Seorang Kawan yang Meneror Jam Sepertiga Malam

Dalam suatu grup WhatsApp (WA) pelopor media umum (medsos), ada seorang teman yg bagi kami terlalu rajin meneror para penghuni grup dgn pesan pendek. Pesan tersebut hadir setiap dini hari, sepertiga malam. Sudah barang pasti Anda tahu jam segitu untuk apa. Ya, sang sahabat tersebut membangunkan satu per satu untuk qiyamul lail alias bangkit malam untuk tahajud.

Seperti kita ketahui, WA tidak punya fitur schedule layaknya medsos Facebook maupun Twitter. Aplikasi ini cuma mampu real time & dikala menuliskan pesan harus saat itu pula tayang (muncul).  Dengan keaktifan tersebut membuat kami kadang jengah & mungkin agak mengusik—mungkin pula pesan terpesan tak terlalu fungsional alasannya adalah jam segitu jarang ngecek atau membunyikan notifikasi WA. Untuk itulah kami menyebut tindakannya itu dgn meneror, agak jahat memang.

BANGUN..BANGUN TAHAJUD YUK

Dan pada sebagian malam hari tahajudlah ananda sebagai suatu suplemen bagimu gampang-mudahan Tuhanmu mengangkat ananda ke kawasan yg terpuji. (QS.Al-Isra’: 79)

Dan teruskan dgn tilawah Al-Qur’ an minimal 1 juz saban hari.

Begitulah kalimat yg selalu disampaikannya. Selalu sama dgn mengubah hari & tanggal saja. Setelahnya, kami minimal menawarkan jempol entah sehabis berapa jam.

Jujur, panggilan shalat itu sungguh tak efektif. Pesan pendek via WA, siapa yg akan membaca atau minimal dengarlah?

Sang teman itu sosoknya tidak mengecewakan pasif dgn kinerja-kinerja selaku pasukan media sosial dlm organisasi, namun uniknya ia senantiasa aktif untuk meneror kami. Sangat aktif.

Suatu hari kami tak mendapatinya dlm pesan-pesan pendek sepertiga malam. Penasaran, salah seorang sahabat kami pun menjajal menanyakannya.

“Wah, sepertiga malam tadi kok nggak ada yg bangunin sih?”

  Kata Bijak Pelaut Handal Penuh Tantangan Menaklukkan Samudra

Tak usang, ia pun membalas pesan tersebut. Ia menyampaikan bahwa dirinya tak bisa membangunkan seperti biasa karena sedang sakit. Subhanallah!

Sejak sakitnya sembuh ia pun mulai aktif kembali meneror kami. Meneror biar kami tak menjadi orang yg asyik berselimut hambar. Meski, sekali lagi, cara membangunkannya tak cukup efektif. Namun upayanya sungguh hebat, terekam di alam bawah sadar; akan ada yg membangunkan kami di malam hari. Lalu timbul kesadaran untuk sholat tahajud.