanda kesulitan, kemelaratan, kekalutan. Ingatlah Dia dalam setiap syukur kita saban hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik.
Wallahu a’lam..
Sumber bacaan :
Diringkas dari buku “Me+God= ENOUGH”. Oleh : Ahmad Rifa’i Rif’an. Hal : 134. Penerbit : Quanta.