Shahih Muslim; Sistematika, Pandangan Dan Kritik Terhadapnya

Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Quran, eksistensi hadis, disamping sudah mewarnai penduduk dalam aneka macam bidang kehidupannya, juga sudah menjadi bahasan kajian yang mempesona, dan tiada henti-hentinya.

Oleh sebab itu perlu diadakan observasi wacana hadis secara mendalam, baik ihwal kualitas maupun kuantitasnya, serta keabsahannya. Sejalan dengan itu maka pada potensi ini akan membicarakan ihwal salah satu tokoh perawi hadis yakni Imam Muslim yang terkenal dengan karangannya adalah kitab Sahih Muslim. Lalu Siapakah bahu-membahu Imam Muslim? Bagaimana Metode dan Sistematika Sahih Muslim? Bagaimana Pandangan dan Kritik Sahih Muslim?

Sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al SHAHIH MUSLIM; Sistematika, Pandangan dan Kritik Terhadapnya

Biografi Imam Muslim

Nama lengkapnya adalah Abul-Husain Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyairy. Beliau dinisbatkan terhadap Nisabury alasannya adalah ia adalah putra kelahiran Nisabur, pada tahun 204 H. (820 M.), ialah kota kecil di Iran bagian Timur Laut. Beliau juga dinisbatkan terhadap nenek moyangnya Qusyair bin Ka’ab bin Robi’ah bin Sha-sha’ah sebuah bangsawan besar. Beliau wafat pada hari Minggu, bulan Rajab, tahun 261 H. (875 M.), dan dikebumikan pada hari Senin di Nisabur (Rahman, 1974: 378).

Semasa hidupnya Imam Muslim menyelenggarakan perlawatan ke berbagai negeri mirip ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara yang lain untuk mencari hadis dan memperdalam ilmunya.

Dalam lawatannya, Imam Muslim banyak mencar ilmu terhadap ulama’-ulama’ kenamaan. Di khurasan beliau mencar ilmu kepada Yahya ibn Yahya dan Ishaq ibn Rawahaih. Di Irak ia mencar ilmu hadis kepada Ahmad ibn Hambal dan Abdullah ibn Maslamah. Di Hijaz ia belajar kepada Sa’id ibn Manshur dan Abu Mas’ud. Di Mesir beliau mencar ilmu terhadap Amar ibn Sawad dan Harmalah ibn Yahya, dan juga terhadap ulama hadis lainnya (Arifin, 2010: 106).

Selain yang sudah disebutkan di atas, masih banyak ulama’ hadis yang menjadi gurunya, seperti Qatadah bin Sa’id, al-Qa’naby, Isma’il bin Abi Uwais, Muhammad bin al-Mutsanna, Muhammad bin Rumhi dan lain-yang lain (Rahman, 1974: 379).

Di samping itu banyak ulama’ hadis pada abad itu mencar ilmu terhadap Imam Muslim dan mendapatkan hadis darinya, antara lain Abu Isa al-Tirmidhi, Yahya ibn Sa’id, Muhammad ibn Sufyan, Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaimah, Abu Awanah Ya’qub ibn Ishak al-Asfarayani, Abu Amr Ahmad ibn Mubarak, Abu Hamid Ahmad ibn Hamdan al-A’masi, Abu Abas Muhammad ibn Ishaq ibn al-Siraj, Abu Yatim al-Razi, Ahmad ibn Salmah, Musa Ibn Harun, Ali ibn Husain, dan al-Husain ibn Muhammad ibn Ziyad al-Qabbani (Arifin, 2010: 107).

  Guru Madrasah Juga Harus Menulis

Diterangkan oleh Abu Abdullah Muhammad ibn Yaqub bahwa tatkala al-Bukhari berdiam di Naisaburi, kerap kali Imam Muslim mengunjunginya, tetapi setelah terjadi perselisihan paham antara Muhammad ibn Yahya dengan al-Bukhari dalm persoalan lafal al-Alquran dan Muhammad ibn Yahya menghalangi orang-orang mengunjungi al-Bukhari, pergilah al-Bukhari dari kota itu dan murid-muridnyan pun menjauhkan diri darinya kecuali Imam Muslim, meskipun Muhammad ibn Yahya tidak menyukai Imam Muslim menghadiri al-Bukhari (Mudzakir, 2000:174).

Karya Imam Muslim yang paling fenomenal ialah Jami’al Shahih atau yang lebih dikenal dengan Shahih Muslim. Para ulama’ hadis menyebut kitab ini selaku kitab yang belum pernah ditemui sebelum dan sesudahnya dalam tertib susunannya, tidak bertukar-tukar dan tidak berlebih dan tidak menyusut sanadnya (Arifin, 2010: 108).

Al-Hafidz Abu ‘Ali an-Nisabury berkata:”Di bawah kolong langit tidak terdapat sesahih kitab hadis selain kitab hadis sahih Muslim ini (Rahman, 1974:379).

Karya-karya lainnya ialah al-Musnad al-Kabir, kitab al-Asma wa al-Kuna, kitab al-Ilal, kitab al-Aqran, kitab Su’alatihi Ahmad bin Hambal, kitab al-Intifa’ bi Unub al-Siba’, kitab al-Muhadramin, kitab Man Laisa lahu illa Rawin Wahid, kitab Aulad al-Sahabah dan kitab Auham al-Muhaddisin (Arifin, 2010: 108). \

Metode Dan Sitematika Sahih Muslim

Abuddin Nata (2004: 238) menerangkan dalam bukunya Metodologi Studi Islam bahwa Sahih Muslim memuat 3030 hadis tanpa ada pengulangan atau 10.000 hadis dengan pengulangan. Ulama’ lain menyebutkan bahwa kitab ini menampung 4000 hadis tanpa pengulangan, dan 7275 hadis dengan pengulangan.

Jumlah hadis tersebut selaku hasil observasi (penyaringan) dari 300.000 hadis yang ditemui Imam Muslim. Isi dari kitab ini menampung delapan hal pokok agama yakni al-‘Aqaid, al-Ahkam, al-Sair, al-Adab, al-Tafsir, al-Fitan, Asyrat al-Sa’ah dan al-Manaqib.

  • Adanya tikrar (pengulangan) hadis walaupun tidak banyak.
  • Tidak memasukkan aliran para teman atau tabi’in untuk memperjelas hadis yang diriwayatkannya.
  • Menerapkan prinsip-prinsip ilmu Jarh dan Ta’dil.
  • Menggunakan banyak sekali macam shigat ta’ammul.
  • Ditulis berdasarkan tertib fiqih.

Penulis kitab Sahih Muslim yakni Abu Al-Husain Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyairy. Kitab ini disusun dengan sistematika yang baik, sehingga isi hadis-hadisnya tidak bertukar-tukar dan tidak berlebih dan menyusut sanadnya. Secara global kitab ini tidak ada bandingannya di dalam ketelitiannya menggunakan isnad.

Sahih Muslim telah sharah oleh ulama’-ulama’ hadis sebanyak 15 buah, mirip al-Mu’lim bi Fawaidi Muslim oleh Mazary, al-Ikmal oleh al-Qadi ‘Iyad, Minhaj al-Muhaddithin oleh al-Nawawiy, Ikmal al-Ikmal oleh al-Zawawi, dan Ikmal al-Ikmal li Mu’lim oleh Abu Abd. Allah Muhammad Abi al-Maliki, di antara yang mengikhtisarkannya yakni al-Qurtubi yang disyarahkan kembali dalam kitabnya al-Mufhim. Zawaidnya sudah disharah oleh oleh Ibn al-Mulaqqin (Arifin, 2010 :108).

Berdasarkan jalan yang ditempuh Muslim dalam mentakhrij kan hadis-hadisnya, para ulama’ memandang bahwa Muslim meriwayatkan hadis yang tepat yang memiliki sharah kesahihan, mempunyai sanad muttasil dengan sharat adil dan besar lengan berkuasa hafalan dari permulaan sampai final tanpa shad dan illat.

Di samping itu Imam Muslim sungguh teliti, sehingga ia bedakan antara kata haddasana dengan akhbarana. Yang pertama mengandung pengertian bahwa hadis tersebut eksklusif didengar lewat ucapan guru, sedangkan yang kedua hadis itu dibacakan atas nama guru. Hadis-hadis tersebut ditulis dengan matan yang sempurna tanpa pengulangan (Arifin, 2010: 109).

Adapun sistematika penulisan Sahih Muslim berdasarkan Abuddin Nata (2004: 239) ialah selaku berikut:

  • Mukadimah yang pertanda rentang kondisi kitab sahih serta ilmu hadis yang dipakai dalam menapis hadis.
  • Kitab ini berisi banyak sekali tema dan dibawahnya terdapat bagian-bab yang berhubungan dengan topik yang dipilihnya dari hadis yang dikemukakannya.
  • Hadis-hadis yang memiliki banyak sekali macam jalur dihimpun dalam satu bagian tertentu.
  • Hadis yang matannya sama tetapi sanadnya berlainan cuma ditulis sanadnya.

Dalam penulisannya, beliau mengawali dengan al-Iman berisi 380 hadis, kemudian al-Taharah (1010, al-Haid (136), al-Salat (285), al-Masajid (316), Salat al-Musfir (312), al-Jum’ah (13), Salat Idain (22), Salat Istisqa’ (17), al-Kusuf (29), al-Janaiz (108), al-Zakah (177), al-Shiyam (222), al-I’tikaf (10), al-Hajj (522), al-Nikah (110), al-Talaq (32), al-Radla’ (134), al-Li’an (20), al-‘Itq (26), al-Buyu’ (123), al-Masaqat wa al-Muzara’at (143), al-Faraid (21), al-Hibah (32), al-Washiyyat (22), al-Nadzr (13), al-Aiman (59), al-Qasamat (39), al-Hudud (46), al-Aqliyat (21), al-Luqathah (19), al-Jihad (150), al-Imarah (185), al-Shaid(30), al-Adalah (45), al-Asyribah (188), al-Libas (127), al-Adab (45), al-Salam (155), al-Alfadh (21), al-Syi’ir (10), al-Ru’ya (23), al-Fada’il (174), Fadail al-Sahabat (232), al-Birr wa al-Shilah (166), al-Qadar (34), al-Ilm (16), al-Dhikr (101), al-Taubah (60), Shifat al-Munafiqin (83), al-Jannah (84), al-Fitan (14), al-Zuhd (75), dan al-Tafsir (75) hadis (Arifin, 2010: 109-110).

Pandangan dan Kritik Terhadap Sahih Muslim

Ada beberapa pandangan dan penelitian kepada kitab Sahih Muslim, antara lain sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad ‘Ajaj al-Khatib dalam Arifin (2010:110-111) selaku berikut:

  • Sahih Muslim paling baik susunannya dan sistematis isinya.
  • Hadis-hadis yang berkenaan dengan suatu dilema pada suatu bagian tertentu tidak bercampur aduk, sehingga diakui kitab Sahih Muslim selaku kitab hadis yang paling cermat penggunaan isnadnya.
  • Kitab Sahih Muslim sangat menolong untuk mencari hadis dan mengistimbatkan sebuah hukum, alasannya adalah Imam Muslim menaruh hadis-hadis sesuai dengan sebuah duduk perkara.
  • Selanjutnya jumhur ulama’ mengakui bahwa Sahih Muslim yakni sanadnya bermutu baik, tidak banyak pengulangan, sebab sebuah hadis yang diletakkan dalam sebuah bab tidak diletakkan di bagian lainnya.
  Bimbingan Erkam Madrasah Untuk Operator Kab/Kota

Meskipun begitu Sahih Muslim dalam hal-hal tertentu masih ditemui kelemahan-kelemahanya (Arifin, 2010: 111-112), sehingga ada beberapa kritikan terhadapnya yang muncul diantaranya:

  • Hadis Abu Sufyan yang menceritakan bahwa beliau menikahkan putrinya Ummu Habibah dengan Nabi Muhammad. Padahal nabi telah menikahinya jauh sebelum itu, yakni dikala Ummu Habibah hijrah ke Habashah. Raja Najashi bertindak sebagai wali wakil dari wali yang menikahkan Ummu Habibah. Hal ini disebabkan karna Abu Sufyan belum masuk Islam sesudah penaklukan Makkah. Oleh sebab itu jelaslah jika perawi hadis tersebut melaksanakan kesalahan.
  • Hadis Abu Hurairah ihwal penciptaan langit dan bumi, dan apa yang ada diantaranya selama tujuh hari, tidaklah merupakan hadis marfu’ melainkan mawquf pada Abu Hurairah. Hadis tersebut mendapat kritikan dari ulama’ hadis, dan hal tersebut ialah cerita Isra ‘iliyat.
  • Dalam Sahih Muslim terdapat sanad yang munqathi’ pada 14 daerah, antara lain pada bab tayammum dan bab salat.

Dalam Sahih Muslim ada 110 orang perawi sudah menerima kritikan karena dipandang tidak menyanggupi tolok ukur dabit dan thiqah sebagaimana yang telah ditentukan. Maka jelaslah dalam Sahih Muslim ada hadis yang sanadnya perlu diteliti, karena tidak menyanggupi kriteria sebagai hadis asli.

Adapun ulama’ yang memuji Imam Muslim antara lain ulama’ dari al-Maghriby dan al-Naisabury. Sedangkan ulama’ yang mengkritiknya yakni mirip al-Daruquthny (Nata, 2004: 239).

Penutup

Nama lengkap Imam Muslim ialah Abul-Husain Muslim Bin Al-Hajaj Al-Qusyairy. Beliau adalah ningrat dari Naisabur. Banyak hadis yang telah diriwayatkannya. Beliau banyak menghabiskan kehidupannya untuk belajar dan mengerti hadis ke berbagai negeri. Kitab karangannya yang populer ialah al-Jami’ al-Sahih yang dikenal dengan kitab Sahih Muslim

Metode dalam penyusunan kitab Sahih Muslim ada lima. Sedangkan sistimatika dalam penulisan Sahih berisikan empat tahap.

Ada beberapa pandangan dan observasi kepada Sahih Muslim diantaranya yang diungkapkan oleh Muhammad ‘Ajaj al-Khatib dan jumhur ulama’. selain memiliki banyak keunggulan, Sahih Muslim juga mempunyai kekurangan, sehingga timbullah kritikan-krikan terhadapnya.

Daftar Pustaka

  • Ahmad Muhammad, Mudzakkir. 2000. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
  • Arifin Zainul. 2010. Studi Kitab Hadis. Surabaya: Al-Muna.
  • Nata Abuddin. 2004. Metodologi Studi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
  • Rachman Fatchur. 1974. Ikhtisar Mushthalahul Hadits. Bandung: Al Ma’pandai.