Provinsi Sumatera Barat dgn ibukota Padang ini mempunyai banyak sekali keunikan, salah satunya yakni Rumah Adat.
Provinsi Sumatera Barat sendiri secara umum dikuasai penduduknya berasal dr Suku Minangkabau.
Selain sebagai mayoritas, Suku Minangkabau pula diyakini merupakan penduduk asli provinsi Sumatara Barat.
Suku Minangkabau yg pula dikenal dgn orang Minang ini memiliki ikatan yg cukup erat dgn Suku Melayu, sehingga populer dgn banyaknya budaya & keunikan.
Rumah Adat Sumatera Barat (Rumah Gadang)
Rumah etika di provinsi Sumatera Barat biasa disebut dgn Rumah Adat Gadang atau Rumah Adat Godang.
Namun, oleh masyarakat sekitar rumah budbahasa tersebut lebih dikenal dgn sebutan Rumah Bagonjong atau Rumah Baanjuang.
Disebut rumah Bagonjong alasannya adalah memang potongan atapnya runcing & melengkung, yg mana dlm bahasa minang bermakna Gonjong.
Keunikan rumah adab ini terletak pada belahan atap rumahnya yg berupa melengkung bagaikan tanduk kerbau serta tubuh rumahnya yg berbentuk mirip kapal.
Uniknya lagi, hanya kawasan tertentu saja yg diperbolehkan untuk mendirikan rumah akhlak Gadang ini, yakni pada tempat yg sudah berstatus nagari saja.
Asal Usul Bentuk Rumah Adat Gadang
Asal Usul rumah akhlak Gadang ini pula ternyata sangat menarik, dimana setiap kepingan rumahnya memiliki dongeng asal usul sendiri.
Pertama, pada belahan atap rumah budbahasa Gadang yg berupa mirip tanduk kerbau ini sering dipercaya penduduk lokal dgn dongeng “Tambo Alam Minangkabau”.
Di mana pada kisah tersebut bercerita wacana kemenangan Suku Minang (Minangkabau) yg berhasil melawan Suku Jawa dlm hal mengadu kerbau.
Oleh karena itu, simbol yg mirip dgn tanduk kerbau ini selain digunakan pada atap rumah Gadang, pula biasa digunakan sebagai simbol lain seperti pada pakaian etika Sumatera Barat.
Lalu yg kedua yakni pada bagian rumah adab Gadang, bentuknya yg mirip kapal ini sering diandalkan penduduk lokal dgn kisah perjalanan nenek moyang orang Minang.
Pada cerita tersebut dikisahkan bahwa tubuh rumah tersebut memanglah kapal yg digunakan nenek moyang orang Minang.
Menurut dongeng tersebut, kapal nenek moyang orang Minang ini berlayar menuju ke hulu Batang Kampar.
Setelah hingga di kawasan tersebut, para awak kemudian turun ke daratan kemudian kapal tersebut pula diangkat & dibawanya ke daratan.
Kapal tersebut lalu ditopang dgn memakai kayu yg sungguh besar lengan berkuasa agar mampu berdiri dgn kokoh.
Kemudian kapal tersebut diberi atap dgn memakai layar yg digantungkan menggunakan tali kemudian dikaitkan dgn tiang yg ada pada kapal tersebut.
Namun karena layarnya sungguh berat, tali-talinya kemudian membentuk lengkungan yg mirip dgn Gonjong.
Kapal tersebut lalu digunakan selaku tempat berteduh sementara, kemudian para awak kapal menciptakan rumah lain & membentuknya ibarat kapal tersebut.
Setelah mereka menyebar & memiliki banyak keturunan, bentuk rumah kapal dgn Gonjong tersebut dijadikan selaku contoh & ciri khas mereka.
Dengan ciri khas tersebut mereka dapat dgn gampang mengenali keturunan mereka sendiri.
Di mana mereka akan tahu bahwa rumah yg mempunyai Gonjong ialah kerabat mereka.
Keunikan Rumah Gadang
Rumah etika Gadang Sumatera Barat ini memiliki beberapa keunikan tersendiri yg menjadikannya berbeda dgn rumah budpekerti lain.
1. Berbentuk Rumah Panggung
Bentuk dr rumah etika Gadang ini dibangun dgn menggunakan konsep rumah panggung.
Konsep rumah panggung tersebut dibikin untuk menyingkir dari serangan dr binatang buas.
Di mana tinggi rumah panggung ini bisa mencapai 2 meter dr permukaan tanah.
Lalu pada kepingan depan rumah, terdapat tangga yg digunakan untuk masuk ke dlm rumah.
2. Memiliki Empat Tiang Utama
Rumah etika Sumatera Barat ini mempunyai empat buah tiang utama yg terbuah dr pohon juha.
Tiang tersebut memiliki diameter sekitar 40 cm hingga 60 cm.
Di mana sebelum digunakan selaku tiang, kayu tersebut apalagi dulu direndam di dlm bak selama beberapa tahun lamanya dgn tujuan untuk menghasilkan tiang yg kokoh & berpengaruh.
3. Bangunan Anti Gempa
Keunikan lain dr rumah adab Sumatera Barat yaitu didesain anti gempa.
Rumah etika Gadang ini dibangun dgn menyesuaikan lingkungan alamnya yg beresiko terjadi gempa.
Rumah akhlak ini dibangun di atas tiang-tiang yg panjang ke atas & tahan dgn guncangan.
4. Pembagian Ruangan
Ruangan di dlm rumah gadang biasanya berbentuk persegi panjang.
Di mana dengan-cara keseluruhannya dibagi atas lanjar & ruang lepas yg dibagi berdasarkan batas tiang.
Tiang tersebut disusun dr depan ke belakang kemudian dr samping kiri ke samping kanan.
Jumlah lanjar rumah akhlak ini pasti tergantung dgn luas bangunannya, tetapi kebanyakan berjumlah ganjil dimulai dr tiga hingga sebelas.
Lalu pada pecahan depan rumah, terdapat bangunan kecil yg mana berfungsi selaku tempat untuk menyimpan padi.
Lalu pada penggalan samping, terdapat anjung yg berkhasiat untuk tempat upacara keagamaan, tempat upacara akad nikah, & kegiatan etika lainnya.
Sedangkan pada bagian dapur dibangun terpisah dgn rumah utama.
5. Dekorasi Ukiran
Selain bentuknya yg unik, rumah budpekerti Indonesia ini pula mempunyai banyak sekali tabrakan yg menarik.
Ukiran tersebut biasanya terletak pada cuilan tembok depan rumah yg yang dibuat dr papan yg di susun dengan-cara vertikal.
Sementara, tembok cuilan belakang biasanya dilapisi dgn memakai bambu.
Motif tabrakan tersebut diposisikan tergantung dgn susunan & tata letak papan.
Dimana motif ukiran yg digunakan biasanya adalah bunga, buah, daun, & tanaman lainnya.
Filosofi Rumah Adat Sumatera Barat (Rumah Gadang)
Di balik rumah adat Sumatera Barat yg unik & indah ini, ternyata pula menyimpan banyak sekali filosofi.
Suku Minang memang terkenal dgn kedekatannya dgn filsafah alam.
Oleh alasannya adalah itu mereka membangun rumah yg tampak serasi dgn alam yg ada di wilayah tersebut.
Di mana dibuat seperti Bukit Barisan yg pada bagian ujungnya melengkung & meninggi pada kepingan tengahnya, serta garis lerengnya dibuat melengkung & mengembang ke bawah.
Jika dilihat dr sisi fungsinya, garis-garis yg ada pada bangunan tersebut menawarkan kesesuaian dgn alam tropis.
Atap rumahnya yg lancip pula berkhasiat untuk mempermudah air hujan mengucur dgn baik & tak menggenang.
Rumah etika Sumatera Barat ini dibangun dgn syarat estetika & pula mengandung nilai keharmonisan, kesatuan, & keseimbangan.
Rumah Gadamg di bangkit sejajar dgn arah mata angin dr utara ke selatan yg mana mengandung makna untuk membebaskan rumah dr terpaan badai & panas matahari.
Lalu dr sisi filosofinya, ternukil dr istilah tetua budpekerti yg menyatakan bahwa “Rumah gadang yg besar itu bukan ukurannya, namun besar fungsinya bagi kehidupan penduduk Minang”.
Tetua budbahasa tersebut mengatakan bahwa fungsi dr rumah budbahasa Gadang tersebut untuk menyelingkupi kehidupan masyarakat Minangkabau.
Dimana di dalamnya meliputi tempat untuk berteduh, tempat tinggal, & tempat untuk melaksanakan banyak sekali upcara etika.
Rumah Gadang pula berguna bagi masyarakat Minangkabau untuk membicarakan problem yg mereka hadapi bareng – sama.
Adat & Keseharian Rumah Gadang
Rumah akhlak Gadang tak hanya mempunyai keunikan & filosofi saja, melainkan pula mempunyai fungsi yg mencakup seluruh kegiatan masyarakat Minangkabau.
Di mana mencakup dua fungsi utama yakni fungsi etika & fungsi keseharian, berikut yakni penjelasannya:
1. Fungsi Adat Rumah Gadang
Sebagai rumah etika, rumah Gadang biasa dijadikan penduduk Minangkabau sebagai tempat untuk melangsungkan acara adat & acara penting lainnya yg masih berhubungan dgn suku tersebut.
Berbagai upacara adab yg dikerjakan di rumah Gadang ini diantaranya yakni perkawinan, khitan atau sunat, turun mandi, pengangkatan kepala suku atau datuk, & upacara akhir hayat.
Namun, fungsi etika rumah Gadang ini hanya bersifat temporer saja, yg memiliki arti hanya ketika-waktu dilaksanakan & tak setiap hari.
2. Fungsi Keseharian Rumah Gadang
Seperti rumah pada umumnya, Rumah adab Sumatera Barat ini pula berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga besar.
Di mana di sini yg dimaksud keluarga besar ialah ayah, ibu, serta anak wanita.
Sedangkan anak laki – laki tak mempunyai tempat khusus di dlm rumah Gadang tersebut.
Bahkan jumlah kamar yg ada biasanya disesuaikan dgn jumlah anak wanita yg ada pada rumah tersebut.
Dengan fungsi keseharian ini, pemilik rumah biasanya melakukan berbagai aktivitas sehari – hari di rumah ini.
Seperti memasak, makan bareng , bercanda, istirahat, tidur, berkumpul, & kegiatan keseharian lainnya.
Kesimpulan
Provinsi Sumatera Barat mempunyai rumah budpekerti yg sudah sangat populer di Indonesia bahkan di manca negara.
Rumah budbahasa tersebut yaitu rumah gadang yg memiliki banyak sekali keunikan, fungsi, & pastinya filosofi kehidupan yg ada.
Kita selaku warga Indonesia yg baik pula perlu mempertahankan & melestarikan berragam budaya yg ada di Indonesia.