Sejarah Musik Di Indonesia

Sejarah Musik di Indonesia  Boleh dikatakan bahwa musik Indonesia dimulai dengan lagu Sejarah Musik di Indonesia
Pada mulanya lagu keroncong usang memiliki sifat-sifat untuk dimasukkan dalam jenis-jenis lagu-lagu rakyat umpamanya Keroncong Kemayoran dan Keroncong terang Bulan


Sejarah Musik di IndonesiaBoleh dibilang bahwa musik Indonesia dimulai dengan lagu-lagu keroncong, dengan pernyataannya yang baru, milieu yang berlawanan dengan musik asli, apa yang disebut musik tempat. Disini telah dipergunakan bahasa Indonesia dengan susunan nada dan alat-alat yang tak dikenal sebelumnya. Irama-irama yang bebas sudah berpindah keirama tiga perempat.

Kalau kita bisa mempercayai sejarahnya, lagu-lagu itu mula-mula dibawakan oleh orang-orang Portugis yang tiba menjajah kepulauan kita pada kira-kira permulaan masa ke-17, jadi sebelum kehadiran orang-orang Belanda. 

Sebagai rangkaian dari pada bukti-buktinya dikemukakan perkampungan orang-orang portugis didekat Tanjung Priuk, dimana mula-mula orang menyimak orang-orang Portugis menyanyikan lagu-lagu keroncongnya. Seperti biasanya orang-orang  Indonesia yang tinggal disekitarnya yang kepincut pada lagu-lagu itu dan bercampur-gaul dengan kaum pendatang mulai turut main dan menyanyi dan usang kelamaan mereka sendiri sudah biasa dengan memainkan dan menyanyikan lagu-lagu tersebut. 

Ada yang mengemukakan bahwa kata keroncong itu berasal dari suara crong – crong yakni bunyi iringan ukulele pada permainannya. Tapi betapapun juga kita harus melihat kenyataannya bahwa lagu-lagu keroncong kini sudah merata diseluruh Indonesia, sudah ingeburgerd pada masyarakat Indonesia.

Pada mulanya lagu keroncong usang memiliki sifat-sifat untuk dimasukkan dalam jenis-jenis lagu-lagu rakyat (volksliederen), contohnya Keroncong Kemayoran dan Keroncong jelas Bulan. Lagu-lagu ini masih segar spontan, lagunya pendek-pendek tidak bertele-tele. Kalau ada beberapa syairnya, maka semua melodi sama. Alat pengiringnya hanya suatu ukulele dan kemudian gitar. Betapa spontan lagu-lagu keroncong usang ini, kalau kita dengarkan penyanyi yang melagukannya, dengan hati terbuka dan betul-betul menikmati atau hidup dalam nyanyiannya.

Seperti selamanya ada bahaya mempasarkan lagu-lagu rakyat mirip terjadi juga kepada lagu-lagu keroncong usang. Orang semakin banyak menulis lagu-lagu keroncong, tapi umumnya hanya mengambil pokok romantik dangkal.  Iramanya tak segar lagi, tapi sudah terikat terpaut pada mat tiga perempat yang membosankan. 

Pada lagu-lagu romantis yang dangkal ini menjadi soal yaitu Sapu tangan yang harum baunyaTerkenang-kenang di hatiDibawah sinar bulan purnama, yang demikian bertele-tele dan lambannya, semua isi yang dipaksakan dan bersifat sleur. Pernyataan jiwa lainnya mirip kegembiraan tak terdapat dan bila ada kata-katanya yang hendak menyatakan demikian maka iramanya bersedih-duka, hal yang tak sejalan pada lagu rakyat tulen.

Ada yang mengemukakan, bahwa sebabnya lagu-lagu keroncong jatuh pada jiwa lamban adalah sebab pengaruh penjajahan, dimana jiwa orang Indonesia terutama kaum bawah terktekan, sehingga tak bisa bergembira. Dikatakan bahwa orang yang hidup dengan sebenggol (harga uang tempo doeloe) tidak mampu membawakan irama bebas dalam lagunya. Dan jikalau kita tilik selama penjajahan cuma demikian hasil dari pada lagu-lagu keroncong.

Kecuali itu timbul pula lagu belum dewasa seperti yang sudah ditulis oleh Madong Lubis. Disini milieu lagu-lagu inipun ialah typis dari jaman penjajahan, isinya kecuali tidak impulsif sering orientasinya tidak dilingkungan sendiri, lingkungan Indonesia.

kemajuan bangsa Indonesia dalam cita-citanya untuk mencapai kemerdekaan mensugesti dunia musiknya pula. pada tahun-tahun dekat kemerdekaan muncul pengarang lagu ibu Sud atau nyonya Bintang Sudibyo, yang terkenal karena kumpulan lagu anak-anaknya berjulukan ketilang. Disini telah terdapat lagu-lagu yang sungguh bisa digolongkan dalam lagu-lagu rakyat.

Pun penulisannya mahir untuk mengambil materi untuk lagu-lagunya yang biasanya berkisar pada pada milieu belum dewasa itu sendiri. Banyak pula yang bersifat mendidik. Banyak lagu bawah umur yang timbul kemudian dan yang kian banyak dizaman kemerdekaan tak mampu menyamai mutu dari pada lagu-lagu ibu Sud.

Ada pula lagu rakyat yang tak dapat dilupakan dalam pertumbuhan musik Indonesia, yaitu lagu rakyat Indonesia Raya yang sudah diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Segala kesalahan typis yang terdapat pada disi. Melodi lagu ini ada yang sampai setengah oktaf tingginya, sehingga ada orang yang sukar menyanyikannya. Kalimat-kalimat banyak yang tidak sesuai dengan jalannya melodi dan ada kalimat-kalimat yang bekerjsama tidak sempurna tentang tujuannya. Dizaman Jepang  sudah dicoba memperbaiki lagu ini.

Zaman kemerdekaan memberikan banyak peluang pada penulis-penulis musik Indonesia untuk berkembang juga bagi penulis-penulis lagu-lagu keroncong. Lagu-lagu langgam yang telah dimulai akrab-erat kemerdekaan menerima jalannya yang subur sehabis penyerahan kedaulatan. 

Kesempatan dan perkembangan ini meraih puncaknya pada Syiful Bahri dan Iskandar contohnya dari R.R.I. Jakarta kemajuan-kemajuan ini tidak mampu dilepaskan daripada genre yang dibawakan oleh penulis musik Belanda mirip Jos Cleber mempunyai orkes besar yang ketika  itu bernama Orkes Cosmopolitan. 

Sesudah perginya penulis-penulis musik belanda ini, peranan berpindah pada pemuka-pemuka keroncong di R.R.I. Jakarta seperti Syaiful Bahri diatas yang kemudian menerima pimpinan atas Orkes Studio Jakarta dengan anggota yang dibandingkan dengan 50 orang, yang dicontoh Orker Jos Cleber.

Mulai syaiful Bahri, Iskandar dan ismail Marzuki menulis aransemen2 untuk O.S.D. juga dari lagu-lagu keroncong. Tapi bahwasanya pertumbuhan kemajuan  disini bukanlah pertumbuhan dalam arti yang bagus. 

Berbedea dengan Jos Cleber yang bisa bekerja dengan orkes besar, maka tak demikian dengan Syaiful Bahri. Kemajuan mereka tidak banyak, alasannya ilmu musik untuk mencipta, mengaransir dan memimpin orkes besar rata-rata tidak dipunyai oleh musikus kita. Dapat dikatakan bahwa orkes-orkes besar masih jalan buntu bagi kita. 

Salah satu sebab yang menjadi biangkeladinya yaitu karena tidak adanya panduan yang bagus dari R.R.I. terhadap para musikusnya. Lagu-lagu keroncong yang jatuh nilainya dizaman penjajahan kian jatuh dizaman kemerdekaan. Akhirnya menjadi suatu karikatur musik, dimana segala hukum-aturan musik sudah ditinggalkan. Sumber : Almanak Seni 1957