Pola Pembahasan Post Op Sc

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam bagian ini, penulis akan membahas asuhan keperawatan pada Ny. N Post Op Seksio Sesarea Hari Ketiga dengan Indikasi Presbo di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Soeselo Slawi, pembahasan meliputi : Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.
Pengkajian ialah langkah awal dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga akan dikenali berbagai permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah awal ini dibutuhkan wawasan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahuan wacana kebutuhan atau sistem biopsikososial dan spiritual bagi manusia yang memandang insan dari faktor biologis, psikologis, social, dan tinjauan dari faktor spiritual, juga pengetahuan akan keperluan perkembangan manusia (berkembang kembang dari kebutuhan dasarnya), pengetahuan perihal konsep sehat dan sakit, pengetahuan wacana patofisiologi dari penyakit yang dialami, pengetahuan ihwal tata cara keluarga dan kultur budaya serta nilai-nilai dogma yang dimiliki klien (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008: 98).
Analisa Data, Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ialah langkah penulis berikutnya. Diagnosis keperawatan yaitu keputusan klinis wacana tanggapanindividu, keluarga atau komunitas kepada duduk perkara kesehatan yang nyata dan berpotensi, atau proses kehidupan.
Ini ialah pernyataan yang menggambarkan respon faktual dan potensial klien kepada dilema kesehatan yang boleh dan bisa dikerjakan oleh perawat.
Intervensi yakni salah satu kategori perilaku keperawatan, pada tahap ini perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien dan merencanakan intervensi keperawatan.
Impelementasi ialah tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana perawatan dilakukan ; melakukan intervensi atau acara yang sudah diputuskan (Potter Perry, 2009: Hal 410, 432,460).
Evaluasi yaitu langkah tamat dari proses keperawatan tugas selama tahap ini tergolong pencatatan pernyataan penilaian dan revisi planning tindakan keperawatan dan intervensi bila perlu(Nursalam, 2001: 119).
Dalam hal ini penulis juga membicarakan perihal diagnosa keperawatan, mengapa diagnosa tersebut ditegakkan, bagaimana mengutamakan diagnosa tersebut, intervensi beserta rasionalnya, dari rencana langkah-langkah serta evaluasi dari problem keperawatan yang timbul.
Pengkajian yang sudah didapat berdasarkan investigasi yang dilakukan penulis dan unek-unek pasien yang didapatkan pada pengakajian yang dijalankan pada tanggal 13 Desember 2012 didapatkan data Ny.N, umur 25 tahun, jenis kelamin perempuan, status menikah, agama Islam, suku bangsa Jawa, pendidikan MTs (Madrasah Tsanawiyah), alamat Cenggini dan nomer registrasi masuk 182345. Didapatkan data antara lain : data subyektif yang meliputi klien menyampaikan nyeri P : ketika bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri pada bekas operasi di daerah perut, S : skala nyeri 4, T : 30 menit sekali dan klien tidak tahu cara merawat luka bekas operasi. Data obyektif meliputi lisan klien menyeringai dan mengeluh kesakitan, terdapat luka jahit bekas operasi sejumlah 8 jahitan sepanjang 12cm, ada nyeri tekan, pernapasan 24 kali permenit klien sering mengajukan pertanyaan pada perawat, klien nampak bingung, Hemoglobin Low 10.0 g/dl, Limfosit Low 16.30 %, Leukosit Hight 10.200/ul, Suhu badan : 37,6°C, terdapat luka jahit bekas operasi sejumlah 8 jahitan sepanjang 12 cm, luka kemerahan.
Pembahasan ini terjadi dari masing-masing diagnosa keperawatan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam proses keperawatan. Adapun  tiga diagnosa yang muncul yaitu sebagai berikut :
1.    Nyeri akut
Menurut Nanda tahun 2006dan Judith M. Wilkinson, 2006nyeri yakni pengalaman emosional dan sensori, yang tidak mengasyikkan yang timbul dari kerusakan jaringan secara konkret dan memiliki potensi atau menunjukan adanya kerusakan(Associaton for the Study of Pain): serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang mampu diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan. Dengan batas-batas karakteristik data subyektif melaporkan nyeri secara verbal, karakteristik dari data obyektif yaitu memberikan kerusakan, posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan untuk melindungi tingkah laku waspada, wajah topeng (nyeri), gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sukar atau gerakan kacau, menyeringai), konsentrasi pada diri sendiri, konsentrasi menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan), tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain, kegiatan berulang), tanggapanotonom (diaporesis, pergantian tekanan darah, pergeseran napas, pergantian nadi, dilatasi pupil), perubahan otonom dalam tonus otos (dalam rentang lemah ke kaku), tingkah laris ekspresif (gusar, merintih, menangis, berhati-hati, iritabel, nafas panjang, mengeluh) dan pergantian dalam nafsu makan.
Diagnosa ini penulis tegakkan menurut data yang penulis dapatkan dari hasil pengkajian tanggal 13 Desember 2011 yaknidata subjektif  klien mengatakan nyeri, P : saat bergerak, Q: nyeri mirip ditusuk-tusuk, R: nyeri pada bekas operasi di kawasan perut, S : skala nyeri 4, T : 30 menit sekali. Data objektif meliputi ekspresi klien menyeringai dan mengeluh kesakitan, terdapat luka jahit bekas operasi sejumlah 8 jahitan sepanjang 12Cm, ada nyeri tekan, pernapasan 24 kali permenit.
Berdasarkan Maslow prioritas diagnosis yang teratasi pertama kali yaitu kebutuhanfisiologis,sedangkan nyeri ialah bagian dari  kebutuhanfisiologis. Penulis mengutamakan duduk perkara nyeri bekerjasama dengan mekanisme pembedahan sebagai diagnosa yang utama alasannya dilihat dari keperluan klien yaitu kebutuhan fisiologis berdasarkan konsep Hierarki Maslow. Kebutuhan fisologis terletak didasar piramida, teori Maslow menyampaikan bahwa kebutuhan tingkat dasar ini mesti dipenuhi apalagi dulu sebelum beralih ke kebutuhan yang lebih tinggi (mirip harga diri) (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008: 119).
Dalam menanggulangi masalah tersebut penulis memutuskan beberapa rencanakeperawatan, tujuan serta standar hasil. Penulis menetapkantujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam diperlukan nyeri berkurang dengan skala nyeri 0, mulut tenang, tidak nyeri tekan.
Berikut ini ialah beberapa planning keperawatan yang ditentukan penulis untuk diagnosa nyeri:
a.    Kaji nyeri secara komprehensif
Rasionalnya : Klien mungkin tidak secara lisan melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara pribadi. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri menolong membedakan nyeri pasca operasi dan terjadinya komplikasi.
b.    Kaji tanda- tanda vital
Rasionalnya : Pada banyak klien, nyeri mampu menyebabkan gusar serta tekanan darah dan nadi meningkat. Kehilangan darah berlebihan dan hemoragi selama persalinan dan periode intraoperatif mampu menurunkan curah jantung dan meningkatkan vasokontriksi dengan pirau darah pada organ utama.Penurunan curah jantung dan syok dimanifestasikan oleh penurunan tekanan darah, kenaikan nadi atau lemah dan kulit cuek atau lembab.
c.    Ajarkan teknik relaksasi non farmakologi distraksi dan relaksasi (tarik nafas dalam)
Rasionalnya : Napas dalam memajukan upaya pernapasan. Menurunkan regangan dan ketegangan area insisi dan meminimalkan nyeri dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen.
d.   Berikan lingkungan yang tenteram
Rasionalnya : Meningkatkan ketentraman dan menurunkan distraksi tidak menggembirakan dan meningkatkan rasa sejahtera.
e.    Kolaborasi tunjangan analgetik
Rasionalnya:Meningkatkan ketentraman yang memperbaiki status psikologis dan memajukan mobilitas.Meningkatkan ketentraman dengan memblok implus nyeri, memiliki berpeluang kerja biro anestetik(Marilynn E. Dongoes, 2000: 414).
Adapun implementasi yang dapat penulis kerjakan didiagnosa ini adalah :
1.    Mengganti linen klien
Dalam melaksanakan langkah-langkah ini penulis tidak mengalami hambatan alasannya adalah pasien kooperatif dan klien merasa nyaman setelah penulis mengganti linennya. Tindakan ini penulis lakukan pada jam 08.00 WIB.
2.    Mengukur gejala vital
Tindakan ini penulis lakukan untuk mendapatkan apakah ada atau tidak adanya peningkatan rasa nyeri pada klien. Setelah dijalankan tindakan keperawatan ini ditemukan data : Tekanan Darah : 110 per 70 milimeter air raksa, Nadi : 88 kali permenit, Suhu badan : 37 Derajat Celcius, Pernafasan : 24 kali permenit. Dalam melakukan langkah-langkah ini penulis tidak menemukan kendala apapun sebab klien kooperatif.
3.    Mengkaji nyeri secara komprehensif
Dalam melaksanakan tindakan ini penulis mengalami hambatan adalah pasien selalu mengeluh kepada perawat akan rasa sakitnya sehingga penulis harus betul-betul mempunyai kejelian dalam melaksanakan tindakan ini. Tetapi kendala tersebut dapat teratasi penulis dengan mengkaji secara lebih mendalam ihwal nyeri yang dirasakan pasien mirip menyaksikan verbal paras pasien ketika dikerjakan perawatan luka dan pada waktu pasien melaksanakan mobilisasi. Data yang ditemukan adalah klien mengatakan masih nyeri dengan skala nyeri 3, nyeri masih  muncul saat bergerak,ekspresi menyeringai. Tindakan ini dilaksanakan pada jam 08.30 WIB.
4.    Mengganti balutan klien
Dalam melakukan langkah-langkah ini penulis tidak mendapatkan hambatan alasannya klien mau diganti balutannya, cuma saja merasa sakit dikala penulis menekan luka biar mengenali masih ada pus atautidak, sehabis dijalankan tindakan ini klien menyampaikan masih nyeri pada daerah sekitar luka.Penulis menemukan data luka sudah kering dan tidak terdapat pus. Tindakan ini dilakukan pada jam 08.30 WIB.
5.    Menginspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan
Dalam melaksanakan langkah-langkah ini penulis tidak mendapatkan kendalan apapun sebab klien kooperatif dan penulis menemukan data luka telah kering serta tidak terdapat pus lagi. Tindakan ini penulis lakukan pada jam 08.30 WIB.
6.    Mengajarkan teknik relaksasi nonfarmakologi distraksi dan relaksasi (tarik nafas dalam).
Dalam melaksanakan tindakan ini penulis tidak mengalami hambatan sebab pasien kooperatif dan mampu untuk melaksanakan tekhnik nafas dalam untuk mengontrol nyeri. Tindakan ini penulis kerjakan pada jam 09.00 WIB.
7.    Memberikan obat asammefenamat 500gram per oral
Obat ini diberikan sesuai advis Dokter untuk mengurangi rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada klien.Dalam melaksanakan tindakan ini penulis tidak menemukan kendala alasannya klien kooperatif dan minum obat secara terencana.Klien juga tidak mempunyai allergi kepada obat. Tindakan ini penulis kerjakan pada jam 09.30 WIB.
Evaluasi pada diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan distributor cidera fisik (mekanisme pembedahan) yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2011 penulis memperoleh data subyektif klien mengatakan masih nyeri, P : ketika bergerak, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : nyeri pada bekas operasi di daerah perut, S : skala nyeri 3 dan T : 25 menit sekali, dengan data obyektif, mulut menyeringai, nyeri masih timbul ketika bergerak. Analisa duduk perkara nyeri belum teratasi, planning melanjutkan intervensi yang telah dibentuk dalam planning langkah-langkah keperawatan selanjutnya.
2.    Kurang pengetahuan (spesifik)
Kurang wawasan (spesifik) ialah keadaan saat individu atau kalangan tidak memiliki cukup wawasan kognitif atau keahlian psikomotor terkait kondisi atau rencana tindakan tertentu(Lyinda Juall Carpenito,2009: 652).
Dengan batasan karakteristik data subyektif mengungkapkan masalahnya secara verbal,karakteristik dari data obyektif adalah tidak mengikuti arahan yang diberikan secara akurat, tidak mengikuti ujian secara akurat, tidak sempurna atau berlebihannya sikap (sebagai acuan histeris, bermusuhan, agatis dan apatis)(Judith M. Wilkinson, 2006: 270).
Dalam menegakkan diagnosa ini penulis mendapatkan data selaku berikut untukdapatmenarik diagnosa adalahdata subjektif klien  menyampaikan tidak tahu cara merawat luka bekas operasi. Dengan data obyektif yang didapat adalah klien sering bertanya pada perawat, klien nampak bingung.
Diagnosaini penulis tegakkan karenauntuk memajukan keamanan dan keamanan klien hal ini sesuai prioritas diagnosis yang mau dijadwalkan menurut kebutuhan menurut Hierarki Maslow(A.Aziz Alimul Hidayat, 2008:  119).
Dalam menangani duduk perkara tersebut penulis menetapkan beberapa rencana keperawatan, tujuan serta standar hasil. Penulis menetapkan Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam diperlukan klien tahu tentang cara merawat luka post Seksio Sesarea, klien tidak galau lagi dan klien lebih kooperatif
Oleh sebab itu penulis merencanakan tindakan keperawatan selaku berikut :
a.    Berikan berita secara adekuat
Rasionalnya : Membantu klien mengetahui pergantian normal dari respons-respons asing yang mungkin membutuhkan langkah-langkah. Status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada waktu ini dan sering dipengaruhi oleh kemakmuran fisik.Antisipasi pergeseran ini mampu menurunkan stres berkenaan dengan transisi era ini yang memerlukan pembelajaran peran gres dan pelaksanaan tanggung jawab gres.
b.    Berikan waktu untuk klien dan keluarga untuk mengajukan pertanyaan ketika tidak tahu cara bagaimana merawat luka
Rasionalnya : Memberikan potensi untuk mengevaluasi pemahaman klien atau pasangan dan keluarga terhadap suasana yang dihadapi.
c.    Berikan pendidikan kesehatan ihwal cara perawatan luka post Op Seksio Sesarea
Rasionalnya : Informasi memungkinkan klien mengantisipasi peristiwa dan mengerti argumentasi intervensi atau tindakan.
d.   Anjurkan keluarga mengawalklien
Raionalnya : Memberikan tunjangan bagi ibu, meningkatkan kedekatan orang renta dan memperlihatkan pada pengingatan klien akan pengalaman kelahiran.
e.    Berikan lingkungan yang nyaman
Rasionalnya : Memungkinkan potensi bagi klien atau pasangan untuk menginternalisasi info, menyusun sumber-sumber dan menangani dengan efektif(Marilynn E. Dongoes, 2000: Hal 82).
Untuk point selanjutnya, penulis akan membahas perihal implementasi yang dilaksanakan penulis untuk meraih tujuan, yang diharapkan untuk mengatasi duduk perkara ini, adapun implementasi yang telah dilakukan penulis adalah
1.    Mengganti linen klien
Dalam melakukan tindakan ini penulis tidak mengalami kendala karena pasien kooperatif dan klien merasa nyaman sehabis penulis mengganti linennya. Tindakan ini penulis lakukan pada jam 08.00 WIB.
2.    Mengukur tanda-tanda vital
Tindakan ini penulis kerjakan untuk memperoleh apakah ada atau tidak adanya kenaikan rasa nyeri pada klien. Setelah dilaksanakan langkah-langkah keperawatan ini didapatkan data : Tekanan Darah : 110 per 70 milimeter air raksa, Nadi : 88 kali permenit, Suhu tubuh : 37 derajat celcius, Pernafasan : 24 kali permenit. Dalam melakukan langkah-langkah ini penulis tidak mendapatkan hambatan apapun alasannya klien kooperatif.
3.    Mengganti balutan klien
Dalam melakukan langkah-langkah ini penulis tidak memperoleh hambatan alasannya adalah klienmau diganti balutannya, hanya saja merasa sakit saat penulis menekanluka semoga mengetahui masih ada pus atautidak, setelah dikerjakan langkah-langkah ini klien mengatakan masih nyeri pada daerah sekitar luka.Penulis mendapatkan data luka sudah kering dan tidak terdapat pus. Tindakan ini dijalankan pada jam 08.30 WIB.
4.    Menganjurkan keluarga mengawalklien
Dalam melakukan tindakan ini penulis tidak memperoleh hambatan apapun, keluarga sangat antusias untuk menemani klien. Tindakan ini penulis kerjakan pada jam 09.45 WIB.
5.    Memberikan waktu pada klien dan keluarga untuk mengajukan pertanyaan ketika tidak tahu cara bagaimana merawat luka.
Dalam melaksanakan langkah-langkah ini penulis tidak mendapatkan kendala apapun karena klien dan keluarga mau mengajukan pertanyaan bagaimana cara merawat luka yang benar. Tindakan ini penulis kerjakan pada jam 10.00WIB.
6.    Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan luka post op seksio sesareadiantaranya  menjelaskan pemahaman, menjelaskan tujuan dari perawatan luka, menerangkan tanda-tanda jerawat, menjelaskan peralatan yang diperlukan dan menjelaskan cara menggganti balutan. Menanyakan terhadap klien apakah telah tahu bagaimana cara merawat luka post opseksio sesarea sehabis pendidikan kesehatan.
Dalam melaksanakan langkah-langkah ini penulis tidak mendapatkan hambatan apapun alasannya adalah klien dan keluarga mau memperhatikan dan bersemangat kepada pendidikan kesehatan yang diberikan.Penulis melaksanakan pendidikan kesehatan ini pada jam 10.00 WIB.
7.    Menanyakan kepada klien apakah telah tahu bagaimana cara merawat luka sesar sesudah pendidikan kesehatan.
Dalam melakukan langkah-langkah keperawatan ini penulis tidak memperoleh kendala apapun karena sesudah pendidikan kesehatan yang diberikan klien dan keluarga menjadi tahu bagaimana cara merawat luka post op seksio sesarea yang benar. Tindakan ini penulis lakukan pada jam 10.20 WIB.
Evaluasi pada diagnosa kurang wawasan (spesifik) bekerjasama dengan keterbatasan kognisi dapat tertuntaskan sesuai patokan hasil yang telah ditentukan penulis. Dari data subyektif klien mengatakan  sudah tahu ihwal cara merawat luka, dengan data obyektif klien kooperatif, klien tidak resah lagi. Analisa : persoalan kurang wawasan dituntaskan.Planning :pertahankan intervensi sesuai yang sudah dijadwalkan. Dalam evaluasi penulis mengatakan problem dituntaskan karena berdasarkan tujuan yang penulis inginkan pada pasien terpenuhi. Dalam melaksanakan evaluasi ini penulis tidak menemui hambatan dan kesusahan yang memiliki arti alasannya adalah adanya kerjasama yang bagus dari semua pihak.
3.    Resiko Infeksi
Resiko abses yaitu suatu kondisi individu yang mengalami kenaikan resiko terjangkit organisme patogenik(Judith M. Wilkinson, 2006: 261).
Resiko bengkak suatu keadaan dimana ketika individu riskan terkena agen oportunistik atau agen patogenesis (virus, jamur, kuman, atau parasit lain) dari aneka macam sumber dari dalam atau luar badan (Lynda Juall Carpenito, 2009: 590).
Faktor resiko dari resiko nanah meliputi prosedur invasif, tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen, syok, destruksi jaringan dan kenaikan paparan lingkungan, ruptur membrane amniotik, distributor parmasetikal (misal imunosupresan), malnutrisi, kenaikan paparan lingkungan kepada pathogen, imunosupresi, imunitas didapat tidak adekuat, pertahanan sekunder tak adekuat (Hb menurun, leukopenia, pengutamaan respon inflamasi), pertahanan primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan, penurunan gerak silia, cairan tubuh statis, pergantian sekresi pH, perubahan peristaltik) dan penyakit kronis.
Pengkajian pada tanggal 13 Desember 2011 ditemukan data yang menunjang untuk menegakkan diagnosa ini adalah data obyektif yang mencakup Hemoglobin Low 10.0 g/dl, Limfosit Low 16.30 %, Leukosit Hight 10.200/ul, Suhu badan : 37,6°C, terdapat luka jahit bekas operasi sejumlah 8 jahitan sepanjang 12Cm, luka kemerahan.
Dalam menangani persoalan tersebut penulis memutuskan beberapa planning keperawatan, tujuan serta patokan hasil. Penulis memutuskan Tujuan yang ingin dicapai sesudah dijalankan langkah-langkah keperawatan selama 3 kali 24 jam diperlukan klien tidak mengalami jerawat dengan persyaratan hasil tidak terjadi tanda-tanda bisul mirip kalor, rubor, dolor, tumor dan penurunan fungsio laesa, tanda-tanda vital dalam batas normal : tekanan darah 100 per 60 hingga 140 per 90 milimeter Air raksa, denyut nadi 80 hingga 100 kali permenit, suhu tubuh 36 hingga 37,5 derajat celcius, pernapasan 16 hingga 20 kali permenit, nilai laboratorium normal : Hemoglobin 11.7 sampai 15.5 g/dl, Limfosit 25 sampai 40 %, Leukosit 5000 sampai 10.000/ul .
Diagnosa ini penulis tegakkan alasannya untuk untuk meningkatkan keamanan dan keamanan klien hal ini sesuai prioritas diagnosis yang mau direncanakan menurut kebutuhan menurut Hierarki Maslow(A.Aziz Alimul Hidayat, 2008:  119).
Oleh alasannya itu penulis mempersiapkan langkah-langkah keperawatan selaku berikut :
a.    Kaji tanda-tanda vital
Rasionalnya : Demam sehabis pasca operasi hari ketiga, leukosit dan takikardi mampu memperlihatkan jerawat.
Peningkatan suhu 38,3 derajat celcius dalam 24 jam pertama sangat mengidentifikasi nyeri; kenaikan sampai 38 derajat celcius pada hari kedua dan dalam 10 hari pascapartum yakni berarti.
b.    Kaji adanya gejala jerawat
Rasionalnya : Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan korioamnionitis sebelum mengganti intervensi bedah dan mampu mengubah penyembuhan luka.
c.    Lakukan perawatan luka dengan teknik antiseptik
Rasionalnya : Lingkungan lembab merupakan media paling baik untuk kemajuan basil, basil mampu berpindah melalui ajaran kapiler melalui balutan basah ke luka. (Catatan :Insisi pada segmen uterus bawah sembuh lebih singkat dari pada insisi klasik dan kecil kemungkinan untuk ruptur pada kehamilan berikutnya).
d.   Inspkesi balutan abdominal kepada eksudat atau rembesan
Rasionalnya : Balutan steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran sesaria menolong melindungi luka dari cedera atau kontaminasi. Rembesan dapat mengambarkan hematoma, gangguan penyatuan jahitan atau dehisens luka, membutuhkan intervensi lanjutan.Pengangkatan balutan memungkinkan insisi mengering dan meningkatkan penyembuhan luka.
e.    Pantau hasil laboratorium
Rasionalnya :Anemia, Diabetes dan persalinan yang lama (terutama pada pecah ketuban), sebelum kelahiran sesaria meningkatkan resiko abses dan perlambatan penyembuhan(Marilynn E. Dongoes, 2000:414).
Untuk point berikutnya, penulis akan membicarakan tentang implementasi yangdilakukan penulis untuk meraih tujuan, yang dibutuhkan untuk mengatasi duduk perkara ini, adapun implementasi yang sudah dijalankan penulis yakni
1.    Mengganti linen klien
Dalam melaksanakan tindakan ini penulis tidak mengalami hambatan sebab pasien kooperatif dan klien merasa nyaman sesudah penulis mengubah linennya. Tindakan ini penulis lakukan pada jam 08.00 WIB.
2.    Mengukur gejala vital
Tindakan ini penulis kerjakan untuk mendapatkan apakah ada atau tidak adanya peningkatan rasa nyeri pada klien. Setelah dilaksanakan langkah-langkah keperawatan ini ditemukan data : Tekanan Darah : 110 per 70 milimeter air raksa, Nadi : 88 kali permenit, Suhu badan : 37 Derajat Celcius, Pernafasan : 24 kali permenit. Dalam melaksanakan tindakan ini penulis tidak memperoleh kendala apapun sebab klien kooperatif.
3.    Menginspeksi balutan abdominal kepada eksudat atau rembesan
Dalam melaksanakan langkah-langkah ini penulis tidak mendapatkan kendalan apapun sebab klien kooperatif dan penulis menemukan data luka telah kering serta tidak terdapat pus lagi. Tindakan ini penulis kerjakan pada jam 09.00 WIB.
4.    Menanyakan terhadap klien apakah telah tahu bagaimana cara merawat luka sesar setelah pendidikan kesehatan.
Dalam melakukan tindakan keperawatan ini penulis tidak memperoleh kendala apapun alasannya adalah setelah pendidikan kesehatan yang diberikan klien dan keluarga menjadi tahu bagaimana cara merawat luka post op seksio sesarea yang benar. Tindakan ini penulis lakukan pada jam 10.20 WIB.
Evaluasi pada diagnosa resiko  bengkak berafiliasi dengan mekanisme invasif dapat dituntaskan sesuai patokan hasil yang sudah ditentukan penulis. Dari data subyektif klien mengatakan masih nyeri tetapi dengan data obyektif yang didapatkan yaitu tekanan darah : 110 per 70 mili meter air raksa, nadi : 88 kali permenit, suhu : 37 derajat celcius, pernafasan : 24 kali permenit, luka kering, tidak ada pus. Analisa : duduk perkara resiko infeksi diatasi.Planning :pertahankan intervensi sesuai yang telah direncanakan. Dalam evaluasi penulis mengatakan problem diatasi alasannya adalah menurut tujuan yang penulis kehendaki pada pasien tercukupi. Dalam melaksanakan evaluasi ini penulis tidak menemui kendala dan kesulitan yang bermakna sebab adanya koordinasi yang baik dari semua pihak.
Berdasarkan pengelolaan perkara selama 3 kali 24 jam penulis memunculkan 3 diagnosa keperawatan ialah nyeri bekerjasama dengan distributor cidera fisik (mekanisme pembedahan), kurang pengetahuan (spesifik) berafiliasi dengan keterbatasan kognisi dan resiko abses bekerjasama dengan prosedur invasif. Sedangkan pada teori terdapat diagnosa keperawatan : ansietas, harga diri rendah situasional, konstipasi dan kurang perawatan diri.
1.    Ansietas tidak dimunculkan alasannya adalah  tidak ada gejala krisis suasana. Secara teori diagnosa tersebut dimunculkan apabila terdapat batas-batas karakteristik peningkatan ketegangan, keprihatinan, perasaan tidak adekuat, stimulasi simpatik tidak dapat tidur dan sementara itu pada dikala pengkajian penulis tidak memperoleh data yang serupa pada batasan karakteristik tersebut.
2.    Harga diri rendah situasional tidak dimunculkan alasannya tidak ada data yang ditemukan oleh penulis sesuai dengan batas-batas karakteristik yakni mengungkapkan tantangan situasional yang sedang terjadi kepada harga diri, mengungkapkan diri yang negatif, ragu-ragu sikap nonsertif, mengecek diri tidak bisa menanggulangi situasi dan mengekspresikam tidak berdaya dan tidak memiliki kegunaan. Saat dikerjakan pengkajian pada Ny.N penulis tidak mendapatkan data yang tepat dengan batasan karakteristik tersebut.
3.    Konstipasi
Secara teori diagnosa konstipasi mampu dimunculkan apabila terdapat batas-batas karakteristik, pergantian pola BAB, darah merah jelas dalam feces, distensi abdomen, feses lembut seperti pasta rektum, feses gelap hitam seperti teh, kenaikan tekanan abdomen, nyeri dikala defekasi, penurunan volume feces, tegang ketika defekasi. Saat dilakukan pengkajian pada Ny. N penulis tidak menemukan data yang tepat dengan batasan karakteristik tersebut.
4.    Kurang perawatan diri

Secara teori diagnosa ini dimunculkan kalau terdapat batasan karakteristik tidak mampu dalam memakai atau melepas pakaian yang perlu, berpakaian cepat, menawarkan atau menyetok baju, menggunakan pakaian atas dan  bawah, memilih busana, memakai alat bantu, mengancingkan baju, mengubah baju dan mempertahankan tampilan dalam tingkat membuat puas. Saat dijalankan pengkajian pada Ny. N penulis tidak mendapatkan data yang tepat dengan batasan karakteristik tersebut, sehingga diagnosa ini tidak dimunculkan oleh penulis (Mitayani, 2009 : 111).