Tuan Edgard duduk melamun di restorannya. Sudah dua bulan ini hanya ada beberapa orang yg makan di restorannya. Sementara restoran Tuan Owen yg ada di sudut jalan terlihat sangat ramai.
“Huh! Mengapa mereka lebih bahagia makan di kedai makanan Tuan Owen dibandingkan dengan di restoranku, ya?” keluhnya.
Padahal, selama ini kedai makanan Tuan Edgard selalu menjadi kedai makanan terbaik & terlaris di Negeri Olio. Selain cita rasanya yg enak, harganya pula sungguh terjangkau. Itu sebabnya, Tuan Edgard yakin Tuan Owen menyimpan belakang layar di balik keberhasilan restorannya itu.
Pasti Tuan Owen memasukkan bumbu asing ke dlm masakannya. Atau, Tuan Owen memakai mantra sakti biar restorannya senantiasa laris elok.
“Aku harus secepatnya mencari tahu apa rahasia Tuan Owen,” gumamnya tak sabar.
Tuan Edgard menutup restorannya lebih cepat hari ini. Ia mengikuti Tuan Owen pergi ke pasar. Ia berpura-pura sedang belanja materi untuk keperluan dapur. Kemudian, Tuan Edgard menyapa Tuan Owen yg sedang memilih tomat segar.
“Hai, Tuan Owen. Kulihat restoranmu selalu laku anggun. Maukah kau membagikan sedikit rahasianya padaku?”
“Aku tak punya diam-diam apa-apa, Tuan Edgard,” jawab Tuan Owen.
Tetapi, Tuan Edgard tak mau percaya begitu saja. Ia yakin Tuan Owen tidak ingin mengumumkan rahasianya lantaran takut tersaingi. Tetapi, bukan Tuan Edgard namanya bila tak mencari tahu.
Dari balik jendela dapur, Tuan Edgard mengintip acara Tuan Owen di dapur. Ia mengamati gerakan lincah tangan Tuan Owen ketika meracik bumbu masakannya. Ia pula memperhatikan bagaimana Tuan Owen menyajikan makanannya.
Ketika Tuan Owen mengantar pesanan, Tuan Edgard pun beraksi. Ia menyelinap masuk ke dapur Tuan Owen melalui pintu belakang yg tak terkunci.
Tuan Edgard mendekati rak kayu yg berisi bumbu-bumbu dlm toples. Satu per satu diperiksanya dgn teliti. Termasuk perkakas dapur yg sering digunakan Tuan Owen untuk memasak.
Tuan Edgard mendesah kecewa. Tak ada tanda-tanda adanya bumbu gila atau mantra sakti di dapur Tuan Owen. Kemudian, pandangannya menyusuri setiap segi dapur.
Senyum di wajahnya tiba-tiba mengembang. Di penggalan atas rak kayu daerah perkakas makan ada sebuah gulungan kertas. Tuan Edgard yakin pasti ada petunjuk di sana. Dengan penuh semangat, ia memanjati rak kayu itu.
Alangkah terkejutnya Tuan Edgard tatkala rak kayu yg menjadi pijakannya tiba-tiba ambruk. Suara berdebum terdengar. Tuan Edgard terjatuh. Setengah berlari Tuan Owen kembali ke dapurnya.
“Oh, Tuan Edgard! Apa yg kamu lakukan di dapurku?” tanya Tuan Owen sambil membantu Tuan Edgard bangkit.
“Maafkan aku, Tuan Owen,” ucapnya penuh penyesalan.
Lalu, Tuan Edgard menceritakan maksudnya masuk ke dapur Tuan Owen sambil mengangkat kembali semua perkakas makan yg terjatuh. Tuan Owen terkekeh saat Tuan Edgard mengira gulungan kertas itu yakni kertas mantra. Ia mengambil gulungan kertas yg dimaksud lalu membukanya.
“Ini adalah angket kepuasan pelanggan, Tuan Edgard. Dengan angket ini para konsumen bisa menunjukkan skor untuk pelayanan & kebersihan di restoranku. Jika skor mereka tinggi berarti mereka puas & gue merasa bahagia. Jika mereka kurang puas, gue akan memperbaikinya. Para konsumen pula diperbolehkan untuk menuliskan usulan & kritik bila ada.”
Tuan Owen pula menjelaskan bahwa dgn adanya angket itu, dirinya sangat terbantu. Ia jadi tahu bagaimana selera makanan tiap pelanggannya. Seperti Nyonya Rumi yg tak suka makanan pedas, Tuan Patrick yg sangat menggemari kuliner cantik, pula Nyonya Eli yg suka masakan asam.
Seorang pelanggan berjalan menghampiri Tuan Owen. Ia merogoh saku untuk mengambil dompet. Setelah membayar, Tuan Owen memintanya mengisi angket. Selesai mengisi angket, pelanggan itu tersenyum sambil mengacungkan kedua jempolnya.
“Terima kasih. Selamat tiba kembali,” ucap Tuan Owen dgn riang bangga.
Tuan Edgard mengamati semua itu. Ia terjaga kalau selama ini ia selalu menilai restorannya yakni yg terbaik. Tanpa pernah mempertimbangkan apakah pelanggannya merasa puas atau tidak. Tuan Edgard tertunduk murung. Dalam hatinya ia berjanji akan lebih memperhatikan pelayanan di restorannya.
Tak lupa ia pula meminta maaf pada Tuan Owen, dikarenakan telah berprasangka buruk. Ternyata, Tuan Owen yakni orang yg baik & jujur.