Pola Cara Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi (Teks Cerita)

Bagaimana cara mengganti teks wawancara menjadi narasi? Pada pembelajaran ini, kita akan membicarakan cara mengubah teks wawancara menjadi narasi.

Tujuan wawancara ialah untuk mendapatkan banyak sekali info dari informan. Setelah info yang diharapkan dirasa cukup, proses pembuatan narasi ialah pekerjaan yang mesti dihadapi oleh pewawancara. Untuk mengerti lebih lanjut mengenai proses pembuatan narasi yang berasal dari teks wawancara, perhatikan teks wawancara berikut beserta penjelasannya.

Anda yakin nggak, bahwa pembelajaran hati nurani anak melalui televisi mampu dicapai?
Eeeh … (diam sejenak), apa pun sikap kita kalau anti kepada televisi, contohnya …, harus dibalik. Menurut aku, televisi mesti selalu menjadi bab dari teman kita, karena televisi menjadi bagian dari kehidupan kita kini. Artinya, dalam persahabatan ‘kan ada banyak. Apalagi dengan media. Ada semacam pembelajaran membaca grammar (tata bahasa). Jika di media cetak ada proses alfabet (urutan abjad), maka televisi juga mesti ada proses pembelajaran ABC.

Menyeleksi waktu tayang, itu juga grammar. Anda memaknai nilai-nilai akhlak mirip apa di situ?
Multikultur. Mengalami keindonesiaan secara beragam semenjak dini itu dulu cuma pada teks saja, mirip Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita betul-betul tidak mengalami secara keindraan, mirip perasaan kita dan mata kita. Nah, dengan menyaksikan Pustaka Anak Nusantara, maka proses multikultur atau lintas budaya mampu dimulai dengan identifikasi.

Di dalam proses itu, orang belajar ruang keluarga, kampung, dan sebagainya. Maka, dalam Pustaka Anak Nusantara ada profesi nelayan, pemerah susu, dan sebagainya. Selalu ada hubungan dengan keluarga, relasi dengan kampung, dengan ketua adat, dan sebagainya.
(Sumber: Wawancara Garin Nugroho di Majalah Familia, 2004, dengan pengubahan))

  inilah pidato persuasif tentang pendidikan : 3 contoh terbaik

Contoh Penubahan Teks Wawancara diatas menjadi teks Narasi

Menarasikan teks wawancara mempunyai arti mengganti teks bentuk dialog atau wawancara menjadi bentuk paragraf kisah. Upaya menarasikan suatu teks wawancara harus kalian awali dengan mengerti teks wawancara tersebut secara lengkap dan terang. Hal ini bermaksud agar narasi yang kalian tuliskan tidak meminimalisir kelengkapan dan kejelasan isi wawancara.

Contoh hasil narasi dari teks wawancara di atas dapat kalian tuliskan selaku berikut.

Proses Pembelajaran Multikultur lewat Multimedia
Proses pembelajaran multikultur lewat multimedia mampu dilakukan dengan memupus sikap anti kepada televisi. “Karena televisi sudah menjadi bab dari kehidupan kita sekarang. Artinya, ada semacam proses pembelajaran dengan menyeleksi program dan waktu tayang,” ujar Garin Nugroho. Lebih lanjut Garin memastikan bahwa pembelajaran multikultur mampu ditanamkan sejak dini dengan melihat Pustaka Anak Nusantara, karena di dalamnya terdapat profesi nelayan, pemerah susu, dan lain sebagainya. Melalui proses ini, anak mampu mulai mengidentifikasi multikultur atau lintas budaya, yang selama ini cuma dikenalnya lewat teks.
Dengan demikian, upaya melacak dan merumuskan kembali relasi profesi yang ditekuni dengan keluarga, kampung, ketua adab, dan sebagainya dapat dikerjakan secara eksklusif lewat pengalaman indrawi.

Dalam acuan narasi yang kalian tuliskan terdapat kalimat pribadi dan tidak eksklusif berdasarkan teks wawancara. Penulisan kalimat langsung atau istilah asli dari narasumber mampu kalian tuliskan dengan memakai tanda kutip sebagaimana hukum penulisan kalimat eksklusif seperti terdapat pada narasi paragraf pertama. Penulisan kalimat atau ungkapan dari narasumber dalam bentuk kalimat tidak eksklusif, dapat kalian tuliskan dengan menambahkan kata, contohnya: Menurut …; atau Berdasarkan …; atau Lebih lanjut Garin mengatakan …, dan sebagainya.