Sejak datangnya agama Islam pada kala ke-7, sudah banyak sumbangsih kaum Muslimin yang sungguh besar bagi kelancaran dan perkembangan ajaran ekonomi pada terutama dan peradaban dunia pada lazimnya yang diabaikan oleh para ilmuwan Barat.
Pada banyak buku teks ekonomi Barat hampir tidak pernah menyebutkan peranan kaum Muslimin ini. Menurut Chapra, meskipun sebagian kesalahan terletak di tangan umat Islam karena tidak mengartikulasikan secara mencukupi kontribusi kaum Muslimin, tetapi Barat memiliki andil dalam masalah ini, alasannya adalah tidak menunjukkan penghargaan yang patut dalam bantuan peradaban lain bagi perkembangan pengetahuan insan (Chapra, 2001)
Para sejarawan Barat sudah menulis sejarah ekonomi dengan suatu asumsi bahwa periode antara Yunani dan Skolastik ialah steril dan tidak produktif. Misalnya, sejarawan sekaligus ekonom terkemuka, Joseph Schumpeter, sama sekali mengabaikan peranan kaum Muslimin. Ia mengawali penulisan sejarah ekonominya dari filosof Yunani dan eksklusif melakukan loncatan jauh selama 500 tahun, dikenal selaku kekosongan sejarah ke zaman St. Thomas Aquinas semenjak 1225-1274 M (Mirakhor, 1989)
Memang adalah sukar untuk diketahui mengapa para ilmuawan Barat tidak menyadari bahwa sejarah pengetahuan ialah suatu proses yang berkesinambungan, yang dibangun di atas fondasi yang diletakkan para Ilmuwan generasi sebelumnya. Jika proses evolusi ini disadari dengan sepenuhnya, berdasarkan Chapra, Schumpeter mungkin tidak mengasumsikan adanya kesenjangan yang besar selama 500 tahun, namun menjajal menemukan fondasi diatas mana para ilmuwan Skolastik dan Barat mendirikan bangunan intelektual mereka. (Chapra, 2001)
Sebaliknya, walaupun sudah memberikan donasi besar, kaum Muslimin tidak lupa mengakui utang mereka kepada para ilmuwan Yunani, Persia,India dan Cina. Hal ini sekaligus mengakui para cendekiawan Muslim periode kemudian terhadap banyak sekali ilham aliran dunia luar selama tidak berlawanan dengan pedoman Islam. (Nasution, 1986)
Sejalan dengan ajaran Islam wacana pemberdayaan logika anggapan dengan tetap berpegang teguh pada Quran dan hadis nabi, desain teori ekonomi dalam Islam pada hakikatnya ialah respon para cendekiawan Muslim kepada berbagai tantangan ekonomi pada waktu-waktu tertentu. Ini juga mempunyai arti bahwa anutan ekonomi islam seusia islam itu sendiri.
Berbagai praktik kebijakan ekonomi yang berlangsung pada abad Rasulullah saw. dan al-Khulafa al-Rasyidun merupakan teladan empiris yang dijadikan pijakan bagi para cendekiawan Muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya. Satu hal yang terperinci, fokus perhatian mereka tertuju pada pemenuhan kebutuhan, efisiensi, keadilan, kemajuan, dan keleluasaan, yang tidak lain ialah objek utama yang menginspirasikan ajaran ekonomi Islam semenjak masa awal (Siddiqi, 1992)
Berkenaan dengan hal tersebut, Nejatullah Siddiqi menguraikan sejarah kemajuan ekonomi islam dalam tiga fase, ialah: fase dasar-dasar ekonomi Islam, fase pertumbuhan, dan fase stagnasi, yang masing-masing akan diuraikan dalam sejarah ekonomi islam fase pertama, fase kedua, dan fase ketiga sejarah ekonomi islam yang diuraikan pada blog ini.