Puisi kereta terakhir yaitu puisi tentang keikhlasan melepas kekasih. Bagaimana kata kata puisi keikhlasan melepas kekasih dlm cerita puisi yg dipublikasikan berkas puisi.
Apakah puisi keikhlasan melepas kekasih bercerita seperti puisi rela melepaskan cinta pergi dgn yg lain ataukah puisi perpisahan untuk pacar tercinta.
Untuk lebih jelasnya puisi perihal keikhlasan melepas kekasih disimak saja puisi berjudul kereta terkahir berikut ini.
KERETA TERAKHIR
Senja bergegas meninggalkan gerimis sore ini. Bagai kereta terakhir yg enggan menanti kedatanganku, sekedar memberi tumpangan. Duduk bersamanya melepas letih & penat, menuju tujuan akhir perjalanan.
Padahal semai senang baru saja kutanam, berharap kelak mampu memanen cinta menua bersama. Apalah daya tangan tak sampai. Harapan tinggalah mimpi kosong ketika ku terbangun dlm lamunan & kayalan.
Kadang gue tak mengetahui dgn permainan takdir. Dulu, cerita kita tanpa mula, dipertemukannya retina tanpa sengaja. Saling tersipu malu, saat persepsi saling beradu. Senyumpun hadir tanpa ragu, memberi degup rindu ketika mataku tak memperoleh dirimu.
Semua sekarang tinggal kenangan kemudian. Meski ada yg masih tertinggal di tempatmu. Dan mungkin surat yg kutuliskan tak pernah sampai kepadamu. Atau memang sengaja kau membuangnya tanpa memperdulikan lagi rasa yg pernah singgah.
Luruh huruf demi abjad yg dahulu yaitu akad & pintamu padaku;”Aku ingin selamanya bersamamu, hingga kematian datang menjemputku.” Sayang, janji tinggalah janji, seluruhnya tak seindah komitmen merpati.
Sore ini, dukaku merupa hujan yg masih turun dlm kebimbangan. Masih gundah apakah mesti ku kejar keretamu esok pagi? atau gue bawa luka hatiku menuju tujuan lain sendiri.
Di stasiun ini gue masih berdiri, berteman sunyi. Di perpisahan yg tak pernah ku mengerti, kutitipkan sinopsis cinta milik kita. Aku tak pernah menyesal mengenal duniamu meskipun gue tak pernah berkembang menjadi selaku pelangi.
Selamat jalan kereta terakhirku. Semoga selamat hingga tujuan. Bawalah seluruh cinta menemui harapannya. Tuhan …. Di hujan ini, kabulkanlah permohonanku, tolong sampaikanlah satu pesanku kepadanya;
“Aku pernah berhenti di daerah ini. Melukis wajah manis purnama & menyimpannya selaku kenangan. Biarkan kisah yg kemarin terikat menjadi saksi semesta & cerita kemudian yg akan menjadi dongeng generasi selanjutnya.”
Boedi R Budiman
rbm-Garut, 11/03/2021