Filsafat, Agama, dan Sistem Komunikasi
Upaya aliran untuk menyatukan antara filsafat dan agama selaku dasar mengerti kebenaran mampu dijalankan dengan cara apologetik lewat kontribusi alasan-argumentasi filosofisnya dalam menunjukan kebenaran prinsip-prinsip agama dan analisis filsafati. Dua cara ini memerlukan hal-hal lain dalam menemukan kebenaran bersama, seperti kejernihan hati, toleransi, dan penyamaan visi.
Agama dalam hal mendasar untuk menyaksikan metode komunikasi berbasis agama harus diketahui atau ditempatkan sebagai suatu ideologi yang tidak berbeda dengan ideologi-ideologi lain yang dikenal di dunia. Basis agama dalam hal ini akan dilihat dari ruang kebebasan berkomunikasi, luasan opini publik, dan kehidupan media massa yang ada di negara pemakainya.
Tataran ideal yang ada dalam pedoman agama jauh lebih dibandingkan dengan paham-paham yang lain. Cinta kasih, kepatuhan pada pencipta dan pemilik dunia, saling mencintai, penghormatan pada orang renta mampu dijadikan teladan. Agama menjajal mengajarkan kehidupan secara menyeluruh sedangkan paham-paham yang lain relatif melakukan pekerjaan pada tingkat kehidupan bernegara yang bersumber pada janji masyarakat yang tinggal di wilayah negara itu.
Sumber utama untuk agama yaitu kitab suci yang dimiliki masing-masing agama, seperti Injil, Al-Alquran, Weda, dan Tripitaka. Pemeluk agama menempatkan dan menimbulkan kitab suci mereka sebagai teladan untuk menjalani kehidupan dan mengakibatkan kebenaran di dalamnya sebagai dasar. Pada agama-agama tertentu sumber utama ini disokong oleh sumber-sumber yang lain mirip perkataan dan tindakan para nabi yang dalam agama Islam disebut dengan Sunnah.
Dengan dasar perbedaan kitab suci dan sumber-sumber lain, upaya untuk mendiskusikan kebenaran atas dasar rasionalitas filsafati menjadi sulit dijalankan secara optimal. Namun, tata cara komunikasi berbasis agama bukan sesuatu yang mustahil dalam penduduk dengan agama yang berbeda, atau di dunia dengan sejumlah anutan agama, sepanjang ada kejernihan hati, toleransi dan penyamaan visi untuk menyaksikan secara utuh penerapan tata cara komunikasi berbasis agama ini.
Sistem Komunikasi Berbasis Ajaran Agama : Kasus Timur Tengah
Meskipun kekentalan agama di daerah Timur Tengah dapat diterima sebagai suatu realita, upaya untuk memahami system komunikasi Negara-negara di kawasan itu harus membutuhkan pencermatan yang sempurna. Hal ini terkait dengan system pemerintahan yang diberlakukan di sejumlah Negara di Timur Tengah yang berlawanan-beda, kestabilan daerah yang ada di Timur Tengah, serta gangguan instabilitas dari factor eksternal di Timur Tengah.
Kebebasan berkomunikasi dalam system komunikasi berbasis agama sungguh berpotensi terbatasi oleh kepentingan kerajaan, persatuan emir, dn pemerintahan republic. Pada tingkat ini, system komunikasi yang berjalan akan condong menjadi authoritarian. Konsekuensinya, akan timbul kontroversi tentang hakikat dari kebebasan berdasar pedoman agama dan keleluasaan berdasar system pemerintahan yang diberlakukan. Apabila hanya mengacu pada system pemerintahan maka system usulanbahwa di kawasan Timur Tengah, warna agama terasa kental, system komunikasi authoritarian ini tidak menjadi bersifat mutlak.
Perbedaan kebebasan komunikasi dalam system komunikasi berbasis agama dengan system komunikasi lainnya mampu diterangkan sebagai berikut. Kebebasan dalam system komunikasi authoritarian lebih dikuasai oleh penguasa, sedangkan dalam system komunikasi berbasis agama tidak semata-mata terkooptasi oleh kepentingan penguasa alasannya penguasa dibatasi oleh aliran agama yang dianutnya. Kebebasan komunikasi dalam system komunikasi berbasis agama pun tidak lantas menjelma suatu kebebasan libertarian alasannya kebebasannya tetap diikat oleh aliran agama. Kebebasan model tanggung jawab social tidak sekadaar berhenti pada terpenuhinya tanggung jawab social, namun juga telah disertai dengan tanggung jawab yang mesti diserahkan kembali pada Allah.
Dinamika atau berkembangnya opini public di Negara-negara yang melaksanakan system komunikasi berbasis agama berbeda dengan metode komunikasi autoritarian dan metode komunikasi komunis. Perbedaan terpulang bahwa pada dasarnya opini public dalam system komunikasi berbasis agama dimungkinkan timbul dari penggunaan keleluasaan yang kebebasannya itu dipertanggungjawabkan kepada Allah. Persamaan terletak pada adanya ragam keleluasaan yang menggiring dan mendasari hadirnya opini public.
Kehidupan media massa dalam sistem komunikasi berbasis agama terutama dikala kawasan itu berkonflik dengan dunia barat mampu dilihat dari jenis isi pesan yang ada pada media massa. Pertama, distribusi berita ke arah dalam yang dikerjakan media massa pada inti maksudnya ialah untuk memberi isu kepada warga negaranya sendiri. Kedua, arah distribusi informasi ke luar selain digunakan untuk melakukan counter propaganda ke negara-negara barat juga dimaksudkan untuk memberi informasi terhadap pihak lain dengan mendatangkan isi isu menurut model mereka. Ketiga, distribusi isu produk dari tata cara komunikasi di negara-negara Timur Tengah dipakai untuk menghipnotis negara atau pihak lain yang bahu-membahu bersikap netral dalam kasus atau pertentangan yang terjadi.
Kekuatan dan Kelemahan Sistem Komunikasi Berbasis Ajaran Agama
Kekuatan dan kelemahan sebuah system komunikasi berbasis agama terletak pada nilai-nilainya yan ideal, yang dalam pelaksanaannya tidaklah semudah mirip yang ada dalam kandungan isi ideology itu. Kekuatan paling aktual terlihat dari hal-hal baik yang nyaris tanpa cela, sedangkan kelemahan utama terletak pada segala kesulitan untuk merealisasikannya.
Segala bentuk pemaksaan bahu-membahu berlawanan dengan hakiki kebebasan. Jika agama lebih mendasarkan pada unsure kerelaan dan akidah maka keterpaksaan harus betul-betul tidak ada sehingga purifikasi system komunikasi berbasis agama merupakan suatu pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kelemahan paling fundamental dalam system komunikasi berbasis agama yaitu kalau terjadi claim kebenaran atau malah claim selaku yang paling benar atas interpretasi atau tafsir aliran agama. Sebagai sesuatu yang bersifat serba baik, system komunikasi berbasis agama adalah suatu system ideal bagi sejumlah Negara yang merindukan suasana agamis dalam kehidupan social dan politiknya. Dasar inilah yang kerap menimbulkan sejumlah kalangan agama lalu tidak mengikuti pedoman alamiah pedoman agama melainkan justru memaksakan tafsir kelompoknya.
Kelemahan lain dari system komunikasi berbasis agama yakni dalam hal sustainibilitas. Gerakan semoga kepentingan kalangan tidak dirugikan di satu sisi dan gerakan semoga kekuasannya tidak terusik di segi lain akan membuat keberlangsungan system komunikasi berbasis agama selalu rentan pada hal-hal yang ada di dalam dan di luar system itu sendiri.
Kekuatan system komunikasi berbasis agama mampu dilihat dari kesanggupan agama menangani problem kemajemukan masyarakat. Orientasi masing-masing kalangan dapat dipersatukan oleh sensivitas mereka pada agama walaupun hal ini pula yang paling memungkinkan bermacam-macam bentuk penggunaan kepentingan lainnya dengan penjabaran balutan agama.
Sumber tumpuan : Prajarto, Nunung (2016). Perbandingan Sistem Komunikasi (SKOM4434). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka