Penjual tuak di Hindia Belanda, sekitar tahun 1930. Foto: KITLV |
Tuak merupakan minuman beralkohol tradisional hasil racikan masyarakat pesisir Indonesia. Minuman yang dikenal dekat dengan budaya pribumi jauh sebelum abad kolonial Belanda ini, ternyata menyimpan sejarah panjang dan sungguh tersohor.
Minuman ini terbuat dari hasil fermentasi dari bahan minuman buah mengandung gula. Tuak dibuat dari materi baku beras atau cairan yang diambil dari tanaman mirip nira kelapa atau aren, legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain.
Awalnya, penghasil tuak yakni Tuban, Jawa Timur. Konon menurut kisah tutur penduduk lokal, tradisi menciptakan tuak ini telah ada sejak beradab-periode silam. Bahkan ada yang langsung menyebut tuak sudah ada semenjak masa ke-9 masehi, saat orang Tar-Tar dari Mongolia mengalahkan serdadu Kerajaan Daha (Kediri).
Orang-orang Tar-Tar itu lalu singgah di Tuban dan merayakan pesta kemenangan dengan minum tuak dan arak. Pada abad keemasan Kerajaan Singasari, Raja Kertanegara pun gemar meminum tuak untuk perayaan-perayaan kerajaan.
Dilansir dari Merdeka.com, Jumat 24 Maret 2017, ilmuan Jepang, Shigerhiro Ikegami dari Universitas Shizuoka pernah menuliskan tradisi buatan dan minum tuak pada Komunitas Adat Batak. Diceritakan olehnya, Komunitas Adat Batak Toba memakai tradisi minum tuak dalam program-acara keagamaan yang telah berjalan lama, dari generasi ke generasi.
Bahkan dalam tradisi Batak Toba, wanita yang baru saja melahirkan diwajibkan untuk minum tuak dalam ukuran terbatas. Sementara di komunitas budpekerti yang lain mirip beberapa suku di Bali dan Lombok memiliki kebiasaan minum-minuman beralkohol.
Dari bukti foto-foto lama, khususnya pada periode kolonial Belanda, pedagang tuak berkeliaran di pasar-pasar dan perkampungan warga di Jawa, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan aneka macam tempat di Nusantara. Bahkan ada pula yang membangun kedai khusus memasarkan tuak.
Namun eksistensi warung tuak dan penjaja tuak keliling kini ini hanya tinggal sejarah. Sejak Belanda masuk ke Nusantara dan membawa minuman beralkohol yang lain, pamor tuak pun makin meredup. Ditambah pemerintah dihentikan mengonsumsi minuman ini pada masa itu. (poy)