Kehidupan sosial di penduduk yang dinamis, berlawanan dan mempunyai ide kepada perubahan mental penduduk berdasarkan ekonomi yang berjalan di penduduk , ialah hasil dari perubahan yang berlainan dengan era reformasi sebelumnya.
Selama disini utamanya di Pontianak, ialah kesan baik terhadap upaya pergeseran penduduk yang mempunyai pengaruh pada dinamika sosial yang berlanjut pada kebutuhan dasar masyarakat mirip sandang, pangan dan papan.
Konflik sosial yang terjadi sebelumnya tentunya memiliki dampak pada budaya massa yang jelek di kota ini. Hal ini menjelaskan bahwa Jakarta – Pontianak merupakan hasil perbedaan kawasan dengan pekerja dan upah yang mempunyai masing – masing prestasi berlainan dengan sebelumnya.
Persaingan yang berpengaruh pada pertentangan, maka melunturkan nilai – nilai agama dan budaya bangsa itu sendiri 2000 – 2008. Hal ini menjadi penting dalam menyaksikan banyak sekali faktor sosial, tekanan sosial, dan yang lain yang memiliki efek pada kesehatan mental masyarakat, individu, dan golongan itu sendiri.
Pada tahun itu juga, ekonomi politik berlangsung dengan hasil seksualitas yang diperoleh dengan kekerasan seksualitas pada kala reformasi berlangsung pada tugas wanita dan laki – laki. Hal ini menjelaskan bahwa sebarapa banyak ekonomi mereka terima dan penindasan yang dilakukan di Pontianak, menurut agama dan budaya di sini.
Kesehatan mental pada tahun 2002 merupakan hasil dari adanya kekerasan sesudah reformasi di Jakarta yang terjadi pada tahun 1999, dan berpengaruh pada politik ekonomi kota Pontianak yang melanda adanya kelaparan, jaminan sosial, dan yang lain yang memiskinkan rencana kejahatan sejumlah insan pada politik Siregar itu.
Perlawanan ekonomi politik pada masyarakat Dayak – Batak – Jawa mesti menyadari bagaimana mereka hidup dan berdomisili di Pontianak, dari masyarakat Tionghoa sebelumnya menjelaskan hal ini dengan baik adanya. Para suku atau raja di Indonesia, menjelaskan hal ini perihal budaya dan agama mereka selama hidup di kota Pontianak – Jakarta.
“Orang malas mirip Batak – Jawa sihombing (Makan Orang), ngentot dirumah pekerjaannya 80an di Pontianak, hasil urbansiasi ekonomi perkotaan Jakarta sebagai sampah sebelumnya, dan selaku buruh migran. Tentunya menghasilkan kesehatan medis di Pontianak yang bobrok” sebagai dokter binatang pontianak pada agama Protestan HKBP dan GKE.
Hutan begitu luas, tidak mengelolanya, tahunya pengen makan orang atau makan duit lewat medis, merubah nasib namun menyimpang, hasil dari seksualitas kedua orang tua, pada penduduk Tionghoa untuk mengetahui keimanannya 2011 di Pontianak, yaitu oknum atau pelaku kejahatan model gres, itu ciri orang pribumi disini, pada kelas sosial umumBatak – Dayak – Jawa – Melayu.
Menjadi fakta atas kehidupan agama dan budaya mereka kepada masing – masing non manusia. Hal ini menerangkan bagaimana mereka bekerja, dan harus di selesaikan perkara tersebut di hadapan pengadilan, Kapuas Hulu – Pontianak 80an dan pertentangan sosial dan etnik, dan rumah tangga RT 003 menjadi versi gres dalam rumah tangga.
Yang dibentuk oleh orang Batak – Tionghoa – Dayak – Melayu di MRPD Pancasila Pontianak, dan lingkungan sekolah yang direncanakan pertentangan sosial terjadi pada penduduk biasa menjelaskan hal tersebut di Pontianak.
Kesehatan mental dan budaya aib menjadi penting bagi abjad bangsa Indonesia, utamanya pada wawasan dan teknologi. Dalam hal ini menerangkan bahwa masing-masing individu dan kalangan serta organisasi, harus aib kepada budaya bangsa pada persoalan tersebut terutama etnik yang bersangkutan di Pontianak – Jakarta, pada pembangunan ekonomi di Indonesia yang menindas.