Status Perempuan Dalam Adab Sunda




 guru besar dari STSI Bandung ini membahas tentang pohaci Status Perempuan Dalam Adat Sunda
 Lukisan Perempuan Sunda
dibuat sebelum 1932


Oleh:Atep Kurnia.
Orang Sunda sangat memuliakan wanita. Buktinya, antara lain, dapat Jakob Sumardjo: “Leut dewata opat puluh, pohaci opat puluh, bujangga nu opatpurah pulang anting. Ya, dalam Simbol-simbol Artefak Budaya Sunda : Tafsir-tafsir Pantun Sunda (2003: 239-243), guru besar dari STSI Bandung ini membahas wacana pohaci.

Apa pohaci itu? Dalam Kamus Bahasa Sunda Kuno-Indonesia susunan Elis Suryani NS dan Undang Ahmad Darsa (2003: 95), arti pohaci atau pwahaci yakni sebutan untuk para dewi ; makhluk halus yang berwujud wanitadalam alam mistik, kahiyangan dan bertalian akrab dengan pertanian sertakegiatan wanita pada umumnya.

Adapun dari segi etimologinya, kata pohaci atau puhaci merupakan campuran dua kata bahasa Sunda kuno: pwah dan aci. Pwah memiliki arti sebutan untuk wanita akil balig cukup akal, sedangkan aci merujuk pada arti inti.Walhasil, pwahaci mempunyai arti esensi perempuan, atau barangkali perempuaninti.

Kembali ke Jakob Sumardjo. Menurut kritikus sastra kelahiran Klaten,26 Agustus 1939,ini,pohaci adalah pelaksana perintah Sunan Ambu untuk menolong kebutuhan hidup manusia di bumi (Pancatengah),terutamayang menyangkut kebutuhan primer, yaitu masakan (padi),pakaian, dan kawasan tinggal.

Jadi, setiap segi yang berhubungan dengan hajat tersebut ada pohaciyang khusus menjaganya. Misalnya, setiap pertumbuhan dari tumbuhanpadi, penumbukan padi, proses menanak nasi, menenun kain, semuanyamemiliki pohaci masing-masing. Contohnya, pohaci yang menjaga lisungadalah Sorowong Jati. Pohaci yang menjaga kapas adalah Ulesan Jati.

Namun, yang menjadi pemimpin para pohaci adalah Girang Candoli. Jadi, tidak mengherankan,orang Kanekes sungguh menghormati pohaci. Hal itu tecermin dalam suatu ungkapan orang Kanekes: “Hirup turun ti NuRahayu,hurip lalaran Pohaci” (Saleh Danasasmita dan Anis Djatisunda,Kehidupan Masyarakat Kanekes,1986: 75-83).

Oleh sebab itu,berbakti kepada pohaci,utamanya Nyi Pohaci SangHyang Asri,menjadi salah satu kewajiban masyarakat Kanekes. Untuk itu,ada pemujaan penduduk Kanekes yang diperuntukkan bagi pohaci,yakni upacara kawalu.

Menurut Jakob Sumardjo, sebagaimana yang dia temukan dalam pantun Lutung Kasarung, ada 40 pohaci dalam kosmologi Sunda lama. Jumlah itus ebanyak jumlah para dewata. Temuan yang dimaksud adalah kutipan diawal goresan pena: “Leut dewata opat puluh, pohaci opat puluh, bujangga nuopat purah pulang anting.”Namun,selain dari pantun Sunda, kita juga dapat menelusuri pohacidari naskah Sunda antik. Bagaimana dan siapa saja pohaci dalam naskahSunda antik itu

Naskah Sunda kuno sejauh yang aku baca, pada umumnya pohaci yang terdapat dalam naskah Sunda antik berhubungan dengan kalepasan atau moksa. Walhasil, mereka umumnya bersemayam di surga atau kahiangan.Di antara naskah Sunda antik pun ada juga yang menyebutkan posisipohaci di bumi, utamanya yang berhubungan dengan reinkarnasi.

Naskah Sunda kuno yang menyebut-nyebut pohaci, antara lain, adalahSewaka Darma (naskah Lontar Kropak 408), Carita Ratu Pakuan (Kropak410), Kawih Paningkes (Kropak 419), Gambaran Kosmologis Sunda (Kropak420), Jatiraga (Kropak 422), Darmajati (Kropak 423), dan Sri Ajnyana (Kropak 625). 
Bersambung disini 





  Sejarah Asal Undangan Belanda Depok Part Ii