Research Gap Peranan Pembelajaran Organisasional Dalam Kekerabatan Antara Orientasi Pasar Dengan Kinerja Pemasaran.

Research Gap peranan pembelajaran organisasional dalam kekerabatan antara orientasi pasar dengan kinerja pemasaran. 
Banyak perusahaan yang telah berusaha untuk memajukan orientasi pasar dalam usahanya (Jaworski dan Kohli, 1993), akan tetapi, timbul argumen gres yang menyatakan bahwa orientasi pasar saja tidak cukup untuk memajukan kinerja organisasi, dan kemampuan organisasi untuk belajar lebih singkat dibandingkan pesaing mungkin merupakan salah satu sumber kelebihan berkompetisi (DeGeus, 1998; Dicson, 1992; Slater dan Narver, 1995). Lebih lanjut Lukas, Hult dan Ferrell (1996) menyatakan bahwa pembelajaran organisasional sudah dipandang oleh beberapa ahli selaku kunci untuk mecapai keberhasilan organisasi pada periode yang hendak datang. Perspektif ini berlainan dengan teori neoklasik yang menyatakan bahwa tanah, tenaga kerja dan modal merupakan kunci untuk meningkatkan produktifitas. Namun sebaliknya dalam resource based theory (Hunt dan Morgan, 1995) menyatakan bahwa gosip dan wawasan merupakan kunci untuk meraih keberhasilan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dinyatakan bahwa kesanggupan untuk berguru ialah prioritas utama bagi organisasi untuk mampu bersaing dengan efektif.
Morgan et al., (1998) menyatakan bahwa tanggapankomunitas akademik terhadap masalah kognitif organisasional dan pengembangan ilmu pengetahuan sungguh besar dan terbagi dalam beberapa bidang adalah bidang seni manajemen, perilaku organisasi dan administratif, tetapi observasi empiris pembelajaran organisasional pada bidang pemasaran masih sungguh terbatas. Sinkula (1994) dan Slater dan Narver (1995) memperkenalkan konstruk pembelajaran organisasional dalam pemasaran, dengan adanya konstruk ini mengakibatkan perubahan penting dalam observasi di bidang penjualan. Slater dan Narver (1995) menyatakan bahwa orientasi pasar akan mampu mengembangkan kinerja organisasi kalau dikombinasikan dengan pembelajaran organisasional. Selanjutnya Narver dan Slater (1995) menyatakan bahwa pembelajaran organisasional selaku market-driven sangat diharapkan untuk mengantisipasi dan menyikapi keperluan pelanggan yang selalu meningkat melalui penemuan produk dan pelayanan. Kemampuan untuk mengantisipasi dan merespon keperluan pasar ini sangat penting untuk senantiasa mempercepat respon setiap potensi dan ancaman yang ada. Narver dan Slater (1995) juga menyatakan bahwa orientasi pasar ialah satu kesatuan dengan pembelajaran organisasional. Meskipun pergeseran orientasi pasar ke pembelajaran organisasional telah menawarkan bantuan yang sangat berharga dalam bidang pemasaran, namun penyataan Narver dan Slater (1995) masih mengandung kontradiksi (Hurley dan Hult, 1998). Narver dan Slater (1995) menyatakan bahwa orientasi pasar dan pembelajaran organisasional ialah satu kesatuan atau tidak mampu dipisahkan, namun di segi lain Narver dan Slater (1995) menyatakan bahwa pembelajaran organisasional memediasi relasi antara orientasi pasar dengan pembelajaran organisasional. Hurley dan Hult (1998) sudah berupaya memecahkan pertentangan ini dengan memasukan konstruk yang berkaitan dengan penemuan. Hurley dan Hult (1998) lebih memfokuskan variabel orientasi pasar kepada penemuan (implementasi ilham-wangsit gres, penemuan produk atau penemuan proses) dari pada pembelajaran organisasional (pengembangan wawasan dan pengetahuan) sebagai langkah utama dalam menyikapi pasar. Selanjutnya orientasi pasar dan pembelajaran organisasional keduanya secara terpisah diposisikan selaku variabel yang mensugesti budaya inovatif. Organisasi yang memiliki budaya inovatif dan memiliki sumberdaya condong akan lebih kreatif dan sehingga menyebabkan kelebihan bersaing.
Adanya bukti empiris yang menyatakan bahwa orientasi pasar mempunyai dampak terhadap kinerja organisasi mendorong perlunya dilakukan penelitian untuk menganalisis kekerabatan orientasi pasar, pembelajaran organisasional dan kinerja pemasaran, hal ini penting untuk menjelaskan bagaimana cara mengkonversikan orientasi pasar menjadi kinerja organisasi yang unggul (Langerak, 2003). Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Murray dan Peyrefitte (2007) yang menyatakan bahwa sekarang ini hasil observasi empiris yang menunjukkan petunjuk dengan jelas bagaimana proses transfer pengetahuan dalam organisasi masih sangat terbatas. Farrell (2000) menyatakan bahwa orientasi pasar mempunyai efek aktual kepada orientasi belajar dan orientasi berguru memiliki dampak yang lebih besar terhadap kinerja bisnis ketimbang orientasi mencar ilmu. 
Penelitian tentang orientasi pasar, orientasi belajar, penemuan organisasional dan kinerja telah banyak dilaksanakan, tetapi pada umumnya observasi yang menguji konstruks tersebut cuma dilakukan secara sepotong-sepotong dan tidak dilakukan observasi secara menyeluruh dengan menguji kekerabatan antar konstruks tersebut (Mavondo, 2005). Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Hurley dan Hult (1998) dalam saran observasi yang mau tiba yang menyatakan bahwa pada umumnya penelitian tentang orientasi pasar dan pembelajaran orientasi belajar sekarang lebih menekankan untuk menjelaskan atribut orientasi pasar dan orientasi mencar ilmu pada perusahaan saja, oleh alasannya itu perlu dilaksanakan penelitian untuk menguji bagaimana perusahaan menjadi lebih inovatif dan membuatkan kapabilitasnya secara lengkap dengan peranan pembelajaran dan orientasi pasar dalam suatu proses sehingga diperoleh pemahaman bagaimana perusahaan berguru, berganti dan memajukan kinerja. Penelitian yang menguji relasi empat variabel tersebut mampu dikelompokan menjadi berbagai jenis korelasi yaitu: observasi yang menguji kekerabatan antara orientasi pasar dengan kinerja (Kohli dan Jaworski, 1990; Jaworski dan Kohli, 1993; Narver dan Slater, 1990), orientasi pasar dalam kaitannya dengan orientasi mencar ilmu dan penemuan (Slater dan Narver, 1995; Sinkula, 1994), relasi antara orientasi pasar penemuan (Deshphande, et al., 1993), kekerabatan orientasi pasar-penemuan-kinerja (Han et al., 1998) dan yang terakhir relasi antara orientasi pasar, orientasi mencar ilmu dan inovasi (Hurley and Hult, 1998).
Pembelajaran organisasional menurut March (1991) dapat dikelompokkan menjadi dua ialah pembelajaran eksploitatif dan pembelajaran eksploratif. Pembelajaran eksploitatif merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan tujuan untuk melaksanakan perbaikan dan pengembangan kompetensi, teknologi dan paradigma yang telah ada, sedangkan pembelajaran eksploratif merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk melakukan percobaan dengan alternatif gres, yang mempunyai pengembalian tidak niscaya, memerlukan waktu lama bahkan dapat menjadikan kerugian. Berbeda dengan Hurley dan Hult (1998) dalam observasi ini pembelajaran organisasional selaku konsekuensi dari orientasi pasar dibedakan menjadi pembelajaran eksploitatif dan pembelajaran eksploratif mirip yang diuraikan oleh March (1999). Meskipun perbedaan pembelajaran eksploratif dan pembelajaran eksploitatif sering disebut dalam observasi, tetapi penelitian empiris yang menguji perbedaan efek pembelajaran eksploitatif dan pembelajaran eksploratif masih sangat terbatas (Schildt et al., 2005). Tujuan memasukan variabel pembelajaran eksploratif dan pembelajaran eksploitatif dalam penelitian ini diharapkan akan dapat menjelaskan hubungan kausal antara orientasi pasar dengan penemuan dan kinerja penjualan yang selama ini masih menawarkan hasil yang berlainan-beda.

BAGIAN ARTIKEL INI ADA DI BAWAH INI: KLIK AJAAAA……

  1. Research gap hubungan orientasi pasar dengan kinerja pemasaran.
  2. Research gap relasi orientasi pasar dengan inovasi.
  3. Research Gap relasi inovasi dengan kinerja penjualan.
  4. Research Gap observasi empiris anteseden orientasi pasar.
  5. Research Gap observasi empiris orientasi pasar pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan latar belakang negara meningkat .
  6. Fenomena Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia dan di Eks-Karesidenan Banyumas.