Stratifikasi, Diferensiasi, Pertentangan, Dan Mobilitas Sosial

Hai sahabat, kali ini kita akan membicarakan secara lengkap ihwal Statifikasi Sosial hingga Mobilitas Sosial. Yuk, Langsung saja ke pembahasannya.

A. Pelapisan/Stratifikasi Sosial

1. Pengertian
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (Sosial Stratification) adalah pembedaan atau pengelompokkan para anggota masyaarakat secara vertikal (Bertingkat)

Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin, bahwa pelapisan sosial adalah pembedaan masyarakatatau penduduk yakni pembedaan penduduk atau penduduk ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (Hierarkis).

Perwujudannya dengan adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di dalam penduduk , ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial.

P.J Bouman memakai ungkapan tingkatan atau dalam bahasa Belanda disebut stand, yaitu kalangan insan yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan berdasarkan gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga digunakan oleh Max Weber

Stratifikasi sosial yakni suatu konsep dalam sosiologi yang menyaksikan bagaimana anggota penduduk dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.

Status yang dimiliki oleh setiap anggota penduduk ada ayng didapat dnegan sebuah perjuangan (Achievement status) dan ada yang didapat tanpa suatu perjuangan (Ascribed status). Stratifikasi berasal dari kata stratum yang mempunyai arti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.

Pitirin A. Sorokim mendefinisikan stratifikasi selaku pembedaan masyarakatatau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis.
Adapun menurut Bruce J. Cohen, metode stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang cocok menurut mutu yang dimilki.

Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama.

Faktor yang menjadikan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, metode kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.

Mobiltas sosial ialah pergeseran status individu atau golongan dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi menjadi dua, yaitu mobilitas vertikal intragenerasi dan mobilitas antargenerasi.

Berkaitan dengan mobilitas ini, stratifikasi sosial mempunyai dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada tratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sungguh kecil.

2. Dimensi Stratifikasi Sosial

Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan, yakni privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini mampu dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat digunakan secara bersama.

Karl Marx menggunakan satu dimensi, yakni privilege atau ekonomi untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, ialah kelas Borjuis dan Proletar. Adapun Max Weber, Peter Berger, Jeffries, dan Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan ketiga dimensi tersebut, Max Weber memperkenalkan desain kelas, kelompok status, dan partai.

Kelas sosial merupakan suatu pembedaan individu atau kelompok berdasarkan patokan ekonomi. Untuk mendalami kelas sosial ini, Soerjono Soekanto menunjukkan 6 kriteria tradisional.

Menurut Horton dan Hunt, eksistensi kelas sosial dalam penduduk berpengaruh terhadap beberapa hal, di antaranya kenali diri dan kesadaran kelas sosial, pola-acuan keluarga, dan hadirnya simbol status dalam masyarakat.

Bentuk stratifikasi mampu dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang di antaranya mampu berbetuk piramida, piramida terbalik, dan intan.

Selain lapisan bersusun, bentuk stratifikasi dapat juga diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi melingkar ini terutama erkaitan dengan dimensi kekuasaan

Ada tiga cara yang mampu kita lakukan untuk mampu mengenali bentuk dari stratifikasi sosial. Ketiga cara tersebut adalah dengan pendekatan objektif, pendekatan subjektif, dan pendekatan reputasional.

3. Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial

Ukuran atau tolok ukur yang menonjol atau mayoritas selaku dasar pembentukan pelapisan sosial sebagai berikut.

a.Ukuran kekayaan

Kekayaan (Materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota penduduk ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada. Orang yang memiliki kekayaan paling banyak, beliau akan tergolong lapisan teratas dalam tata cara pelapisan sosial.

Demikian pula sebaliknya, orang yang tidak memiliki kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat, antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam membeli

b. Ukuran kekuasaan dan wewenang

Seseirang yang memiliki kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam tata cara pelapisan sosial dalam penduduk yang bersangkutan.

Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, alasannya adalah orang yang kaya dalam masyarakat lazimnya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya. Hal ini mampu berlaku sebaliknya, kekuasaan dan wewenang mampu mendatangkan kekayaan

c. Ukuran kehormatan

Ukuran kehorman mampu terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari tata cara pelapisan sosial penduduk . Ukuran kehormatan ini sungguh terasa pada masyarakat tradisional, misalnya umumnya mereka sangat menghormati orang-orang yang bnayk jasanya kepada penduduk , serta para orang renta atu orang-orang yang bertingkah dan berbudi luhur.

d. Ukurang ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu wawasan sering dipakai oleh anggta-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu wawasan akan menempati lapisan tinggi dalam tata cara pelapisan sosial yang bersangkutan.

Penguasaan ilmu wawasan ini umumnya terdapat dalam gelar-gelar akademik (Kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, contohnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor, atau profesor.

Namun, sering muncul balasan-akibat negatif dari keadaan ini bila gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi ketimbang ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berupaya  dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, mencari ijazah artifisial, dan sebagainya.

  Teladan Soal Sosiologi Kelas 10 Kelas 11 Kelas 12 Sbmptn Unbk (Bab 1) Beserta Kunci Jawaban Dan Pembahasannya

4. Pengaruh Diferensiasi Sosial dalam penduduk

Diferensiasi sosial selaku tanda-tanda yang universal dalam kehdupan masyarakat dan membedakan masyarakat secara horizontal tentu akan menenteng pengaruh dan dampak pada kehidupan bareng .

Pembedaan secara horizontal ini tetap akan membawa konsekuensi bagi kelompok-golongan sosial yang ada. Berikut ini klarifikasi efek diferensiasi sosial dalam masyarakat.

a. Fanatisme

Pengelompokkan penduduk menurut dimensi horizontal memiliki dampak pada fanatisme kelompokmyang bersangkutan. Anggota kelompok memiliki ikatan yang kuat dengan kelompoknya dan sekaligus membedakan dirinya dengan kelompok lain.

Misalnya, diferensiasi berdasarkan agama akan menimbulkan fanatisme bagi setiap pemeluk agama yang bersangkutan dan mereka sekaligus membedakan diri dengan golongan beragama lainnya. Batas-batas kelompoknya lebih terang dan batas kelompok lain juga terang.

Oleh alasannya adalah itu, fanatisme dapat berkembang dan meningkat selaku efek dari diferensiasi sosial

b. Solidaritas

Solidaritas atau ikatan kebersamaan mampu juga terjadi akibat diferensiasi sosial yang ada. Solidaritas berkembang dan berkembang di antara mereka.

Diferensiasi sebab suku bangsa atau etnik akan menciptakan ikatan mereka se-etnik jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan ikatan mereka di luar etnik. Lebih-lebih kalau mereka berada di luar etniknya sebagai pendatang pada etnik yang berbeda maka solidaritas di anatara mereka akan tumbuh dan berkembang, sehingga rasa solidaritas di antara mereka semakin tinggi.

Mereka merasa satu bab dari bab yang besar dan mereka selalu menyatakan bahwa dirinya yaitu bab dari mereka yang besar tersebut.

c. Toleransi

Pemahaman akan perbedaan yang horizontal di antara golongan sosial yang digolongkan menurut diferensiasi sosial akan menumbuhkan toleransi di antara mereka.
Mereka mengetahui perbedaan dan batas-batas sosial di antara mereka.

Batas golongan mereka diketahui, kesadaran akan kelompoknya juga dicicipi mereka. Disisi lain mereka mengenali batasan dari kelompok diferensiasi sosial lainnya. Pemahaman ihwal dirinya dan pemahaman terhadap diri orang lain akan mengakibatkan tumbuhnya toleransi di antara mereka.

Mereka menghargai apa yang ada pada kalangan lain dan kalangan lain mengerti dan menyadari perbedaan yang ada dalam kelompoknya. Kesadaran akan batas dan perbedaan antara kelompok yang berlainan ini ialah kesadaran sosial yang menumbuhkan rasa mau menghargai perbedaan sebagai wujud toleransi sosial yang ada.

5. Pengaruh Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat

Stratifikasi Sosial yaitu pembedaan masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial menurut dimensi vertikal akan mempunyai dampak kepada kehidupan bersama dalam masyarakt. Berikut ini uraian tentang efek stratifikasi sosial dalam kehidupan penduduk .

a. Eksklusivitas

Stratifikasi sosial yang membentuk lapisan-lapisan sosial juga ialah subkultur, sudah menyebabkan mereka dalam lapisan-lapisan tertentu memperlihatkan eksklusivitasnya masing-masing. Eksklusivitas dapat berupa pola hidup, sikap, dan juga kebiasaan mereka yang sering berbeda antara satu lapisan dengan lapisan lainnya

Gaya hidup dari lapisan atas akan berbeda dengan pola hidup lapisan menengah dan bawah. Demikian juga halnya dengan perilaku masing-masing anggotanya dapat dibedakan, sehingga kita mengenali dari kelompok kelas sosial mana seseorang berasal.

Eksklusivitas yang ada sering membatas pergaulan di antara kelas sosial tertentu. Mereka enggan bergaul dengan kelas sosial di bawahnya atau membatasi diri cuma bergaul dengan kelas yang serupa dengan kelas mereka.

b. Etnosentrisme

Etnosentrime diketahui selaku mengagungkan golongan sendiri dapat terjadi dalam stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat.

Mereka yang berada dalam stratifikasi sosial atas akan menganggap dirinya dalah kelompok yang paling baik dan menganggap rendah dan kurang bermartabat terhadap mereka yang berada pada stratifikasi sosial rendah.

Pola perilaku kelas sosial atas dianggap lebih berbudaya ketimbang kelas sosial di bawahnya. Sebaliknya, kelas sosial bawah akan menatap mereka selaku orang boros dan konsumtif dan menilai apa yang mereka lakukan kurang manusiawi dan tidak memiliki kesadaran dan solidaritas terhadap mereka yang menderita. Pemujaan terhadap kelas sosialnya masing-masing yakni wujud dari etnosentrisme

c. Konflik Sosial

Perbedaan yang ada di antara kelas sosial dapat menjadikan terjadinya kecemburuan sosial maupun iri hati. hika kesenjangan alasannya perbedaan tersebut tajam, tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik sosial antara kelas sosial satu dengan kelas sosial yang lain.

Misalnya, demonstrasi buruh menuntut peningkatan upah atau peningkatan kesejahteraan dari perusahaan kawasan mereka bekerja yakni salah satu konflik yang terjadi sebab stratifikasi sosial yang ada dalam masyarakat.

B. Konflik Sosial

Konflik berasal dari kata kerja latin Configere yang memiliki arti saling memukul. Secara sosiologis, pertentangan diartikan selaku sebuah proses sosial antara dua orang atau lebih (Dapat juga kelompok) yang salah satu pihak berupaya menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa indiviu dalam sebuah interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut, antara lain menyangkut ciri fisik, kepandaian, wawasan, akhlak istiadat, iman, dan sebagainya.

Dengan dibawa sertanya ciri-ciri perorangan dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang masuk akal dalam tiap penduduk dan tidak satu penduduk pun yang tidak pernah mengalami pertentangan antar anggotanya atau dengan golongan masyarakat lainnya.

Konflik cuma akan hilang berbarengan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berlangsung sebagai suatu siklus di penduduk . Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempura dapat membuat konflik.

  √ 10 Faktor Pendorong Perubahan Sosial dan 2 Contohnya di Masyarakat

1. Faktor penyebab pertentangan

a. Perbedaan individu, mencakup perbedaan pendirian dan perasaan.

Tiap insan ialah individu yang unil. Artinya, setiap orang mempunyai pendirian dan perasan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Perbedaan pendirian dan perasaan akan seseuatu hal atau lingkungan yang kasatmata ini mampu menjadi faktor penyebab pertentangan sosial alasannya adalah dalam menjalani korelasi sosial, seseorang tidak senantiasa sejalan dengan kelompoknya.

Misalnya saat berjalan pentas musik di lingkungan pemukinan, tentu perasaan setiap warganya akan berlainan-beda. Ada yang merasa terusik sebab berisik, tetapi ada juga yang merasa terhibur.

b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk eksklusif-langsung yang berlawanan.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan acuan-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berlainan itu pada hasilnya akan menghasilkan perbedaan individu yang mampu memicu pertentangan

c. Perbedaan kepentingan antara invidu atau golongan.

Manusia mempunyai perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh karena itu, dalam waktu yang serentak, masing-masing orang atau golongan mempunyai kepentingan yang berlawanan-beda. Contoh, perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.

Para tokoh penduduk menilai hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan dihentikan ditebang.

Para petani menebang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pebisnis kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna menerima uang dan membuka pekerjaan.

Bagi pecinta lingkungan, hutan yakni bab dari lingkungan sehingga mesti dilestarikan.
Di sini terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain sehingga akan menghadirkan konflik sosial di masyarakat.

Konflik akhir perbedaan kepentingan ini dapat pula terjadi pada bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Begitu pula dapat terjadi antarkelompok atau antara golongan dengan individu, misalnya pertentangan antara golongan buruh dengan pebisnis yang terjadi alasannya adalah perbedaan kepentingan di antara keduanya.

Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pebisnis menghendaki pemasukan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume perjuangan mereka.

d. Perubahan-pergantian nilai yang cepat dan mendadak dalam penduduk .

Perubahan yakni sesuatu yang biasa dan wajar terjadi, namun jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan secara tiba-tiba, perubahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pertentangan sosial.

Misalnya, pada penduduk pedesaan yang mengalami proses indstrialisasi yang secara tiba-tiba akan menimbulkan konflik sosial krena nilai-nilai usang pada penduduk tradisional yang umumnya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.

Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berubah menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan berdasarkan jenis pekerjaannya.

Hubungan korelasi bergeser menjadi kekerabatan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.

Nilai-nilai kebersamaan berkembang menjadi individualis dan nilai-nilai perihal pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berkembang menjadi pembagian waktu yang tegas seperti agenda kerja dan istirahat dalam dunia industri.

Perubahan-perubahan ini, kalau terjadi secara cepat atau secara tiba-tiba, akan membuat kegoncagnan proses-proses sosial di penduduk , bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk pergeseran alasannya adalah dianggap mengacaukan tatan kehidupan masyarakat yang sudah ada

2. Jenis-Jenis Konflik

Menurut Dahrendorf, pertentangan dibedakan menjadi 4 macam berikut ini.

a. Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), contohnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi, konflik peran (role), konflik antara kalangan-kelompok sosial (antarkeluarga, antargeng), pertentangan kelompok terorganisasi dan tidak terorganiasai (polisi melawan massa)
b. Konflik antar satuan nasional (kampanye dan perang kerabat)
c. Konflik antar agama atau tidak beragama
d. Konflik antar politik.

3. Akibat Konflik

Hasil dari suatu pertentangan selaku berikut.

a. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami pertentangan dengan kalangan lain
b. Keretakan korelasi antarkelompok yang berselisih
c. Perubahan kepribadian pada individu, contohnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga, dan lalin-lain
d. kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia
e. Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertentangan

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat menghasilkan respon terhadap konflik menurut suatu bagan dua dimensi, yaitu pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pemahaman terhadap hasil tujuan pihak yang lain.

Skema ini akan menghasilkan hipotesis selaku berikut:

a. Penertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menciptakan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik
b. Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk “memenangkan” konflik
c. Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain cuma akan menciptakan percobaan yang menawarkan “kemenangan” pertentangan bagi pihak tersebut
d. Tiada pemahaman untuk kedua belah pihak akan menciptakan percobaan untuk menyingkir dari konflik

Contoh konflik

a. Konflik vietnam berubah menjadi perang
b. Konflik timur tengah merupakan pola konflik yang tidak terkontrol sehingga timbul kekerasan. Hal ini dapat dilihat pada pertentangan Israel dan Palestina
c. Konflik agama Katolik dan agama Protestan di Irlandia Utara memperlihatkan acuan pertentangan bersejarah lainnya
d. Banyak pertentangan yang terjadi sebab perbedaan ras dan etnis, tergolong konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), Konflik di Rwanda, dan pertentangan di Kazakhstan.

C. Mobilitas Sosial

1. Pengertian

Mobilitas berasal dari bahasa Latin, mobilis yang mempunyai arti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu daerah ke daerah yang lain. Kata sosial yang ada pada ungkapan mobilitas sosial untuk menekankan bahwa ungkapan tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kalangan sosial.

  Desain Dasar Sosiologi

Kaprikornus, mobilitas sosial yaitu perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan lainnya.

2. Bentuk mobilitas sosial

a. Mobilitas vertikal

Mobilitas vertikal yakni perpindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga pada lapisan sosial yang berlainan

Mobilitas vertikal naik memiliki 2 bentuk, yakni:
– Naiknya orang-orang berstatus sosial rendah ke status sosial yang lebih tinggi alasannya status itu telah tersedia. Misalnya: Seorang camat diangkat menjadi bupati.
– Terbentuknya suatu kalangan gres yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan sosial yang telah ada

Mobilitas vertikal turun mempunyai dua bentuk, yakni:
– Turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan lebih rendah. Misalnya, seorang serdadu yang dipecat alasannya adalah melakukan desersi
– Tidak dihargai lagi sebuah kedudukan selaku lapisan sosial atas, contohnya seorang yang menjabat direktur bank karena bank yang dipimpinnya berurusan, dia diturunkan menjadi staf direksi

Beberapa prinsip biasa dalam mobilitas sosial vertikal sebagai berikut.
– Tidak ada suatu pun penduduk yang mutlak tertutup kepada mobilitas sosial yang vertikal
– Seterbuka apapun sebuah masyarakat terhadap mobilitas soail, terkadang tetap ada hambatan-hambatan
– Setiap masyarakat niscaya mempunyai tipe mobilitas sosial vertikal sendiri
– Laju mobilitas sosial disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang berlawanan-beda
– Mobilitas sosial yang disebabkan oleh aspek ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak memberikan adanya kecenderungan yang kontinu wacana bertambah.

b. Mobilitas horizontal

Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan. Ciri utama mobilitas horizontal yakni lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan. Contoh: Tindakan mengevakuasi penduduk yang tertimpa petaka ke tempat lain.

c. Mobilitas antar generasi

Mobilitas antar generasi yakni perpindahan antara dua generasi atau lebih. Mobilitas antar generasi dapat dibedakan menjadi dua, adalah mobilitas intergenerasi dan intragenerasi
– Mobilitas Intergenrasi ialah perpindahan status sosial yang terjadi di antara beberapa generasi
– Mobilitas intragenerasi ialah perpindahan status soail ayng terjadi dalam satu generasi yang sama

3. Faktor pendorong Mobilitas Sosial

a. Faktor struktural,
yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang dapat dan harus diisi serta kemduahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural sebagai berikut.

– Struktur pekerjaan
– Perbedaan fertilitas
– Ekonomi ganda
– Penunjang dan penghambat mobilitas

b. Faktor individu, yaitu mutu orang per irang baik ditinjau dari sisi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keahlian pribadi.
Adapun yang termasuk dalam cakupan sektor individu sebagai berikut.

– Perbedaan kemampuan
– Orientasi perilaku kepada mobilitas
– Faktor kemujuran
– Status sosial, setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimilki oleh orang tuanya
– Faktor keadaan ekonomi, mampu menjadi pendorong terjadinya mobilitas manusia
– Faktor suasana politik
– Faktor Kependudukan (demografi)
– Faktor harapan melihat tempat lain

4. Faktor penghambat mobilitas sosial

– Faktor kemiskinan
– Faktor Diskriminasi kelas
– Faktor Perbedaan ras dan agama
– Faktor Perbedaan jenis kelamin
– Faktor Pengaruh sosialisasi yang sungguh kuat

5. Saluran-akses mobilitas sosial

menurut Pitirim A. Sorokin, mobilitas sosial dapat dikerjakan lewat beberapa terusan berikut.
– Angkatan Bersenjata
– Lembaga Pendidikan
– Organisasi Politik
– Lembaga Keagamaan
– Organisasi ekonomi
– Organisasi Profesi
– Perkawinan
– Organisasi Keolahragaan

Secara lazim, cara yang digunakan untuk menemukan status sosial dapat lewat dua cara berikut.

a. Akripsi
Akripsi adalah cara untuk mendapatkan kedudukan lewat keturunan

b. Prestasi
Prestasi yaitu cara untuk memperoleh kedudukan pada lapisan tertentu dengan usaha sendiri. Secara khusus, cara-cara yang digunakan untuk menaikan status sosial ialah sebagai berikut.

– Perubahan tolok ukur hidup
– Perubahan nama
– Perubahan daerah tinggal
– perkawinan
– Perubahan tingkah laku
– Bergabung dengan organisasi tertentu

6. Proses terjadinya mobilitas sosial

Mobilitas sosial, baik itu yang bentuknya vertikal maupun horizontal mampu terjadi di setiap penduduk

7. Dampak mobilitas sosial

Menurut horton dan hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal sebagai berikut.
– Kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun
– Ketegangan dalam mempelajari tugas gres dari status jabatan akan meningkat
– Keretakan kekerabatan antar anggota kelompok primer

Adapun pengaruh mobilitas sosial bagi masyarakat, baik yang bersifat kasatmata maupun negatif selaku berikut.

a. efek nyata

– Mendorong seseorang untuk lebih maju
– Mempercepat tingkat pergantian sosial masyarakat ke arah yang lebih baik

b. imbas negatif

1. Timbulnya pertentangan

Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua bab, yaitu pertentangan antar kelas dan konflik antar golongan sosial. Konflik yang terjadi mampu berbentukKonflik antara kalangan sosial yang masih tradisional dengan kalangan sosial yang modern,

Prosesnya suatu kalangan sosial tertentu kepada kelompok sosial lain yang memiliki wewenang, serta konflik antar generasi.

2. Berkurangnya solidaritas kalangan dari faktor psikologis sebagai berikut

– Menimbulkan panik
– Adanya gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya (Post Power Syndrome)
– Mengalami frustasi

Itulah Pembahasan postingan kita ketika ini.
Sampai Jumpa ^_^
Terima Kasih ^_^