PUISI BIBIT CINTA DI GURUN PASIR
Karya: Satria Panji Elfalah
Ibunda tak menahu kemana perginya cinta
Ujarnya laki-laki mesti seteguh karang
Kusemai wejangannya dr paras esnya
Senyumnya merekah, terlihat garis-garis pengorbanan
Sekarang gue mendulang bibit aksaranya
Kala mentari tiada menyemai rumput hijau
Dan menanam cinta di gurun pasir
Melewati blokade cakrawala
Ayahanda menulis sejarahku
Ia berperang di antara jemari waktu
Mengajarkanku untuk berbudi pekerti kolam anak sekolahan
Aku memetiknya dr hati yg telah terpelecat di senja kala
Lahir dr sisi koin yg berlawanan
Namun tusukan jarum kehidupan terasa sama
Ayahanda, ibunda, datanglah
Lewati malam bersamaku di tepi jalan ini
Datanglah
Meski kulitku tergores belati malam acuh taacuh
Demimu akan kutuang segelas kopi yg hangat
Melumat malam yg hambar di pelukan rembulan
Aku tak tahu kemana cinta telah pergi
Di atas tanah penuh bagian tembikar yg menguatkan hatiku ini
Anakmu bersajak di antara lentera malam
Di segi jalan erat blokade cakrawala
Kini gue tahu
Kecantikan yg buruk, buruknya kecantikan
Adalah buah dr bibit yg kita semai
Tertanam di gurun pasir
Kini gue tahu
Saat hatiku menuju peristirahatan terakhir
Cinta itu masih bernapas
Dan tertanam di gurun pasir