Quantum Teaching


QUANTUM TEACHING
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Pada hakekatnya, mengajar yakni sebuah proses dimana guru dan murid membuat adanya keterkaitan dalam suatu pembelajaran. Dan untuk menciptakann  hal tersebut, pasti dibutuhkan versi-versi pembelajaran yang bagus.
Model pembelajaran sendiri yaitu suatu deskripsi dari lingkungan mencar ilmu yang menggambarkan perencanaan kurikulum, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran , perlengkapan berguru, pelajaran , bulu-buku kerja, acara multimedia, serta perlindungan berguru lewat acara komputer. Banyak sekali model pembelajaran yang mampu digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajarannya. Agar murid mudah memahami sehingga memperlancar dalam meraih tujuan pembelajaran.
Di dalam makalah ini kami tidak akan membahasa satu per satu macam-macam versi pembelajaran kecuali hanya Quantum teaching. Dengan kata lain makalah ini akan membicarakan “versi pembelajaran quantum teaching” saja. Untuk lebih lanjut, berikut ulasannya.
B.       Rumusan pembahasan
1.      Apa yang dimaksud dengan Quantum Teaching?
2.      Bagaimana asas dalam model Quantum Teaching?
3.      Apa saja prinsip dalam versi Quantum Teaching?
4.      Bagaimana desain versi Quantum Teaching?
5.      Bagaimana  impementasi Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI?
6.      Apa saja tujuan pembelajaran Quantum Teaching
7.      Apa yang menjadi kekurangan dan keunggulan Quantum Teaching?
C.      Tujuan pembahasan
Agar kita sebagai seorang guru mengetahui versi Quantum Teaching sehingga mampu mengaplikasikannya dalam sebuah pembelajaran.
BAB II
Pembahasan
A.      Pengertian Quantum teaching
Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mengganti energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi.[1] Kaprikornus pembelajaran Quantum ialah merancang berbagai macam interaksi dalam proses pembelajaran dan sekitarnya supaya mampu mengganti kesanggupan dan talenta alami siswa menjadi “cahaya” yang mau berfaedah bagi dirinya maupun orang lain.[2] Sedangkan teaching yaitu mengajar. Quantum teaching yaitu pengubahan beragam interaksi yang ada di dalam dan di sekeliling momen berguru. Interaksi ini meliputi komponen-bagian untuk berguru efektif yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran.[3]
Model pembelajaran Quantum Teaching yaitu model dimana suatu pembelajaran dalam satu mata pelajaran yang terkesan menakutkan bisa jadi menggembirakan. Bahkan bisa saja dibilang murid tidak menyadari jikalau ia sedang dalam keadaan belajar. Model ini disebut juga dengan “versi instrument”. Hal tersebut dikarenakan model ini memang berawal dari penelitihan seseorang. Yang mana pada dikala itu orang tersebut melihat seorang maestro memimpin orkes musik dengan alat music yang berbeda-beda namun bisa menghasilkan irama atau simfoni lagu yang indah.
Begitu juga dalam pembelajaran. Dengan berbagai abjad anak yang berbeda-beda dan dibantu dengan versi pembelajaran ini, bagaimana guru mampu menciptakan suasana kelas yang asyik dan mengasyikkan tetapi tidak meminimalisir kefahaman pada murid. Jadi bila guru ingin memakai versi pembelajaran ini, hendaknya guru mengenali secara hampir tepat perihal kondisi perindividu dari muridnya. Dan mengeluarkan seluruh kesanggupan kreatifitas yang dimilikinya. Kalau sudah tercipta situasi seperti itu maka quantum teaching yang memiliki pengertian seperti diatas benar-benar tercipta dalam kelas tersebut.
B.       Asas dalam versi quantum teaching
Dalam model pembelajaran quantum teaching terdapat asas yang mendasari versi pembelajaran ini, ialah:
Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”
Dasar atau asas memiliki nilai filosofis yang mendalam. Asas tersebut tersusun dari dua kalimat ialah:
ü  Bawalah dunia mereka ke dunia kita
Kalimat diatas memiliki pengertian bahwa guru harus membuat jembatan yang bisa menghubungkan langsung dengan muridnya. Hal ini dijalankan dengan mengerti lebih dalam ihwal muridnya (per individu). Kalau guru sudah memahami muridnya maka dunia murid akan dengan gampang beliau dapatkan. Intinya guru harus menciptakan kemistri atau ikatan atau duet yang anggun dengan muridnya.
ü  Antarkan dunia kita ke dunia mereka
Setelah asas dari penggalan asas tersebut berhasil ditaklukkan, maka selanjutnya guru mesti menjinjing murid ke dalam dunianya. Dalam artian jika guru sudah menerima hati seorang murid, berikutnya guru mesti menjinjing murid kedalam dunianya (keadaan belajar mengajar) yang sedang dilakukannnya. Survey membuktikkan, jikalau seorang guru telah sukses merebut hati muridnya, maka dengan gampang guru mengondisikan muridnya tersebut.
Asas ini merupakan senjata pertama yang telah berhukum wajib dan mesti dimiliki oleh seorang guru. Karena asas ini akan lebih menolong guru dalam membuat lebih mudah penyampaian materi, sehingga tujuan pembelajaran akan gampang ditemukan.
C.      Prinsip dalam model quantum teaching
Dapat disimpulkan dari asas tersebut. Bahwa versi quantum teaching memakai prinsip-prinsip yang terdiri dari lima macam, adalah:
1.        Segalanya berbicara
Segala dari lingkungan kelas, bahasa tubuh guru sampai desain pelajaran guru mampu mengatakan.[4] Maksudnya lingkungan kelas dan keadaan guru itu mampu menjadi sumber berguru atau sumber penilaian. Misalnya saja lingkungan kelas yang kotor itu merefleksikan jika penghuni kelas tersebut orang yang tidak bersih. Kemudian dari bahasa tubuh guru, murid mampu menilai mana guru yang baik dan mana guru yang tidak baik. Untuk itu lingkungan kelas dan gurunya (baik dalam hal bahasa tubuh dan cara memberikan materi)harus baik supaya tercipta suasana yang diminati oleh murid.
2.        Segalanya bermaksud
Semuanya yang terjadi dalam proses mencar ilmu mengajar memiliki tujuan.[5] Hal ini berarti semua perubahan yang ada pada guru ( baik dalam sikap atau taktik pembelajaran) dan lingkungan kelas itu tidak lain supaya murid bisa berguru senyaman mungkin, sehingga prestasi tinggi yang dibutuhkan oleh guru mampu diraih oleh murid tersebut.
3.        Pengalaman sebelum dukungan nama
Berarti sebelum mendefinisikan, siswa terlebih dahulu sudah memiliki atau sudah diberikan pengalaman isu yang terkait dengan upaya bantuan nama.[6] Maksudnya sebelum memulai sebuah bahan pelajaran, hendaknya guru memperlihatkan pengalaman atau isu yang berkaitan dengan materi yang hendak diajarkan pada dikala itu. Hal ini oleh guru sering digunakan ketika hendak mendeskripsikan atau mencari arti dari satu pemahaman. Jadi murid diajak untuk menyumbangkan ide yang ada dalam fikirannya. Yang mana dari ide-inspirasi tersebut (dengan bimbingan guru juga) dikumpulkan, sehingga membentuk pengertian yang mudah dicerna oleh murid.
4.        Akui setiap perjuangan
Belajar mengandung resiko.[7] Artinya dalam kondisi berguru, baik tenaga, fisik atau emosi semua dikerahkan. Untuk itu saat mereka melakukan sesuatu baik itu salah atau benar, maka guru mesti memperlihatkan kebanggaan atas bisnisnya. Agar semangat mereka tambah besar untuk belajar dan berusaha.
5.        Jika patut dipelajari maka patut pula dirayakan
Perayaan (menawarkan umpan balik) mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi konkret dengan berguru.[8] Maksudnya ketika dalam suatu mata pelajaran ada murid yang berhasil dengan perjuangan kerasnya maka kesuksesan tersebut layak untuk dirayakan selaku motivasi murid tersebut dan murid lainnya untuk lebih perjuangan dalam belajar. Perayaan disini bukan dengan pesta yang mewah, melainkan dengan tepuk tangan, hadiah sederhana ataupun kebanggaan.
D.      Rancangan versi quantum teaching
Quantum Teaching menawarkan desain pembelajaran yang berprinsip serta memberdayakan kesempatansiswa dan keadaan di sekitarnya. Rancangan-rancangan tersebut adalah:
1.        AMBAK
AMBAK yaitu suatu teknik penting dalam Quantum Teaching. AMBAK merupakan kependekan dari APA MANFAAT BAGIKU”. Teknik ini menekankan bagaimana sedapat mungkin mampu mendatangkan perasaan dalam diri siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan menawarkan faedah yang besar. Secara terang teknik AMBAK bisa dijelaskan sebagai berikut:
ü  A: APA YANG DIPELAJARI
Guru hanya menetapkan apa saja yang akan dipelajari, anak didiklah yang menetukan tema sesuai minat masing-masing.[9] Sebagai acuan pada pelajaran menggambar, guru hanya memilih pelajaran menggambar dan para anak didik sendirilah yang memilih tema gambar yang mau di buatnya.
ü  M: MANFAAT
Guru menawarkan penjelasan tentang apa manfaat yang diperoleh dari setiap pelajaran.[10] Contohnya pelajaran tenteng berwudlu. Guru tidak hanya menerangkan syarat sah dan rukun wudlu, namun lebih dari itu guru harus bisa menerangkan terhadap siswa apa pesan yang tersirat yang mampu diambil dari berwudlu. Pada intinya guru mesti mendorong siswa mampu mengerti sesuatu situasinya yang bergotong-royong sehingga siswa tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
ü  BAK: BAGIKU
Bagiku artinya metode yang terkait dengan penjelasan guru terhadap siswa tentang apa manfaat yang diperoleh siswa di kala yang mau tiba setelah mempelajari bahan yang mau di ajarkan guru. Misalnya pelajaran bersuci dengan tayammum. Mungkin bagi siswa yang berada di kawasan dengan pasokan air melimpah, pelajaran tayammum tidak banyak menawarkan arti. Dan dalam kondisi ini, guru mesti bisa menjelaskan terhadap semua siswa bahwa suatu dikala model bersuci dengan tayammum niscaya akan bermanfaatnya, terlebih saat dalam sebuah perjalanan tidak mendapatkan air atau saat sakit yang tidak diperkenankan terkena air.
Metode AMBAK yakni cara memulai kegiatan pembelajaran dengan apalagi dulu memberikan penjelasan tentang apa yang mau dipelajari dan memberikan pengertian serta penyadaran terhadap siswa perihal manfaat besar yang hendak didapat siswa. Selain itu kerangka AMBAK dalam versi ini menunjukkan kepada kita betapa Quantum Teaching lebih menekankan pada pembelajaran yang penuhmakna dan tata cara nilai yang bisa dikotribusikan kelak dikala anak remaja nanti.
2.        TANDUR
Rancangan pembelajaran Quantum Teaching yang lain yang dapat dipakai yaitu teknik TANDUR, yaitu:
ü  T: TUMBUHKAN
Tumbuhkan minat siswa dengan mendalami “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan siswa. Dengan demikian, seorang guru tidak hanya memposisikan diri selaku pentransfer  ilmu wawasan saja, tetapi juga fasilitator, perantara, dan motivator.[11] Contohnya dalam mata pelajaran PAI. Guru bukan hanya mampu menjelaskan terhadap siswa akan pentingnya agama. Di samping itu guru juga mesti memotivasi serta memberi pola siswa bahwa mencar ilmu agama dapat menunjang perbaikan langsung pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
ü  A: ALAM
Ciptakan atau datangkan pengalaman biasa yang dapat dimengerti semua pelajar. Ketika dalam sebuah pembelajaran perlu adanya teladan, maka guru harus memperlihatkan contoh secara alami atau biasa . Agar semua murid mengetahui dan tidak merasa dibicarakan. Sehingga keingintahuan yang mendalam pada diri murid akan apa yang diajarkan akan timbul dalam bentuk pertanyaan.
ü  N: NAMAI
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus atau strategi terlebih dulu terhadap sesuatu yang mau diberikan kepada siswa. Guru sedapat mungkin memberikan pengantar kepada materi yang hendak disampaikan. Hal ini dimaksudkan semoga ada informasi pendahuluan yang bisa diterima oleh siswa.
Selain itu, guru diperlukan juga mampu menciptakan kata kunci terhadap hal-hal yang dianggap susah. Dengan kata lain, guru mesti mampu membuat sesuatu yang sulit menjadi sesuatu yang gampang. Penamaan mampu membuat puas kehendak alami otak untuk menawarkan identitas, megurutkan dan mendefinisikan. Penamaan ialah info, fakta, rumus, anutan, tempat dan sebagainya. Guru menyediakn keyword , desain, model, rumus, seni manajemen dan sebuah masukan.[12] Penamaan juga mampu disebut dengan penyuguhan bahan. Pada acara ini guru menyampaikan bahan lebih lengkap dan jelas sesudah siswa mengungkapkan pengalaman yang telah ditemukan (pengalaman tersebut harus sesuai dengan materi), sehingga penanaman siswa wacana materi tersebut lebih lengkap tidak hanya sebatas pengalaman dengan praktek, tetapi juga secara konsep. Dengan keinginan penguasaan bahan dari siswa lebih optimal dan menghindari dari kejenuhan dari siswa dalam menerima pelajaran.[13]
ü  D: DEMONSTRASI
Demonstrasi disini yaitu penyampaian apa yang dimengerti murid ihwal suatu materi yang sedang diajarkan. Demonstrasi dilaksanakan dengan memberi peluang untuk siswa mempresentasikan hasil pekerjaan atau pemikirannya terhadap guru serta temannya. Ini diperlukan yakin diri dari siswa itu meningkat apalagi sesudah menujukan hasil karya yang dibuatnya, juga dapat menimbulkan siswa tersebut lebih ingin tau ingin mempelajari bahan tersebut lebih dalam.[14]
ü  U: ULANGI
Ulangi adalah tahapan untuk merekatkan kembali citra bahan secara keseluruhan. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Oh..ternyata saya telah paham”.[15] Pengulangan dilakukan dengan cara menunjukkan kesempatan kepada siswa untuk mengulas kembali bahan yang telah disampaikan oleh guru. Dengan demikian siswa yang tidak memperhatikan guru dikala mengajar dapat dikesampingkan, sebab sesudah guru memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan kembali materi yang sudah diberikan dengan klarifikasi dan atau dengan mempraktekan pribadi.[16] Selain itu mampu dengan cara evaluasi lisan secara bersamaa-sama atau individu. Tapi untuk cara ini guru mesti sungguh-sungguh memperhatikan muridnya semoga mengetahui mana yang faham, tidak faham, setengah faham atau yang yang lain.
ü  R: RAYAKAN
Maksudnya usaha apapun yang telah dilakukan murid, maka peran guru harus menawarkan pujian, biar semangat untuk lebih baik tertanam dalam diri murid. Perayaan tersebut tidak butuhberlebihan. Cukup dengan menghunus jempol, bertepuk tangan, motivasi atau dengan kado yang sederhana.
Jadi mampu disimpulkan bahwa versi TANDUR ini lebih menekankan pada pengembangan minat siswa dalam mencar ilmu, siswa menerima perlakuan sama dari guru, siswa juga menerima informasi pendahuluan terhadap materi yang mau dipelajari. Penekanan itu juga dalam memberikan iman pada seluruh siswa biar berani memberikan karya mereka kepada orang lain, pengulangan bahan secara efektif juga sungguh dibutuhkan dan santunan apresiasi kepada siswa semoga siswa termotivasi dalam belajar.
3.        ARIAS
Pembelajaran dengan teknik ARIAS berisikan lima unsur (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima unsur tersebut ialah satu-kesatuan yang diharapkan dalam aktivitas pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing bagian dan beberapa contoh yang mampu dilakukan untuk membangkkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut.
ü  A: ASSURANCE (yakin diri)
Siswa yang memiliki perilaku yakin diri mempunyai evaluasi positif tentang dirinya condong menampilkan prestasi yang baik secara terus-menerus. Sikap percaya diri, yakin akan sukses ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka semoga berusaha dengan optimal guna mencapai keberhasilan yang maksimal.
ü  R: Relevance
Yaitu berafiliasi dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berafiliasi dengan kebutuhan sekarang atau yang hendak tiba. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengenali kesanggupan apa yang mau dimiliki dan pengalaman apa yang mau didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kesanggupan yang telah dimiliki dengan kesanggupan gres itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.
ü  I: Interest
Adalah yang bekerjasama dengan minat/perhatian siswa. Dalam aktivitas pembelajaran minat/perhatian  tidak hanya mesti dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama aktivitas pembelajaran berjalan. Oleh alasannya itu, guru mesti memperhatikan banyak sekali bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam acara pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sungguh memiliki kegunaan dalam usaha mensugesti hasil mencar ilmu siswa.
ü  A: Assessment
Yaitu yang berhubungan dengan penilaian kepada siswa. Evaluasi ialah sebuah bagian pokok dalam pembelajaran yang menawarkan keuntungan bagi guru dan siswa. Bagi guru evaluasi ialah alat untuk mengetahui apakah yang sudah diajarkan telah dimengerti oleh siswa untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun selaku golongan; untuk merekam apa yang sudah siswa capai, dan untuk menolong siswa dalam mencar ilmu. Bagi siswa, evaluasi ialah umpan balik wacana keunggulan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong berguru lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi.
ü  S: Satifaction
Yaitu yang berafiliasi dengan rasa besar hati, puas atas hasil yang diraih. Dalam teori belajar satisfaction yaitu reinforcement (penguatan). Sisa yang sudah berhasil melaksanakan atau meraih sesuatu merasa gembira/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk meraih keberhasilan selanjutnya.[17]
4.        PAKEM
PAKEM yakni singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru mesti membuat situasi sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertAnyakan dan mengemukakan pemikiran . Jika pembelajaran tidak menawarkan potensi terhadap siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat berguru.
Secara garis besar, gambaran PAKEM ialah siswa terlibat dalam aneka macam kegiatan yang menyebarkan pengertian dan kemampuan mereka dengan aksentuasi pada belajar lewat berbuat. Dan yang mesti diamati dalam melakukan PAKEM ialah:
a.       Memahami sifat yang dimiliki anak
b.      Mengenal anak secara individual
c.       Memanfaatkan sikap anak dalam pengorganisasian mencar ilmu
d.      Mengembangkan segala kesanggupan siswa
e.       Mengembangkan ruang kelas selaku lingkungan belajar yang mempesona
f.       Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber berguru
g.      Memberikan umpan balik yang bagus untuk meningkatkan acara belajar
h.      Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.[18]
Dari kerangka-kerangka tersebut terlihat adanya lima ciri sebagai berikut:
 mengajar adalah suatu proses dimana guru dan murid menciptakan adanya keterkaitan dalam s QUANTUM TEACHING        Adanya komponen demokrasi dalam pengajaran.
Maksudnya dalam proses belajar mengajar bukan cuma guru yang aktif, namun anak bimbing juga ikut aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
 mengajar adalah suatu proses dimana guru dan murid menciptakan adanya keterkaitan dalam s QUANTUM TEACHING        Memungkinkan tergali dan terekspresikannya seluruh kesempatandan talenta yang terdapat pada diri si anak.
 mengajar adalah suatu proses dimana guru dan murid menciptakan adanya keterkaitan dalam s QUANTUM TEACHING        Adanya kepuasan pada diri si anak.
 mengajar adalah suatu proses dimana guru dan murid menciptakan adanya keterkaitan dalam s QUANTUM TEACHING        Adanya bagian pemantapan dalam menguasai materi atau sebuah keterampilan yang diajarkan.
 mengajar adalah suatu proses dimana guru dan murid menciptakan adanya keterkaitan dalam s QUANTUM TEACHING        Adanya komponen kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak dalam bentuk rancangan, teori, versi, dan sebagainya.[19]
E.       Implementasi quantum teaching dalam pembelajaran PAI
Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ranah afektif dan ranah psikomotorik bisa dikatakan lebih secara umum dikuasai dibanding ranah kognitifnya. Beranjak dari perkiraan ini pengajaran PAI di sekolah biasa sebaiknya menawarkan porsi lebih banyak terhadap penggunaan versi dan seni manajemen pembelajaran yang lebih mengarah kepada pencapaian faktor afektif dan psikomotorik, tetapi tetap tidak boleh mengabaikan faktor kognitif. Jika demikian halnya, maka penerapan Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI kiranya mampu diaplikasikan. Adapun tindakan pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching:
1.    Menata Nilai
Guru mesti memiliki niat yang berpengaruh bahwa apa yang dilakukannya hanya semata untuk beribadah terhadap Allah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara melalui pendidikan dan mempersiapkan generasi penerus bangsa yang bagus dan bermutu. Membekali siswa dengan nilai-nilai agama yang diharapkan bisa menjadi nilai spiritual mereka dalam seala aktivitasnya. Yang tak kalah penting dalam konteks ini ialah positive thinking bahwa setiap siswa mempunyai kesanggupan dan motivasi untuk berguru. Dengan modal keyakinan ini, guru berupaya sebisa mungkin mengoptimalkan kesempatanyang dimiliki siswa untuk kepentingan pembelajaran.
2.    Menata Kelas
Guru mesti bisa menata ruang kelas sedemikian rupa sehingga siswa merasa tidak jenuh berada dalam kelas dalam waktu yang usang. Jika ruang kelas dikelola dengan baik, maka akan memberikan manfaat dan tugas besar untuk membuat iklim pembelajaran yang kondusif. Di antara acuan penataan itu adalah menertibkan posisi kursi, memberi aksesoris, menempelkan hasil karya siswa di dinding kelas, menempelkan kata-kata motivasi yang mampu diambil dari Al-Qur’an, hadits, perkataan sobat Rasul atau para ulama, dan lain-lain.
3.    Proses Pembelajaran
Hal-hal berikut ini mampu diperhatikan oleh guru untuk membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermacam-macam, diantaranya:
a.         Keteladanan
Dalam dunia pendidikan ada suatu prinsip yang sangat popular “At thariqatu ahammu minal maddah, wal mu’allimu ahammu min ath thariqah” (Metode pembelajaran lebih penting dari pada materi, namun guru lebih penting dari pada metode itu sendiri). Dari prinsip ini tergambar bahwa guru mempunyai tugas yang sangat vital dan sentral, terlebih lagi dalam pengajaran agama dan watak. Dan dalam Al-Qur’an yang artinya adalah dosa besar menurut Allah, jika engkau mengatakan sesuatu tetapi engkau tidak melakukannya.
Pepatah dan ayat di atas, semuanya mengacu pada keteladanan. Siswa sering tidak kesengsem dalam pembelajaran alasannya adalah melihat ada kontradiksi antara perkataan dan tindakan guru. Namun ketika guru bisa memberikan keteladanan, maka akan lahir perasaan dalam diri siswa kesebangunan dan kecocokan antara yang mereka dengar dengan apa yang mereka lihat. Misalnya, dikala guru mengajarkan perihal kedisiplinan, maka guru mesti menawarkan kedisiplinannya terhadap seluruh siswa.
b.        Metode Pengajaran
Guru harus mampu menggunakan tata cara yang bermacam-macam dan mampu mengkombinasikannya dengan baik. Intinya guru sungguh diharapkan pemain drama yang bisa memainkan dan menyentuh banyak sekali gaya berguru anak, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton. Pembelajaran juga mampu terjadi di luar kelas, di ruang terbuka atau pergi ke kawasan tertentu, sehingga para siswa tidak merasa jenuh.
c.         Media Pembelajaran
Penggunaan media diperlukan supaya proses pembelajaran menjadi
lebih menarik, pembelajar lebih aktif dan interaktif, meminimalkan proses pembelajaran dengan teknik yang konvensional saja, dan menumbuhkan perilaku nyata kepada bahan dan proses pembelajaran. Sehingga kualitas hasil pembelajaran akan meningkat. Misalnya, bahan perihal ibadah haji, guru PAI dapat menggunakan gambar, foto, atau film yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji sebagai medianya.
d.        Apresiasi
Guru harus memberikan apresiasi terhadap siswa kepada hasil yang sudah mereka lakukan. Apresiasi bisa berupa bahan seperti kado barang maupun non materi seperti kata-kata kebanggaan, motivasi, perhatian, atau hal-hal nyata lainnya.
e.         Menyusun Kesimpulan
Dalam pembelajaran dengan Quantum Teaching, menutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah. Di mana guru yang menyimpulkan bahan, sedangkan siswa cuma mendengarkan saja. Oleh alasannya adalah itu, siswa mesti didorong untuk mampu menemukan kesimpulan dari bahan yang disampaikan. Selanjutnya, guru menunjukkan penguatan atas kesimpulan yang disampaikan siswa. Seorang guru mata pelajaran PAI mampu mengajak para siswanya bermuhasabah pada simpulan pembelajaran dengan cara mengaitkan materi dengan pola masalah yang sedang meningkat .[20]
Implementasi Quantum Teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipandang tepat sekali yang meliputi 3 langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching yaitu menata nilai, menata ruang kelas, dan memperhatikan proses pembelajaran. Di mana guru mampu memberikan bahan pembelajaran di kelas secara inovatif dengan mengkombinasikan tata cara maupun seni manajemen pembelajaran secara tepat sehingga siswa mampu melalui pembelajaran dengan mengasyikkan dan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien.
F.       Tujuan pembelajaran quantum teaching
Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan simpulan yang diperlukan dapat terwujud di selesai proses pembelajaran. Begitu juga dengan pembelajaran quantum teaching memiliki tujuan pokok yang diperlukan mampu tercapai, antara lain :
1.        Meningkatkan partisipasi siswa lewat pengubahan keadaan.
2.        Meningkatkan motivasi dan minat mencar ilmu.
3.        Meningkatkan daya ingat.
4.        Meningkatkan rasa kebersamaan.
5.        Meningkatkan daya dengar.
6.        Meningkatkan kehalusan sikap.[21]
G.      Kelebihan dan kekurangan quantum teaching
1.        Kelebihan Pembelajaran Quantum Teaching
Setiap versi pembelajaran niscaya memiliki kelebihan dalam prosesnya begitu juga dengan versi pembelajaran quantum teaching. Adapun kelebihannya antara lain:
a.        Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu terusan anggapan yang serupa.
b.        Karena quantum teaching lebih melibatkan siswa, ketika proses pembelajaran perhatian siswa dapat dipusatkan terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diperhatikan secara teliti.
c.         Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
d.        Proses pembelajaran menjadi lebih tenteram dan menyenangkan.
e.         Siswa didorong untuk aktif memperhatikan, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan dapat menjajal melakukannya sendiri.
f.         Karena versi pembelajaran quantum teaching memerlukan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang cita-cita bawaan siswa untuk mencar ilmu, secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya.
g.        Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.
2.        Kekurangan Pembelajaran Quantum Teaching
Selain kelebihan, pembelajaran quantum teaching juga memiliki kekurangan. Kekurangannya antara lain:
a.         Model ini membutuhkan kesiapan dan perencanaan yang masak di samping membutuhkan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
b.        Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan ongkos yang mencukupi tidak selalu tersedia dengan baik.
c.         Karena dalam tata cara ini ada peringatan untuk menghormati perjuangan seseorang siswa, baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian itu mampu mengganggu kelas lain.
d.        Banyak menyantap waktu dalam hal antisipasi.
e.         Model ini membutuhkan keahlian guru secara khusus sebab tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
f.         Agar belajar dengan versi pembelajaran ini menerima hal yang baik diharapkan kecermatan dan kesabaran. Namun kadang kala ketelitian dan kesabaran itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.[22]
BAB III
Kesimpulan
A.      Kesimpulan
Model pembelajaran Quantum Teaching yaitu model pembelajaran yang terkesan kalem, tetapi tidak meminimalisir kualitas dari pembelajaran itu sendiri. Sebagai buktinya dalam asasnya guru mesti mendalami dunia murid dulu. Agar dengan gampang dunia murid tersebut mampu dimasukkan ke dalam dunianya. Asas tersebut akan tercapai bila prinsip serta apa saja yang berhubungan dengan Quantum Teaching sudah dimengerti dan gurujuga mempunyai kreatfitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ana. Ily. (diakses 1 Oktober 2016) “Quantum Teaching”,
Rosyadi. Rifqi. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum Teaching”,
Siswanto. Fajar. (diakses 1 Oktober 2016). Model Pembelajaran Quantum Teaching”,
Pratiwi. Chintiya. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum teaching”,
Hafidz. (diakses 1 Oktober 2016). Model Pembelajaran Quantum”,  
Hasanah. Nur. (diakses 1 Oktober 2016) “Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Learning”,
T,n,. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum Teaching”, http://elsusantiely60.blogspot.co.id/
Purwa. Eka. (diakses 1 Oktober 2016). “Model Pembelajaran Quantum serta Penerapannya dalam bidan Informasi dan Komunikasi”,
Setyaningrum. Yuli. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum Teaching”,



[1] Ily, Ana, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[2] Rifqi, Rosyadi, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[3] Ily, Ana, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[4] Rifqi, Rosyadi, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[5] Fajar, Siswanto, “Model Pembelajaran Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[6] Chintiya, Pratiwi, “Quantum teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[7] Fajar, Siswanto, “Model Pembelajaran Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[8] Ily, Ana, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[9] Hafidz, “Model Pembelajaran Quantum”,   (diakses 1 Oktober 2016); Ily, Ana, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[10] Hafidz, “Model Pembelajaran Quantum”,   (diakses 1 Oktober 2016); Ily, Ana, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[11] Nur, Hasanah, “Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Learning”, (diakses 1 Oktober 2016)

[12] T,n, “Quantum Teaching”, http://elsusantiely60.blogspot.co.id/ (diakses 1 Oktober 2016)

[13] Eka, Purwa, “Model Pembelajaran Quantum serta Penerapannya dalam bidan Informasi danKomunikasi”, (diakses 1 Oktober 2016)

[16] Eka, Purwa, “Model Pembelajaran Quantum serta Penerapannya dalam bidan Informasi danKomunikasi”, (diakses 1 Oktober 2016)

[18] Nur, Hasanah, “Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Learning”, (diakses 1 Oktober 2016)

[19] Ily, Ana, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[20] Asri, Karolina, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[21] Yuli, Setyaningrum, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)

[22] Yuli, Setyaningrum, “Quantum Teaching”, (diakses 1 Oktober 2016)