“Happy birth day ya” kata teman-sahabat kepada saya seraya menyiramkan tepung kanji kepada saya. Sontak aku terkejut & terbengong. Ada apakah ini?
“Eh iya, terimah kasih ya” kata aku kepada mereka. Beberapa sobat lalu memperlihatkan kepada hadiah kepada saya.
Entahlah, saya masih ingat saat kelas dua MI (setingkat Sekolah Dasar) aku pernah diun&g ke acara ulang tahun teman saya. Tapi entah kenapa setiap aku minta pesta ulang tahun terhadap ayah & ibu, mereka selalu menolak.
Dari situlah kami kemudian saling mengingat tanggal lahir satu sama lain. Dan setiap ada yg teman yg ulang tahun kami beramai-ramai ngerjain lantas kemudian menunjukkan ucapan & hadiah.
Saya tak tahu menahu dgn budaya mirip ini. Yang jelas dikala itu aku merasa senang alasannya saya merasa diingat oleh sobat-sahabat. Saya merasa mendapat perhatian dari sahabat-teman. Dan yg lebih penting lagi aku menerima kado. Hehe.
Namun lain halnya saat saya memasuki pesantren bertahun-tahun silam. Saya baru mengetahui jika ini yakni salah satu budaya tasyabbuh (mirip orang-orang kafir).
“Dek, itulah adalah budaya orang-orang kafir” kata ustadzah, dikala saya mengikuti mentoring.
“Karena budaya merayakan hari lahir, hari maut, valentine day & hari-hari tertentu yg lainnya ialah budaya yg lahir dari kebiasaan mereka. Maka tak seharusnya kita mengikuti mereka. Karena itu artinya kita sama saja dgn mereka” lanjut ia.
Saya lalu mencoba menjajal mencari hadits atas apa yg dikatakan ustadzah, & saya menemukan satu hadits berikut dlm kitab Riyadush Sahlihin, :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya orang Yahudi & Nasrani tak suka menyemir rambutnya, maka hendaknya kamu-sekalian berpenampilan berbeda dari mereka” (Muttafaq ‘Alaih).
Dari hadits di atas dijelaskan bahwa Rasulullah melarang kita untuk berpenampilan menyerupai orang yahudi & nasrani. Baik itu budaya maupun adab sehari hari. Kita diminta untuk berpenampilan berlawanan, hal ini agar kita bisa membedakan antara seorang muslim dgn Yahudi & Nasrani. Selain itu dgn berpenampilan berlainan dari mereka akan menawarkan identitas kita selaku seorang muslim.
Hadits yg lebih lazim & menjadi kaidah: man tasyabbaha bi qaumin fa huwa minhum. Barangsiapa yg menyerupai suatu kaum, maka dia bab dari kaum tersebut.
Namun, saygnya pada zaman seperti kini ini tasyabbuh bukan lagi menjadi hal yg tabu. Orang-orang yg dulunya aib untuk melakukan hal itu, sekarang sudah menjadi hal biasa, bahkan akan aneh tak lakukan. Seperti pacaran, tunangan, peringatan ulang tahun, perayaan tahun baru, yg kesemuanya itu berasal dari kebudayaan Yahudi & Nasrani. Justru kebudayaan Islam yg diajarkan oleh Rasulullah malah menjadi hal yg tabu di masyarakat, sehingga citra islam semakin hari makin memudar.
Waallahu a’lam bish-shawab. [Ukhtu Emil/Webmuslimah]