Munculnya Legiun Mangkunegaran berawal dari usaha Raden Mas Said bersama para pengikutnya yang merasa kecewa terhadap pemerintahan serta ketidakadilan yang dilaksanakan oleh Paku Buwono II. Embrio dari Legiun Mangkunegaran yakni serdadu yang berjuang bersama Raden Mas Said. Dengan ikrar tiji tibeh yang artinya jika salah satu ada yang jatuh semua ikut merasakan, apabila salah satu mendapat kebahagiaan maka semua ikut menikmati, Raden Mas Said mampu menyatukan pasukannya dan memenangkan banyak sekali pertempuran.
Diperkirakan 10.000 orang Tionghoa dibunuh di Kota Batavia. Peristiwa itu menyebabkan pembangkangan massal dan perlawanan bersenjata yang diketahui selaku Perang Tjina melawan Ollanda. Orang Tionghoa dan Jawa bersatu melawan Belanda. Ibu Kota Mataram di Kartasura yang dianggap erat dengan VOC turut diserbu pasukan Tioanghoa dan Pasukan Jawa. Komandan pasukan Tionghoa, Kapten Sie Pan Jang dimengerti menjadi guru militer Raden Mas Said.
Penguasa Mataram, Pakubuwana II menghadapi pilihan sukar. Kalangan Istana Mataram terpecah dalam dua golongan yaitu Fraksi Patih Natakusuma termasuk Raden Mas Said memilih melawan VOC dengan jalan bergabung bersama perlawanan pasukan Tionghoa. Kelompok lain yang dipimpin oleh penguasa kawasan pesisir Jawa menganggap VOC akan menang sehingga Raja diminta menanti perkembangan. Tetapi Raden Mas Said menentukan pergi meninggalkan Keraton Kartasura, menyusun kekuatan di Laroh, sekitar Wonogiri. Raden Mas Said memimpin pasukan pemberontak yang bergerilya selama 16 tahun.
Dalam perjuangannya, Raden Mas Said melakukan koordinasi dengan Sunan Kuning dan Pangeran Mangkubumi. Ketika berhubungan dengan Sunan Kuning, Raden Mas Said dibekali dengan kepandaian mengontrol strategi serta cara memakai senjata dan kemudian diangkat selaku senopati yang bergelar Pangeran Prangwedana memimpin 300 orang serdadu berani mati. Pertempuran pertama yang dilaksanakan bareng Sunan Kuning ialah melawan serdadu Kompeni dan serdadu dari Ternate. Hasil dari pertempuran tersebut yaitu Raden Mas Said mendapatkan kemenangan. Setelah menaklukkan Madiun dan Ponorogo, Raden Mas Said berpisah dengan Sunan Kuning yang lalu tertangkap dan di buang ke Ceylon.
Pemberotakan Raden Mas Said susah dibendung, sehingga pihak Kompeni mengajukan perundingan perdamaian. Dalam pertemuan di Salatiga tanggal 17 Maret 1757, Raden Mas Said diangkat menjadi Pangeran Miji yang berkedudukan dibawah Susuhunan Surakarta, menerima hak 4.000 cacah (rumah tangga). Raden Mas Said dan pengikutnya kemudian membangun kadipaten Mangkunegaran yang berada di tengah kota Surakarta. Raden Mas Said menerima gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara.
Legiun Mangkunegara ialah salah satu bentuk kesanggupan local genius di Nusantara dalam memadukan budaya aneh dengan pengetahuan setempat. Cara berbusana para serdadu dan perwira Legiun Mangkunegara menggunakan seragam yang ialah adonan antara seragam militer Perancis dan Jawa. Menggunakan seragam topi syako dan jas hitam pendek bagi bintara dan tentara, sedangkan perwira menggunakan topi syako, jas hitam, dan celana putih.
Di zaman pra-Indonesia merdeka, Legiun Mangkunegaran pernah terlibat dalam banyak perang. Dalam perang Diponegoro dia menjadi penjaga Yogyakarta dan Surakarta dari serangan pasukan Pangeran Diponegoro dan kemudian merusak benteng terakhir Diponegoro. Tentara ini juga turut berperang menundukkan kesultanan Aceh, menumpas bajak maritim di Bangka, melawan gerakan Radikal keagamaan sampai perang melawan serbuan Jepang ke Jawa pada 1942.
Posisi Legiun Mangkunegaran
Legiun Mangkunegaran dari semula sudah berada pada posisi selaku satuan militer yang menolong Perancis-Belanda, Inggris semasa Raffles dan Hindia Belanda. Dalam perang Napoleon, 1908-1811 Legiun Mangkunegara berada di kubu Perancis-Belanda menghadapi Inggris. Namun oleh Raffles lalu Legiun ini dijadikan tentara yang membantu Inggris. Posisinya bukanlah sebagai serdadu pengikut Diponegoro tetapi justru menolong penjajah.
Legiun Mangkunegaran dibentuk dengan dua macam kepentingan, ialah Legiun ialah cadangan yang memiliki kegunaan untuk Tentara Hindia Belanda, dan Legiun ialah alat politik yang dipakai untuk menakut – nakuti setiap usaha menghapus politik pecah belah. Berkat adanya sumbangan keuangan dari Pemerintah Hindia Belanda, Legiun Mangkunegaran mampu bertahan sampai pada era kekuasaan Mangkunegara VII.
Via: Sejarah, Kompasiana “Legiun Mangkunegaran – Tentara Jawa Ala Prancis”, Kompas: “Indonesia-Perancis: Pengaruh Napoleon di Pura Mangkunegara”, Sejarawan “Legiun Mangkunegaran II”. Sumber: https://www.mobgenic.com/sejarah-singkat-legiun-mangkunegaran-pasukan-serdadu-terbaru-pertama-di-jawa/