Stelistika

mengacu pada bagaimana bahasa dipakai dalam konteksnya oleh seseorang untuk tujuan tertent Stelistika

A.  Definisi dan Konsep Stelistika

Leech, Geoffey dan Short (1981:10) membedakan perumpamaan  style dan  stylistics. Dalam arti luas  style  mengacu pada bagaimana bahasa dipakai dalam konteksnya oleh seseorang untuk tujuan tertentu. Verdonk (2002:3) mendefinisikan style selaku ungkapan khusus dalam bahasa.
Dari kedua definisi ini dapat disimpulkan bahwa style bekerjasama dengan cara atau gaya khas dari seorang pengarang untuk mengungkapkan pikirannya dalam konteks tertentu dan untuk maksud tertentu pula sehingga  style  disebut ’menggunakan fikiran’. Karena style dari seorang pengarang itu unik, ada yang menyampaikan bahasa gaya insan (pengarang). Sebaliknya stylistics  mengacu pada, ’kajian bahasa tentang gaya’. Menurut Verdonk (2002:4) mengkaji ungkapan yang distingtif dalam bahasa dan mendeskripsikan maksud dan efeknya.
Stelistika lazimnya dihubungkan dengan karya sastra, maka Toolan (1998:viii) mendefinisikan stelistika sebagai kajian bahasa dalam sastra. Senada dengan itu, Sujiman (1992:3) menyatakan bahwa stelistika meneliti ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra, ciri-ciri yang membedakannya dengan wacana nonsastra, meneliti deviasi terhadap tatabahasa sebagai sarana literer. Dengan demikian, stelistika lebih banyak berhubungan dengan kajian gaya bahasa dalam ihwal sastra.
Dalam suatu karya sastra stelistika mempunyai tugas yang sangat memilih, sebab dengan pilihan bentuk-bentuk atau kombinasi-kombinasi yang berlainan, penulis mempunyai alasan tertentu dalam menulis karyanya untuk meraih tujuan. Penulis dihadapkan pada cara memakai bahasa adalah memilih kata dan merangkainya jadi kalimat sampai menjadi suatu dongeng yang mampu memengaruhi pembaca. Di samping itu, kajian stelistika pun menyangkut cara dan gaya pengungkapan seseorang lewat produk kebahasaan dan kesastraan, sehingga ujaran dan kalimat yang dihasilkan mencapai estetika lisan saat ditangkap peserta pesan yang disampaikan oleh pengantarpesan. Pola pengungkapan yang memiliki keindahan dan sesnsualitas bagi peserta tersebut diperlukan menghasilkan proses komunikasi kebahasaan dan kesastraan yang mampu mencapai goal atau sasaran.
Menurut Leech & Short (1981:13) stelistika ialah kajian kepada wujud performansi kebahasaan, terutama yang terdapat dalam karya sastra. Lanjut Leech & Short mengemukakan bahwa analisis stelistika umumnya dimaksudkan untuk menandakan sesuatu, yang kebanyakan dalam dunia kesusastraan untuk menerangkan korelasi antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya. Lain halnya pernyataan Chapman (1973:13) bahwa stelistika sebenarnya mampu ditujukan kepada berbagai ragam penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra saja.
B.  Kajian Stelistika
Kajian stelistika merupakan bentuk kajian yang memakai pendekatan objektif. Dinyatakan demikian karena ditinjau dari target kajian dan klarifikasi yang dibuahkan, kajian stelistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan metode tanda dalam karya sastra yang diperoleh secara rasional-empirik mampu dipertanggung jawabkan. Landasan empirik merujuk pada kesesuian landasan konseptual dengan cara kerja yang digunakan jikalau dihubungkan dengan karakteristik fakta yang dijadikan target kajian.
Pada apresiasi sastra, analisis kajian stelistika dipakai untuk memudahkan menikmati, mengetahui, dan menghayati sistem tanda yang dipakai dalam karya sastra yang berfungsi untuk mengetahui ungkapan ekspresif yang ingin diungkapkan oleh pengarang.
C.  Tujuan Stelistika
Stelistika bahwasanya mampu ditujukan kepada banyak sekali penggunaan bahasa, tidak terbatas pada sastra. Namun biasanya Stelistika lebih sering dikaitkan dengan bahasa sastra. Berbagai tujuan Stelistika. Pertama, pertanda hubungan antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya. Kedua, menentukan dan menunjukkan penggunaan bahasa sastrawan, khusus penyimpangan dan penggunaan linguistik untuk menemukan imbas khusus. Ketiga, menjawab pertanyaan mengapa sastrawan mengekspresikan dirinya justru memilih cara khusus?
Bagaimanakah imbas estetis yang dapat diraih lewat bahasa? Apakah penyeleksian bentuk-bentuk bahasa tertentu mampu menimbulkan efek estetis? Apakah fungsi penggunaan bentuk tertentu mendukung tujuan estetis? Keempat, mengganti kritik sastra yang bersifat subyektif dan impresif dengan analisis. Stil wacana sastra yang lebih obyektif dan ilmiah. Kelima, menggambarkan karakteristik khusus suatu karya sastra. Keenam, mengkaji pelbagai bentuk gaya bahasa yang dipakai oleh sastrawan dalam karyanya.
D.  Ruang Lingkup Stelistika
Berbagai pakar sastra telah mengurai ruang lingkup Stelistika. Dalam Pengkajian Puisi Univeristas Gajah Mada, Yogyakarta, Pradopo (1993:10) mengurai ruang lingkup Stelistika, yaitu faktor-faktor bahasa yang ditelaah dalam Stelistika meliputi intonasi, suara, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata, dan gaya kalimat.
Dalam Bunga Rampai Stelistika, Sudjiman (1993:13-14) menguraikan pusat perhatian Stelistika adalah style, ialah cara yang digunakan pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa selaku fasilitas style dapat diterjemahkan selaku gaya bahasa.
Sesungguhnya gaya bahasa terdapat dalam segala ragam bahasa ragam verbal dan ragam tulis, ragam sastra dan ragam nonsastra. Gaya bahasa yaitu cara memakai bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk maksud tertentu. Akan namun secara tradisional gaya bahasa senantiasa dikaitkan dengan teks sastra, utamanya teks sastra tertulis. Gaya bahasa mencakup diksi atau opsi kata, struktur kalimat, majas dan gambaran, polarima, makna yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Misalnya, kita mampu menduga siapa pengarang suatu karya sastra sebab kita memperoleh ciri-ciri penggunaan bahasa yang khas, kecenderungannya untuk secara konsisten menggunakan struktur tertentu, gaya bahasa langsung seseorang. Misalnya, Idrus diketahui dengan gaya bahasanya yang khas sederhana.
Setelah membaca sebuah karya sastra, kita mampu juga memilih ragamnya (genre) menurut gaya bahasa teks karena kekhasan penggunaan bahasa, termasuk tipografinya. Gaya bahasa sebuah karya juga mampu mengungkapkan kurun, angkatan, atau anutan sastranya. Misalnya kita dapat mengenal gaya suatu karya sebagai gaya egaliter (gaya ragam); kita mengenal gaya realisme dalam karya yang lain (gaya ajaran). Sebuah karya kita perkirakan terbit pada zaman Balai Pustaka dengan memperhatikan gaya bahasa (gaya angkatan).
Menentukan gaya khas seorang pengarang (sastrawan) kita sebaiknya membaca dan menelaah penggunaan bahasa dalam semua karyanya. Memastikan apa yang disebut gaya sebuah ragam atau suatu jenis sastra tertentu, kita semestinya membaca dan menelaah penggunaan bahasa dalam semua karya dari ragam dan jenisnya.
Demikian pula cara kerja untuk memilih gaya semasa (angkatan), pedoman kesusastraan tertentu. Ranah penelitian menjadi terlalu luas. Ranah penelitian Stelistika biasanya dibatasi pada teks tertentu. Pengkajian Stelistika adalah meneliti gaya sebuah teks sastra secara rinci dengan sistematis mengamati preferensi penggunaan kata, struktur bahasa, memperhatikan antarhubungan pilihan kata untuk mengidentifikasikan ciri-ciri Stelistika (stilistic features) yang membedakan pengarang (sastrawan) karya, tradisi, atau masa yang lain. Ciri ini mampu bersifat fonologi (teladan suara bahasa, matra dan rima), sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi, frekuensi penggunaan kelas kata tertentu) atau retoris (majas dan citraan).
Dalam Apresiasi Stelistika, Intermasa (1986:5) menguraikan obyek Stelistika atau ruang lingkup Stelistika. Ia menguraikan bahwa apresiasi Stelistika tiada lain perjuangan memahami, menghayati, aplikasi dan mengambil sempurna guna dalam meraih retorika agar melahirkan imbas artistik. Berdasarkan ekspresi perorangan kita kenal 1). Pribahasa, 2). Ungkapan, 3). Aspek kalimat 4). Gaya bahasa, 5). Plastik bahasa, 6). Kalimat Asosiatif.
Berdasar ruang lingkup Stelistika di atas dan sebelumnya terperinci tampakpersamaan, walaupun dengan redaksi yang berbeda. Dengan demikian ruang lingkup Stelistika itu selaku berikut:
1)  Pengertian Stelistika
2)  Sejarah Stelistika
3)  Tujuan Stelistika
4)  Manfaat Stelistika
5)  Hubungan Stelistika dengan Disiplin Ilmu Lain
6)  Metodologi Penelitian Stelistika Sastra
7)  Stelistika Puisi
8)  Stelistika Cerita Pendek
9)  Stelistika Novel
E.  Manfaat Stelistika
Berbagai manfaat diperoleh dari Stelistika bagi pembaca sastra, guru sastra, kritikus sastra, dan sastrawan. Manfaat menelaah selaku berikut:
1)  Mendapatkan atau pertanda ciri-ciri keindahan bahasa yang universal dari segi bahasa dalam karya sastra lebih.
2) Menerangkan secara baik keindahan sastra dengan memberikan keserasian penggunaan ciri-ciri keindahan bahasa dalam karya sastra.
3)  Membimbing pembaca menikmati karya sastra dengan baik.
4)  Membimbing sastrawan memperbaiki atau meninggikan mutu karya sastranya.
5) Kemampuan membedakan bahasa yang digunakan dalam satu karya sastra dengan karya sastra lainnya.