Silaban (Dengan Bangganya) – Tionghoa Lai Di Pontianak Hukum Apa ?

Suatu pengetahuan, dan metode ekonomi yang diraih pada periode 1830an hingga kemerdekaan, terlihat bagaimana para suku Silaban (perompak kapal, makan orang) hidup di tengah masyarakat, dengan metode ekonomi dan kebiadaban orang Tionghoa Khek – Tiochu di Pontianak berasal, dan tembok agama Nasrani dan Protestan di Pontianak, tidak memiliki budaya malu.

Kegiatan ekonomi, akan tampak dengan budaya makan orang – Tionghoa dengan budaya mereka sebelumnya beragama Katolik dan Kristen di Indonesia ialah Konghucu – Budha, Kapuas Hulu – Singkawang, Pontianak tepatnya. 

Hal ini menjelaskan di Pontianak Kalimantan Barat, akan tampak bagaimana mereka hidup dengan seksualitas mereka selaku orang suku Batak, dengan petugas partai PDI Perjuangan MRPD Pancasila – Kota Baru (Dayak), saat memimpin.

Asimilasi budaya dikerjakan baik itu Tionghoa Pontianak, Batak Sihombing – Malau – Arizona (yogyakarta) tanpa menyadari metode ekonomi budaya mereka, bekerja pada ekonomi barat, dan pribumi hasil seksualitas Batak – Jawa /orang (tidak pendidikan, hidup dengan perompak kapal, dengan budaya dikasihani Silaban – Marpaung Jawa).

Aksi apa yang dijalankan pada sebelum dan abad covid19 berjalan, yaitu memaksa untuk menyiapkan pembunuhan di tengah kebijakan covid19 berjalan (silaban), atau bekerja sebagai dosen, dan dokter hasil dari seksualitas ( Batak – Jawa – Tionghoa – Dayak ) yang didapatkan hasil biologis Marpaung – Sihombing, di Pontianak, Kalimantan Barat terhadap aku.

Hal ini menerangkan setelah di warung kopi berlangsung, maka berlanjut rumah dan kampus (Rektor Untan 2008 – 2017), yang menjelaskan berbagai aksi kebiadaban mereka selaku orang Lokal, Indonesia, dan Tionghoa Pontianak – Jakarta. 

  Kumpulan Puisi Tema Selamat Pagi

Lai (notaris) 1999 – sampai ketika ini, mampu menjelaskan dalam hal ini lewat pajak penduduk , ekonomi, budaya, selama proses politik PDI Perjuangan – dan Golkar, dan pendidikan di Pontianak, Kalimantan Barat, termasuk, Sekolah St. Petrus, Gembala Baik dan GKE Kalimantan 1990an – 21 (numpang hidup).  

Maka, Dengan iktikad diri yang dihasilkan, dengan proses urbanisasi ekonomi perkotaan, hal itu berlangsung antar Negara (Malaysia), tiada ada adab dan susila sebagai orang Indonesia. 

Sementara, kelas sosial di raih berdasarkan hasil dari ketidakberdayaan dan beasiswa, merupakan hasil dari membela Negara, hal ini mampu disebutkan dengan baik di Pontianak – Jakarta, Indonesia.